Asuhan Keperawatan
“Polip Nasi”
Disusun Oleh
M.Nurman
Akhmad
Ida
rusmina
Andriyani
Ratu
Emas
Sukmawati
BAB
1
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Polip
hidung adalah massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang
terdapat didalam rongga hidung. Polip berasal
dari pembengkakan mukosa hidung
yang banyak berisi cairan interseluler dan
kemudian terdorong kedalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip dapat timbul
dari tiap bagian mucosa hidung atau sinus paranasal atau sering kali bilateral.
Polip hidung sering berasal dari sinus maksila ( antrum ) dapat
keluar
melalui ostium sinus maksila, masuk kerongga hidung dan membesar di koana
dan
nasoparing. Polip ini disebut polip koana ( Antro Koana ).
Secara
makroskopis polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau ke
abu-abuan secara mikroskopis tampak sub mukosa hipertropi dan sembab. Sel tidak
bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit, dan sel
plasma yang letaknya berjauhan di pisahkan oleh cairan intra seluler, pembuluh
darah, saraf, dan kelenjar sangat sedikit. Polip ini dilapisi oleh epitel
thorax berlapis semu.
Polip nasi merupakan salah satu penyakit yang cukup
sering ditemukan di bagian THT (telinga,hidung dan tenggorok). Keluhan pasien
yang datang dapat berupa sumbatan pada hidung yang makin lama semakin berat.
Kemudian pasien juga mengeluhkan adanya gangguan penciuman dan sakit kepala.
Untuk mengetahui massa di rongga hidung merupakan polip atau bukan selain perlu
dikuasai anatomi hidung juga perlu dikuasai cara pemeriksaan yang dapat
menyingkirkan kemungkinan diagnosa lain. Di dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai definisi,etiologi
dan patofisiologipolip nasi, gejala klinis, pemeriksaan dan penatalaksanaan
pada polip nasi serta akan dibahas pula penjelasan mengenai polip secara
terperinci dalam hal asuhan keperawatan.
2.
Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini yaitu :
1.Untuk memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa tentang konsep dari asuhan keperawatan pada Polip Nasi sehingga
mahasiswa mampu memahami secara benar tentang penyakit Polip Nasi dan bagaimana
tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita Polip Nasi.
2.Untuk mendorong mahasiswa agar mampu
dalam menegakkan diagnose keperawatan pada Polip Nasi sehingga mampu membuat
asuhan keperawatan dengan benar dan tidak keliru.
Tinjauan Teoritis
A. Definisi
·
Polip nasi adalah massa yang
lunak,berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat di dalam rongga
hidung.Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang berisi cairan
interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat.
·
Polip
nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna
putih bening atau keabu–abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan
(polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning –
kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa).
·
Polip
kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat
bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke
arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal (polip
antrokoana).
·
Polip nasi atau biasa disebut Polip Hidung adalah kelainan mukosa
hidung dan sinus paranasal terutama pada kompleks osteomeatal (KOM) di meatus
nasi medius berupa massa lunak yang bertangkai (tonjolan pada jaringan
permukaan mukosa), bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan
(bentuknya mirip dengan buah anggur bening lonjong bertangkai). Permukaannya
licin dan agak bening karena banyak mengandung cairan.
B.
Etiologi
Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a.Polip hidung Tunggal. Jumlah polip hanya
sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan dinding sinus tulang pipi (maxilla).
b.Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih
dari satu. Dapat timbul di kedua sisi rongga hidung. Pada umumnya berasal dari
permukaan dinding rongga tulang hidung bagian atas (etmoid).
Polip
hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi
alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum
diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung
atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip
berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang
kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip
banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil)
dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan
pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak, polip mungkin
merupakan gejala dari kistik fibrosis.
Yang
dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :
1.
Alergi
terutama rinitis alergi.
2.
Sinusitis
kronik.
3.
Iritasi.
4.
Sumbatan
hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.
C.
Manifestasi Klinis
Pada anamnesis kasus
polip biasanya timbul keluhan utama adalah hidung
tersumbat. sumbatan
ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan dirasakan semakin
berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar
membuang ingus. Gejala lain adalah hiposmia
(gangguan penciuman). Gejala lainnya dapat timbul jika
teradapat kelainan di organ sekitarnya seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di
bagian belakang mulut), suara bindeng, nyeri muka, telinga terasa penuh,
snoring (ngorok), gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
Polip menyebabkan
penyumbatan hidung, karena itu penderita seringkali mengeluhkan adanya
penurunan fungsi indera penciuman.Karena indera perasa berhubungan dengan
indera penciuman, maka penderita juga bisa mengalami penurunan fungsi indera
perasa dan penciuman.Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada
drainase lendir dari sinus ke hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya
lendir di dalam sinus. Lendir yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa
mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis. Penderita anak-anak sering
bersuara sengau dan bernafas melalui mulutnya.
Secara pemeriksaan
mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan selaput permukaan hidung
normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan subselaput permukaan yang
sembab.
Jadi gejala polip ini sangat
beragam. Mulai dari pilek yang berlangsung lama, bersin-bersin, hidung
tersumbat yang bersifat menetap, sering mimisan, keluhan akan adanya massa di
hidung, sukar buang ingus, gangguan penciuman, bentuk hidung yang tak lagi
simetris, bengek atau bindeng, telinga rasa penuh, mendengkur/gangguan tidur,
lendir dan rasa kering yang terkumpul di tenggorokan, sakit kepala, dan
lain-lain. Kesemua keluhan itu tentu saja amat mengganggu dan sangat
mempengaruhi produktivitas hidup si penderita.
ü Gejala Subjektif:
Hidung
terasa tersumbat,Hiposmia atau Anosmia (gangguan penciuman), Nyeri kepalav
Rhinore, Bersin,Iritasi di hidung
(terasa gatal),Post nasal drip,Nyeri muka,Suara
bindeng, Telinga terasa penuh,Mendengkur , Gangguan tidur, Penurunan
kualitas hidup
ü Gejala Objektif:
Oedema
mukosa hidung,Submukosa hipertropi dan tampak sembab, Terlihat masa lunak yang
berwarna putih ataukebiruan.
D.
Komplikasi
Satu buah polip jarang
menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau dalam jumlah banyak
(polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis kronis, mengorok
dan bahkan sleep apnea.kondisi serius nafas dimana akan berhenti dan bernafas beberapa kali selama tidur. Dalam
kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan ganda atau berbayang.
E.
Pemeriksaan Penunjang
Cara
menegakkan diagnosa polip hidung, yaitu dengan :
1.Anamnesis
Melalui anamnesis dapat
ditanyakan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan gangguan yang ditimbulkan oleh
polip nasi, diantaranya:
·
Hidung
tersumbat
·
Rinore,
mulai dari jernih sampai purulen bila terdapat infeksi sekunder
·
Post nasal drip
Gejala ini ditandai
dengan merasakan adanya suatu cairan yang jatuh secara terus menerus ke
belakang rongga mulut dikarenakan mukus yang berasal dari kavum nasi.
·
Anosmia atau hiposmia
·
Suara sengau karena sumbatan pada
hidung
·
Sakit kepala dan snoring bila
polipnya berukuran besar
·
Pembesaran hidung dan muka apabila massa
polip sudah bertambah besar
·
Terdapatnya gejala-gejala sinusitis
apabila polip sudah mengganggu drainase muara
sinus ke rongga hidung
·
Polip yang besar kadang-kadang dapat
mengganggu pernapasan saat tidur yang menimbulkan obstructive sleep apnea.
Selain keluhan-keluhan
di atas, harus juga ditanyakan riwayat rinitis, asma, intoleransi terhadap
aspirin, alergi obat lainnya, dan alergi makanan.
2.Pemeriksaan fisik
Terlihat
deformitas hidung luar
3.Rinoskopi anterior
Dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior biasanya
polip sudah dapat dilihat, polip yang masif seringkali menciptakan kelainan
pada hidung bagian luar. Pemeriksaan Rontgen dan CT scan dapat dilakukan
untukPolip biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat
penimbunan cairan, seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung.
Ketika baru terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan jika telah
matang, bentuknya menyerupai buah anggur yang berwarna keabu-abuan.
Polip nasi yang masif
dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena
pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat terlihat
adanya massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah
digerakkan.1
Pembagian polip nasi
·
Grade 0 : Tidak ada polip
·
Grade 1 : Polip terbatas pada meatus
media
·
Grade 2 : Polip sudah keluar dari
meatus media, tampak di rongga hidung tapi belum menyebabkan obstruksi total
·
Grade 3 : Polip sudah menyebabkan
obstruksi total
4.Naso-endoskopi
Naso-endoskopi
memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip berukuran kecil di
meatus media. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada
pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksan naso-endoskopi.
