TUMOR OTAK
Definisi :
Tumor otak adalah lesi intra
kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak
Klasifikasi Tumor Otak :
- Tumor yang berasal dari lapisam otak (meningioma dural)
- Tumor yang berkembang didalam / pada syaraf kranial
- Tumor yang berasal didalam jaringan otak
- Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh mana saja
Patofisiologi :
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis.
Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu
perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan
intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling
cepat.
Perubahan suplai
darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya
sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan
tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang
relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam
jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan
selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang
disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral
ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan
tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat
salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh
karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial,
volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau
serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke
inferior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya
kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum
bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata
dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan
pernafasan).
Tanda dan Gejala
Menurut lokasi tumor :
1.
Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan :
depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar
atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2.
Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan
pada otot-otot wajah, lidah dan jari
3.
Lobus parasentralis
Kelemahan pada
ekstremitas bawah
4.
Lobus Oksipitalis
Kejang,
gangguan penglihatan
5.
Lobus temporalis
Tinitus,
halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah
6.
Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi
sensorik, gangguan penglihatan
7.
Cerebulum
Papil oedema,
nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas esndi
Tanda dan Gejala Umum :
1.
Nyeri kepala berat pada pagi hari,
main bertambah bila batuk, membungkuk
2.
Kejang
3.
Tanda-tanda peningkatan tekanan
intra kranial : Pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran,
perubahan tanda-tanda vital, afasia.
4.
Perubahan kepribadian
5.
Gangguan memori
6.
Gangguan alam perasaa
Trias Klasik ;
-
Nyeri kepala
-
Papil oedema
-
Muntah
Pemeriksaan
Diagnostik ;
1.
Rontgent tengkorak
anterior-posterior
2.
EEG
3.
CT Scan
4.
MRI
5.
Angioserebral
Pengkajian :
1.
Data klien : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan
darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll
2.
Riwayat kesehatan :
-
keluhan utama
-
Riwayat kesehatan sekarang
-
Riwayat Kesehatan lalu
-
Riwayat Kesehatan Keluarga
3.
Pemeriksaan fisik :
·
Saraf : kejang, tingkah
laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori, afek tidak
sesuai, berdesis
·
Penglihatan : penurunan
lapang pandang, penglihatan kabur
·
Pendnegaran : tinitus,
penurunan pendengaran, halusinasi
·
Jantung : bradikardi,
hipertensi
·
Sistem pernafasan : irama
nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi
neuromuskuler
·
Sistem hormonal : amenorea,
rambut rontok, diabetes melitus
·
Motorik : hiperekstensi,
kelemahan sendi
Diagnosa Keperawatan :
- Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
Tujuan :
Gangguan pertukaran gas dapat teratasi
Tindakan :
-
Bebaskan jalan nafas
-
Pantau vital sign
-
Monitor pola nafas, bunyi nafas
-
Pantau AGD
-
Monitor penururnan gas darah
-
Kolaborasi O2
- Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk
Tujuan : rasa
nyeri berkurang
Tindakan :
-
pantau skala nyeri
-
Berikan kompres dimana pada area
yang sakit
-
Monitor tanda vital
-
Beri posisi yang nyaman
-
Lakukan Massage
-
Observasi tanda nyeri non verbal
-
Kaji faktor defisid, emosi dari
keadaan seseorang
-
Catat adanya pengaruh nyeri
-
Kompres dingin pada daerah kepala
-
Gunakan teknik sentuham yang
terapeutik
-
Observasi mual, muntah
-
Kolaborasi pemberian obat :
analgetik, relaksan, prednison, antiemetik
- Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Tujuan : tidak
terjadi cidera
Tindakan :
-
Identifikasi bahaya potensial pada
lingkungan klien
-
Pantau tingkat kesadaran
-
Orientasikan klien pada tempat,
orang, waktu, kejadian
-
Observasi saat kejang, lama
kejang, antikonvulsi,
-
Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas
- Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
Tujuan :
mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya
Tindakan :
-
kaji rentang perhatian
-
Pastikan keluarga untuk
membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma dengan respon klien sekarang
-
Pertahankan bantuan yang konsisten
oleh staf, keberadaan staf sebanyak mungkin
-
Jelaskan pentingnya pemeriksaan
neurologis
-
Kurangi stimulus yang merangsang,
kritik yang negatif
-
Dengarkan klieen dengan penuh
perhatian semua hal yang diungkapkan klien/keluarga
-
Instruksikan untuk melakukan
rileksasi
-
Hindari meninggalkan klien sendiri
- Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
Tujuan :
gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang
Tindakan :
-
Tentukan faktor yang berhubungan
dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial
peningkatan TIK
-
Catat status neurologi secara
teratur, badingkan dengan nilai standart
-
Kaji respon motorik terhadap
perintah sederhana
-
Pantau tekanan darah
-
Evaluasi : pupil, keadaan pupil,
catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan kabur
-
Pantau suhu lingkungan
-
Pantau intake, output, turgor
-
Beritahu klien untuk menghindari/
membatasi batuk, untah
-
Perhatikan adanya gelisah
meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
-
Tinggikan kepala 15-45 derajat
- Cemas b.d kurang informasi tentang prosedur
Tujuan : rasa
cemas berkuang
Tindakan :
-
kaji status mental dan tingkat cemas
-
Beri penjelasan hubungan antara
proses penyakit dan gejala
-
Jawab setiap pertanyaan dengan
penuh perhatian
-
Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan piiran dan perasaan takut
-
Libatkan keluarga dalam perawatan
DAFTAR PUSTAKA
- Doenges, E Marylin (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
- Engram, Barbara (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
- FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Gesapius
- Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika
- Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
- Ganong, WF, (1996), Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC
- Talbot, LA (1997), Pengkajian Keperawatan Kritis, Jakarta, EG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar