Halaman

Sabtu, 29 Desember 2012

Polip Nasi



Asuhan Keperawatan
“Polip Nasi”



Disusun Oleh

M.Nurman Akhmad
Ida rusmina
Andriyani
Ratu Emas
Sukmawati
BAB 1
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang
Polip hidung adalah massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang
 terdapat didalam rongga hidung. Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung
 yang banyak berisi cairan interseluler dan kemudian terdorong kedalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip dapat timbul dari tiap bagian mucosa hidung atau sinus paranasal atau sering kali bilateral. Polip hidung sering berasal dari sinus maksila ( antrum ) dapat
keluar melalui ostium sinus maksila, masuk kerongga hidung dan membesar di koana
dan nasoparing. Polip ini disebut polip koana ( Antro Koana ).

Secara makroskopis polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau ke abu-abuan secara mikroskopis tampak sub mukosa hipertropi dan sembab. Sel tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit, dan sel plasma yang letaknya berjauhan di pisahkan oleh cairan intra seluler, pembuluh darah, saraf, dan kelenjar sangat sedikit. Polip ini dilapisi oleh epitel thorax berlapis semu.

Polip nasi merupakan salah satu penyakit yang cukup sering ditemukan di bagian THT (telinga,hidung dan tenggorok). Keluhan pasien yang datang dapat berupa sumbatan pada hidung yang makin lama semakin berat. Kemudian pasien juga mengeluhkan adanya gangguan penciuman dan sakit kepala. Untuk mengetahui massa di rongga hidung merupakan polip atau bukan selain perlu dikuasai anatomi hidung juga perlu dikuasai cara pemeriksaan yang dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosa lain. Di dalam makalah  ini akan dijelaskan mengenai definisi,etiologi dan patofisiologipolip nasi, gejala klinis, pemeriksaan dan penatalaksanaan pada polip nasi serta akan dibahas pula penjelasan mengenai polip secara terperinci dalam hal asuhan keperawatan.


2.     Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1.Untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang konsep dari asuhan keperawatan pada Polip Nasi sehingga mahasiswa mampu memahami secara benar tentang penyakit Polip Nasi dan bagaimana tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita Polip Nasi.
2.Untuk mendorong mahasiswa agar mampu dalam menegakkan diagnose keperawatan pada Polip Nasi sehingga mampu membuat asuhan keperawatan dengan benar dan tidak keliru.







Tinjauan Teoritis

A.  Definisi

·         Polip nasi adalah massa yang lunak,berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat di dalam rongga hidung.Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang berisi cairan interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat.
·         Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu–abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa).
·         Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal (polip antrokoana).
·         Polip nasi atau biasa disebut Polip Hidung adalah kelainan mukosa hidung dan sinus paranasal terutama pada kompleks osteomeatal (KOM) di meatus nasi medius berupa massa lunak yang bertangkai (tonjolan pada jaringan permukaan mukosa), bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan (bentuknya mirip dengan buah anggur bening lonjong bertangkai). Permukaannya licin dan agak bening karena banyak mengandung cairan.

B.    Etiologi

Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a.Polip hidung Tunggal. Jumlah polip hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan dinding sinus tulang pipi (maxilla).
b.Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi rongga hidung. Pada umumnya berasal dari permukaan dinding rongga tulang hidung bagian atas (etmoid).
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :
1. Alergi terutama rinitis alergi.
2. Sinusitis kronik.
3. Iritasi.
4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.
C.    Manifestasi Klinis
Pada anamnesis kasus polip biasanya timbul keluhan utama adalah hidung tersumbat. sumbatan ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan dirasakan semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain adalah hiposmia (gangguan penciuman). Gejala lainnya dapat timbul jika teradapat kelainan di organ sekitarnya seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di bagian belakang mulut), suara bindeng, nyeri muka,  telinga terasa penuh, snoring (ngorok), gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
Polip menyebabkan penyumbatan hidung, karena itu penderita seringkali mengeluhkan adanya penurunan fungsi indera penciuman.Karena indera perasa berhubungan dengan indera penciuman, maka penderita juga bisa mengalami penurunan fungsi indera perasa dan penciuman.Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis. Penderita anak-anak sering bersuara sengau dan bernafas melalui mulutnya.
Secara pemeriksaan mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan selaput permukaan hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan subselaput permukaan yang sembab.
Jadi gejala polip ini sangat beragam. Mulai dari pilek yang berlangsung lama, bersin-bersin, hidung tersumbat yang bersifat menetap, sering mimisan, keluhan akan adanya massa di hidung, sukar buang ingus, gangguan penciuman, bentuk hidung yang tak lagi simetris, bengek atau bindeng, telinga rasa penuh, mendengkur/gangguan tidur, lendir dan rasa kering yang terkumpul di tenggorokan, sakit kepala, dan lain-lain. Kesemua keluhan itu tentu saja amat mengganggu dan sangat mempengaruhi produktivitas hidup si penderita.
ü  Gejala Subjektif:
Hidung terasa tersumbat,Hiposmia atau Anosmia (gangguan penciuman), Nyeri kepalav Rhinore, Bersin,Iritasi di hidung (terasa gatal),Post nasal drip,Nyeri muka,Suara bindeng, Telinga terasa penuh,Mendengkur , Gangguan tidur, Penurunan kualitas hidup
ü  Gejala Objektif:
Oedema mukosa hidung,Submukosa hipertropi dan tampak sembab, Terlihat masa lunak yang berwarna putih ataukebiruan.




D.   Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea.kondisi serius nafas dimana akan berhenti  dan bernafas beberapa kali selama tidur. Dalam kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan ganda atau berbayang. 

E.    Pemeriksaan Penunjang

Cara menegakkan diagnosa polip hidung, yaitu dengan :
1.Anamnesis
Melalui anamnesis dapat ditanyakan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan gangguan yang ditimbulkan oleh polip nasi, diantaranya:
·                     Hidung tersumbat
·                     Rinore, mulai dari jernih sampai purulen bila terdapat infeksi sekunder
·                     Post nasal drip
Gejala ini ditandai dengan merasakan adanya suatu cairan yang jatuh secara terus menerus ke belakang rongga mulut dikarenakan mukus yang berasal dari kavum nasi.
·   Anosmia atau hiposmia
·   Suara sengau karena sumbatan pada hidung
·   Sakit kepala dan snoring bila polipnya berukuran besar
·   Pembesaran hidung dan muka apabila massa polip sudah bertambah besar
·   Terdapatnya gejala-gejala sinusitis apabila polip sudah mengganggu drainase muara  sinus ke rongga hidung
·   Polip yang besar kadang-kadang dapat mengganggu pernapasan saat tidur yang menimbulkan obstructive sleep apnea.
Selain keluhan-keluhan di atas, harus juga ditanyakan riwayat rinitis, asma, intoleransi terhadap aspirin, alergi obat lainnya, dan alergi makanan.
2.Pemeriksaan fisik
Terlihat deformitas hidung luar
3.Rinoskopi anterior
Dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior  biasanya polip sudah dapat dilihat, polip yang masif seringkali menciptakan kelainan pada hidung bagian luar. Pemeriksaan Rontgen dan CT scan dapat dilakukan untukPolip biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan, seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung. Ketika baru terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan jika telah matang, bentuknya menyerupai buah anggur yang berwarna keabu-abuan.
Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat terlihat adanya massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.1
Pembagian polip nasi
·   Grade 0 : Tidak ada polip
·   Grade 1 : Polip terbatas pada meatus media
·   Grade 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung tapi belum menyebabkan obstruksi total
·   Grade 3 : Polip sudah menyebabkan obstruksi total
4.Naso-endoskopi
Naso-endoskopi memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip berukuran kecil di meatus media. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksan naso-endoskopi. Pada kasus polip koanal juga dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila. Dengan naso-endoskopi dapat juga dilakukan biopsi pada layanan rawat jalan tanpa harus ke meja operasi.

5.Pemeriksaan radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell, dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam sinus, tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat pada pada kasus polip. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip, atau sumbatan pada komplek osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa.
6.Biopsi.
Kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut, menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi tulang pada foto polos rontgen.


F. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan untuk polip, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid :
1.Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering off).
2.Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 – 7 hari sekali, sampai polipnya hilang.
3.Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.
Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip (polipektomi) dengan menggunakan senar polip. Selain itu bila terdapat sinusitis, perlu dilakukan drenase sinus. Oleh karena itu sebelum operasi polipektomi perlu dibuat foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis yang menyertai polip ini atau tidak. Selain itu, pada pasien polip dengan keluhan sakit kepala, nyeri di daerah sinus dan adanya perdarahan pembuatan foto sinus paranasal tidak boleh dilupakan. Prosedur polipektomi dapat mudah dilakukan dengan senar polip setelah pemberian dekongestan dan anestesi lokal.  
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat masif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Terapi bedah yang dipilih tergantung dari luasnya penyakit (besarnya polip dan adanya sinusitis yang menyertainya), fasilitas alat yang tersedia dan kemampuan dokter yang menangani. Macamnya operasi mulai dari polipektomi intranasal menggunakan jerat (snare) kawat dan atau  polipektomi intranasal dengan cunam (forseps) yang dapat dilakukan di ruang tindakan unit rawat jalan dengan analgesi lokal. Alat mutakhir untuk membantu operasi polipektomi endoskopik ialah microdebrider (powered instrument) yaitu alat yang dapat menghancurkan dan mengisap jaringan polip sehingga operasi dapat berlangsung cepat dengan trauma yang minimal.
ü  Polipektomi merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan bantuan anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar namun belum memadati rongga hidung.
ü  Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan tindakan pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah polip yang sangat besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal.
ü  Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum dan sesudah operasi. Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah profilaksis pasca operasi.