Pada kasus polip koanal juga dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari
ostium asesorius sinus maksila. Dengan naso-endoskopi dapat juga dilakukan
biopsi pada layanan rawat jalan tanpa harus ke meja operasi.
5.Pemeriksaan radiologi
Foto polos sinus
paranasal (posisi water,
AP, caldwell,
dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan
cairan di dalam sinus, tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat pada pada kasus
polip. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan
di hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip, atau sumbatan
pada komplek osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang
gagal diterapi dengan medikamentosa.
6.Biopsi.
Kita
anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut, menyerupai
keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi tulang pada foto
polos rontgen.
F. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan untuk polip,
dapat diberikan pengobatan kortikosteroid :
1.Oral,
misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian dosis
diturunkan perlahan – lahan (tappering off).
2.Suntikan
intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 – 7
hari sekali, sampai polipnya hilang.
3.Obat
semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis
alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn kortikosteroid
per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.
Untuk polip yang ukurannya sudah besar
dilakukan ektraksi polip (polipektomi) dengan menggunakan senar polip. Selain
itu bila terdapat sinusitis, perlu dilakukan drenase sinus. Oleh karena itu
sebelum operasi polipektomi perlu dibuat foto sinus paranasal untuk melihat
adanya sinusitis yang menyertai polip ini atau tidak. Selain itu, pada pasien
polip dengan keluhan sakit kepala, nyeri di daerah sinus dan adanya perdarahan
pembuatan foto sinus paranasal tidak boleh dilupakan. Prosedur polipektomi
dapat mudah dilakukan dengan senar polip setelah pemberian dekongestan dan
anestesi lokal.
Kasus
polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat
masif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Terapi bedah yang dipilih tergantung
dari luasnya penyakit (besarnya polip dan adanya sinusitis yang menyertainya),
fasilitas alat yang tersedia dan kemampuan dokter yang menangani. Macamnya
operasi mulai dari polipektomi intranasal menggunakan jerat (snare) kawat dan
atau polipektomi intranasal dengan cunam
(forseps) yang dapat dilakukan di ruang tindakan unit rawat jalan dengan
analgesi lokal. Alat mutakhir untuk membantu operasi polipektomi endoskopik
ialah microdebrider (powered instrument) yaitu alat yang dapat menghancurkan
dan mengisap jaringan polip sehingga operasi dapat berlangsung cepat dengan
trauma yang minimal.
ü Polipektomi
merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan bantuan
anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar namun
belum memadati rongga hidung.
ü Etmoidektomi
atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan tindakan
pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah
polip yang sangat besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan di kompleks
osteomeatal.
ü Antibiotik
sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum dan
sesudah operasi. Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah
profilaksis pasca operasi.
G.
Patofisiologi
Pembentukan
polip sering dihubungkan dengan proses inflamasi kronik, disfungsi sistem saraf
otonom dan predisposisigenetik. Beberapa teori telah dikemukakan, tetapi tidak
ada satupun yang dapat menjelaskan patofisiologi polip hidung secara lengkap.
Menurut teori Bernstein, inflamasi pertama terjadi di mukosa dinding lateral
hidung atau mukosa sinus sebagai akibat dari peradangan oleh alergan, polutan,
atau agen infeksius (virus / bakteri) atau karena adanya aliran udarayang
berturbulensi. Pada sebagian besar kasus, polip berasal dari area sempit di
kompleks ostiomeatal (KOM) di meatusmedia. Terjadi kerusakan atau prolaps
mukosa yang diikuti dengan reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru. Selama proses
tersebut polip dapat terbentuk dari mukosa karena proses inflamasi dari sel
epitel, sel endotel pembuluh darah, danfibroblast berpengaruh pada integritas
bioelektik natrium channel pada mukosa hidung. Hal ini menyebabkan
meningkatnyaabsorpsi natrium sehingga terjadi retensi air dan pembentukan
polip.