G.   Patofisiologi

Pembentukan polip sering dihubungkan dengan proses inflamasi kronik, disfungsi sistem saraf otonom dan predisposisigenetik. Beberapa teori telah dikemukakan, tetapi tidak ada satupun yang dapat menjelaskan patofisiologi polip hidung secara lengkap. Menurut teori Bernstein, inflamasi pertama terjadi di mukosa dinding lateral hidung atau mukosa sinus sebagai akibat dari peradangan oleh alergan, polutan, atau agen infeksius (virus / bakteri) atau karena adanya aliran udarayang berturbulensi. Pada sebagian besar kasus, polip berasal dari area sempit di kompleks ostiomeatal (KOM) di meatusmedia. Terjadi kerusakan atau prolaps mukosa yang diikuti dengan reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru. Selama proses tersebut polip dapat terbentuk dari mukosa karena proses inflamasi dari sel epitel, sel endotel pembuluh darah, danfibroblast berpengaruh pada integritas bioelektik natrium channel pada mukosa hidung. Hal ini menyebabkan meningkatnyaabsorpsi natrium sehingga terjadi retensi air dan pembentukan polip.

Pada teori kerusakan epitel menjelaskan bahwa rusaknya epitel pada mukosa hidung disebabkan karena dalam keadaansakit (alergi,infeksi) terjadi peningkatan turgor jaringan. Kerusakan tersebut menyebabkan prolaps lamina propia mukosasehingga terjadi pembentukan polip yang dapat bertambah ukurannya karena efek gravitasi atau obstruksi vena yangdisebabkan polip.Dari penelitian ditemukan 37% pasien fibrosis kistik menderita polip hidung. Fibrosis kistik adalah penyakit herediter autosomal resesif yang disebabkan karena adanya kerusakan pada gen cystic fibrosis transmembrane regulator (CFTR) dikromosom 7. Gen ini mengatur chloride channel pada sel epitel pada berbagai organ, termasuk saluran nafas. Kerusakanpada gen ini menyebabkan terganggunya pembersihan sekret dan dihasilkannya sekret kental yang dapat menyebabkanobstruksi dan merupakan predisposisi infeksi pada paru-paru dan sinus paranasal




Ø Patways


Reaksi Alergi atau Hipersensitivitas


 
 

Edema mukosa nasal
(Pembengkakan mukosa hidung)
              Proses Inflamasi                                                                              adanya sumbatan
                                                                                                                          Di hidung
        Aktivasi respon respon                     Persisten
               Imun lokal                       (Terjadi secara menyeluruh)              Bersifat menetap dan                                                                                                                 
                                                                                                                   Tidak hilang timbul
Hiperaktivitas dari persarafan                                                                        
              Parasimpatis                                  Polip Hidung                         Resiko tinggi kerusakan
                                                                                                                        Pertukaran gas
           Resiko Terjadi                                         
Gangguan Persepsi Sensori           Gangguan  Pola nafas





Tinjauan kasus
1.       Pengkajian Keperawatan
a.AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Tanda : Penurunan kekuatan, menunjukkan kelelahan

b.SIRKULASI
Gejala Lelah, pucat atau tidak ada tanda sama sekali
Tanda Takikardia, disritmia.
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

c.INTEGRITAS EGO
Gejala Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan .
Tanda Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

d.MAKANAN/CAIRAN
Gejala Anoreksia/kehilangan nafsu makan
Adanya penurunan berat badan sebanyak 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.


e.NYERI/KENYAMANAN
Gejala Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung
Tanda Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

f.PERNAPASAN
Gejala Dispnea
Tanda Dispnea, takikardia
Pernafasan mulut
Tanda distres pernapasan, sianosis.(bila obstruksi total)
Terdapat pembesaran polip

PEMERIKSAAN FISIK.
ü  Inspeksi :
Inspeksi lubang hidung, perhatikan adanya cairan atau bau,
pembengkakan atau ada obstruksi kavum nasi. Apakah terdapat peradangan,
tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat Rinoskopi.