Pada
teori kerusakan epitel menjelaskan bahwa rusaknya epitel pada mukosa hidung
disebabkan karena dalam keadaansakit (alergi,infeksi) terjadi peningkatan
turgor jaringan. Kerusakan tersebut menyebabkan prolaps lamina propia
mukosasehingga terjadi pembentukan polip yang dapat bertambah ukurannya karena
efek gravitasi atau obstruksi vena yangdisebabkan polip.Dari penelitian
ditemukan 37% pasien fibrosis kistik menderita polip hidung. Fibrosis kistik
adalah penyakit herediter autosomal resesif yang disebabkan karena adanya
kerusakan pada gen cystic fibrosis transmembrane regulator (CFTR) dikromosom 7.
Gen ini mengatur chloride channel pada sel epitel pada berbagai organ, termasuk
saluran nafas. Kerusakanpada gen ini menyebabkan terganggunya pembersihan
sekret dan dihasilkannya sekret kental yang dapat menyebabkanobstruksi dan
merupakan predisposisi infeksi pada paru-paru dan sinus paranasal
Ø Patways
Reaksi Alergi atau Hipersensitivitas
Edema mukosa nasal
(Pembengkakan mukosa hidung)
Proses Inflamasi
adanya sumbatan
Di hidung
Aktivasi respon respon
Persisten
Imun
lokal (Terjadi secara
menyeluruh) Bersifat menetap
dan
Tidak hilang timbul
Hiperaktivitas dari persarafan
Parasimpatis Polip
Hidung Resiko
tinggi kerusakan
Pertukaran
gas
Resiko Terjadi
Gangguan Persepsi Sensori Gangguan Pola nafas
Tinjauan kasus
1.
Pengkajian Keperawatan
a.AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Tanda : Penurunan kekuatan, menunjukkan kelelahan
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Tanda : Penurunan kekuatan, menunjukkan kelelahan
b.SIRKULASI
Gejala Lelah, pucat atau tidak ada tanda sama sekali
Tanda Takikardia, disritmia.
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
Gejala Lelah, pucat atau tidak ada tanda sama sekali
Tanda Takikardia, disritmia.
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
c.INTEGRITAS
EGO
Gejala Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan .
Tanda Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
Gejala Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan .
Tanda Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
d.MAKANAN/CAIRAN
Gejala Anoreksia/kehilangan nafsu makan
Adanya penurunan berat badan sebanyak 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Gejala Anoreksia/kehilangan nafsu makan
Adanya penurunan berat badan sebanyak 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
e.NYERI/KENYAMANAN
Gejala Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung
Tanda Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
Gejala Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung
Tanda Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
f.PERNAPASAN
Gejala Dispnea
Tanda Dispnea, takikardia
Pernafasan mulut
Tanda distres pernapasan, sianosis.(bila obstruksi total)
Terdapat pembesaran polip
Gejala Dispnea
Tanda Dispnea, takikardia
Pernafasan mulut
Tanda distres pernapasan, sianosis.(bila obstruksi total)
Terdapat pembesaran polip
PEMERIKSAAN FISIK.
ü Inspeksi
:
Inspeksi
lubang hidung, perhatikan adanya cairan atau bau,
pembengkakan
atau ada obstruksi kavum nasi. Apakah terdapat peradangan,
tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat
Rinoskopi.
ü Palpasi :
Lakukan
penekanan ringan pada cuping hidung, bila konsistensinya
lunak,
tidak nyeri bila ditekan, tak mudah berdarah; maka dapat dipastikan
klien
menderita polip pada hidung.
Klasifikasi Data
Data Subyektif :
Ø Klien mengeluh adanya massa yang
menyumbat hidung.
Ø Klien mengeluh adanya iritasi hidung
disertai bersin-bersin.
Ø Klien mengeluh tidak bisa atau
mengalami gangguan penciuman.
Data Objektif :
Ø Adanya pembengkakan mukosa, iritasi
mukosa, kemerahan.
Ø Adanya massa berupa berwarna putih
seperti agar-agar.
Ø Klien tampak sulit untuk inspirasi –
ekspirasi.
Pemeriksaan
penunjung
Kultur organisme hidung dan tenggorokan
Kultur organisme hidung dan tenggorokan
2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri
Akut berhubungan dengan agen injuri
2.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resiko
infeksi
3. Intervensi
Keperawatan
1.
Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri
Tujuan
: nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan
- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji
tingkat nyeri klien
Jelaskan
sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
Ajarkan
tehnik relaksasi dan distraksi
Observasi
tanda tanda vital dan keluhan klien
|
Mengetahui
tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
Dengan
sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri
Klien
mengetahui tehnik distraksi dan relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya
bila mengalami nyeri
Mengetahui
keadaan umum dan perkembangan kondisi klien
|
Kolaborasi
dngan tim medis
-
Terapi
konservatif :
a. obat
Acetaminopen.
b. Aspirin.
c.dekongestan hidung
|
Menghilangkan
atau mengurangi keluhan nyeri klien
|
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
Obstruksi Pada Hidung (Polip)
Tujuan : Bersihan
jalan nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi
nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan otot pernafasan
tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
2.
|
Mandiri
Kaji
bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Catat
kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk efektif
Berikan
posisi fowler atau semi fowler tinggi
Bersihkan sekret dari mulut dan
trakea
Pertahankan
masuknya cairan sedikitnya sebanyak 250 ml/hari kecuali kontraindikasi
Kolaborasi
Berikan
obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator
|
Penurunan
bunyi nafas dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan wheezing menunjukkan
akumulasi sekret
Sputum
berdarah kental atau cerah dapat diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka
bronchial
Posisi
membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan
Mencegah
obstruksi/aspirasi
Membantu
pengenceran secret
Mukolitik
untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret,
bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk
menurunkan ketidaknyamanan
|
|
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan
: Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Kriteria
: Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan berat badan lebih lanjut
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
3.
|
·
Pastikan
pola diet biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai
·
Awasi
masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik.
|
· Membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan/kekuatan khusus.
·
Berguna
dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
|
|
|
· Dorong makan sedikit dan sering
dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat
· Auskultasi bising usus palpasi/observasi abdomen
|
· Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa
kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan
iritasi gaster
|
|
4.
Resiko
infeksi
Tujuan : infeksi
tidak ada
Kriteria :
Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan risiko infeksi.
Meningkatkan penyembuhan luka, bebas eritema, dan demam.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
4.
|
Mandiri
·
Tingkatkan
cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien.
·
Pertahankan
teknik aseptik ketat pada prosedur atau
perawatan luka.
·
Berikan
perawatan kulit, perianal, dan oral dengan cermat.
·
Dorong
perubahan posisi atau ambulasi yang sering.
·
Pantau
suhu, catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau tanpa demam.
·
Pantau
atau batasi pegunjung.
Kolaborasi
·
Berikan
antiseptik topikal ; antibiotik sistemik.
|
Mencegah
kontaminasi silang kolonisasi bakterial.
· Menurunkan
risiko kolonisasi atau infeksi
bakteri.
· Menurunkan
risiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi.
· Meningkatkan
sirkulasi darah dan mencegah decubitus pencetus infeksi.
· Adanya
proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi pengobatan
· Membatasi
pemajanan pada bakteri atau infeksi.
·
Mungkin
digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau
untuk pengobatan proses infeksi lokal
|
|
4.
Evaluasi
1. nyeri berkurang atau
hilang
2.
Bersihan jalan nafas menjadi efektif
3. Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
4.
infeksi tidak ada
Daftar
Pustaka
1. Pracy, R,
etc. 1983. Pelajaran Ringkas THT.
Penerbit : PT Gramedia,
Jakarta.
2. Gillon, V.
1991. Segi Praktis THT. Penerbit
: Binarupa Aksara, Jakarta.
3.Iskandar,
Nurbaiti. 1990. Telinga Hidung
Tenggorok. Penerbit : FKUI,
Jakarta.
4.Nuty W. Nizar & Endang
Mangunkusumo. Polip Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5
5.dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H.
Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2006.
6.Soepardi, Efiaty. Iskandar,
Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga HidungTenggorok edisi IV cetakan I.
Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 20001.
7.Soepardi, Efiaty. Hadjat, Fachri.
Iskandar, Nurbaiti. Penatalaksanaan dan KelainanTelinga Hidung Tenggorok edisi
II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 20001.
8.Kapita Selekta Kedokteran edisi
III jilid I hal. 113 ± 114. Penerbit Media AesculapiusFK-UI 20001.
9.Adams, George. Boies, Lawrence.
Higler, Peter. Buku Ajar Penyakit Telinga HidungTenggorok. W.B. Saunders,
Philadelphia 19891.
10.Ballenger,
John Jacob. Diseaes of The Nose Throat Ear Head and Neck. Lea &
Febiger 14th edition. Philadelphia 1991
artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...
BalasHapushttp://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/