ü  Palpasi :
Lakukan penekanan ringan pada cuping hidung, bila konsistensinya
lunak, tidak nyeri bila ditekan, tak mudah berdarah; maka dapat dipastikan
klien menderita polip pada hidung.


Klasifikasi Data

Data Subyektif :
Ø  Klien mengeluh adanya massa yang menyumbat hidung.
Ø  Klien mengeluh adanya iritasi hidung disertai bersin-bersin.
Ø  Klien mengeluh tidak bisa atau mengalami gangguan penciuman.

Data Objektif :
Ø  Adanya pembengkakan mukosa, iritasi mukosa, kemerahan.
Ø  Adanya massa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
Ø  Klien tampak sulit untuk inspirasi – ekspirasi.

Pemeriksaan penunjung
 Kultur organisme hidung dan tenggorokan

2.     Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resiko infeksi




3.     Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan
No
Intervensi
Rasional



1.
Kaji tingkat nyeri klien


Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya

Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya

Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
Klien mengetahui tehnik distraksi dan relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien

Kolaborasi dngan tim medis
- Terapi konservatif :
a. obat Acetaminopen.
b. Aspirin.
c.dekongestan hidung

Menghilangkan atau mengurangi   keluhan nyeri klien

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya Obstruksi Pada Hidung (Polip)
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis
No.
Intervensi
Rasional
2.








Mandiri
Kaji bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

Catat kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk efektif

Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi

Bersihkan sekret dari mulut dan trakea
Pertahankan masuknya cairan sedikitnya sebanyak 250 ml/hari kecuali kontraindikasi
Kolaborasi
Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator

Penurunan bunyi nafas dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan wheezing menunjukkan akumulasi sekret
Sputum berdarah kental atau cerah dapat diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial

Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan
Mencegah obstruksi/aspirasi
Membantu pengenceran secret


Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret, bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan






3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Kriteria : Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan berat badan lebih lanjut

No
Intervensi
Rasional
3.





·         Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai

·         Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik.


·   Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus.
·   Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan

·   Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat

·   Auskultasi bising usus   palpasi/observasi abdomen
·    Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster





4. Resiko infeksi
Tujuan : infeksi tidak ada
Kriteria : Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan risiko infeksi. Meningkatkan penyembuhan luka, bebas eritema, dan demam.
No
Intervensi
Rasional
4.
Mandiri
·         Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien.

·         Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur atau  perawatan luka.
·         Berikan perawatan kulit, perianal, dan oral dengan cermat.
·         Dorong perubahan posisi atau ambulasi yang sering.
·         Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau tanpa demam.
·         Pantau atau batasi pegunjung.

Kolaborasi           
·         Berikan antiseptik topikal ; antibiotik sistemik.

Mencegah kontaminasi silang kolonisasi bakterial.

·       Menurunkan risiko kolonisasi atau  infeksi bakteri.



·       Menurunkan risiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi.

·       Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah decubitus pencetus infeksi.
·       Adanya proses inflamasi  atau  infeksi membutuhkan evaluasi pengobatan

·       Membatasi pemajanan pada bakteri atau infeksi.


·       Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi lokal










4.    Evaluasi
1. nyeri berkurang atau hilang
2. Bersihan jalan nafas menjadi efektif
3. Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
4. infeksi tidak ada



















Daftar Pustaka

1. Pracy, R, etc. 1983. Pelajaran Ringkas THT. Penerbit : PT Gramedia,
Jakarta.
2. Gillon, V. 1991. Segi Praktis THT. Penerbit : Binarupa Aksara, Jakarta.

3.Iskandar, Nurbaiti. 1990. Telinga Hidung Tenggorok. Penerbit : FKUI,
Jakarta.
4.Nuty W. Nizar & Endang Mangunkusumo. Polip Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5
5.dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
6.Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga HidungTenggorok edisi IV cetakan I. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 20001.

7.Soepardi, Efiaty. Hadjat, Fachri. Iskandar, Nurbaiti. Penatalaksanaan dan KelainanTelinga Hidung Tenggorok edisi II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 20001.

8.Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I hal. 113 ± 114. Penerbit Media AesculapiusFK-UI 20001.

9.Adams, George. Boies, Lawrence. Higler, Peter. Buku Ajar Penyakit Telinga HidungTenggorok. W.B. Saunders, Philadelphia 19891.

10.Ballenger, John Jacob. Diseaes of The Nose Throat Ear Head and Neck. Lea & Febiger 14th edition. Philadelphia 1991










1 komentar:

  1. artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...

    http://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/

    BalasHapus

Sumber: http://dedia1996.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-popup-facebook-like-box.html#ixzz2IIH6d6Ax