TUGAS
Kelompok 7
Eka febrianti
Nurmila
Lalu satria
Sudarmi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Thalasemia adalah
gangguan pembentukan hemoglobin yang diturunkan (genetik) dari orang tua kepada
anak-anaknya secara autosomal resesif. Manifestasi klinis thalasemia pada anak
bervariasi mulai dari tidak adanya keluhan (asymptomatic), gejala ringan hingga
berat. Manifestasi klinis thalasemia bergantung pada kelainan genetiknya atau
jenis talasemianya.
Pada talasemia
terjadi gangguan pembentukan hemoglobin, suatu komponen sel darah merah yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen. Akibatnya jumlah hemoglobin penderita lebih
rendah dan jumlah sel darah merah lebih rendah sehingga terjadi anemia. Anemia
pada anak yang disebabkan oleh thalasemia dikelompokkan ke dalam anemia
hemolitik (anemia disebabkan pecahnya/lisis sel darah merah).
B.
TUJUAN
1.
Tujuan
umum :
Mengetahui
bagai mana asuhan keperawatan pada anak dengan kasus thalasemia.
2.
Tujuan
khusus :
a.
Agar
mahasiswa mengetahui bagai mana konsep penyakit thalasemia.
b.
Mengetahui
tentang pengkajian pada pasienpenyakit thalasemia.
c.
Mengetahui
tentang analisa data pada pasien penyakit thalasemia.
d.
Mengetahui
tentang diagnose keperawatan pada thalasemia.
e.
Mengetahui
tentang intervensi dari penyakit thalasemia.
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN TEORITIS
·
Defenisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). (Ngastiyah,2005,hal345)
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defesiensi prosuksi rantai globin pada hemoglobin. (Rita Yuliana. Suriadi, 2001, hal 23)
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan oleh kedua orang tua, kepada anak-anaknya secara resesif. Thalasemia adalah merupakan penyakit hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif (kks anak).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). (Ngastiyah,2005,hal345)
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defesiensi prosuksi rantai globin pada hemoglobin. (Rita Yuliana. Suriadi, 2001, hal 23)
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan oleh kedua orang tua, kepada anak-anaknya secara resesif. Thalasemia adalah merupakan penyakit hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif (kks anak).
·
Klasifikasi thalasemia
Thalasemia defesiensi pada rantai a merupakan kasus terbanyak, dan terdiri dari 3 bentuk yaitu :
thalasemia minor / thalasemia trait ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.
thamasemia intermedia a; ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot
thalasemia mayor
Anemia berat, tidak dapat hidup tanpa transfusi.
Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
thalasemia – χ (gangguan pembentukan rantai χ )
thalasemia – β (gangguan pembentukan rantai β)
thalasemia – β – Ѕ (ganguan pembentukan β dan Ѕ yang letak gennyadiduga pendekatan.
thalasemia – Ѕ (ganguan pembentukan rantai Ѕ)
Thalasemia defesiensi pada rantai a merupakan kasus terbanyak, dan terdiri dari 3 bentuk yaitu :
thalasemia minor / thalasemia trait ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.
thamasemia intermedia a; ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot
thalasemia mayor
Anemia berat, tidak dapat hidup tanpa transfusi.
Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
thalasemia – χ (gangguan pembentukan rantai χ )
thalasemia – β (gangguan pembentukan rantai β)
thalasemia – β – Ѕ (ganguan pembentukan β dan Ѕ yang letak gennyadiduga pendekatan.
thalasemia – Ѕ (ganguan pembentukan rantai Ѕ)
·
Anatomi Dan Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat dalam terdapat dalam pembuluh darah yang warnanya merah.
Bagian-bagian darah :
–Air : 91 %
-Protein : 3 %
–Mineral : 0,9 %
–Bahan organik : 0,1 %
Darah terdiri dari 2 (dua) bagian :
•Sel-sel darah merah ada 3 macam :
–eritrosit
–leukosit
–trombosit
Eritrosit (sel darah merah)
Bentuknya seperti cakram bikonkaf dan tidak mempunyai inti ukurannya kira-kira 7,7 unit warnanya kuning kemerah-merahan.
Leukosit (sel darah putih)
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak-gerak dengan perantaraan kaki palsu (Pseudopedia) warnanya bening atau tidak berwarna. Banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 600 – 9000.
Macam-macam leukosit meliputi :
Agranulosit
–Limfosit
–monosit
Granulosit
–Neutrofil
–Eusonofil
Trombosit (sel pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam ada yang bulat dan ada juga yang lonjong, warnanya putih banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000 /mm3.
•Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening kekuning-kuningan. Hampir 90 % dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang lain yang terlarut didalamnya.
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat dalam terdapat dalam pembuluh darah yang warnanya merah.
Bagian-bagian darah :
–Air : 91 %
-Protein : 3 %
–Mineral : 0,9 %
–Bahan organik : 0,1 %
Darah terdiri dari 2 (dua) bagian :
•Sel-sel darah merah ada 3 macam :
–eritrosit
–leukosit
–trombosit
Eritrosit (sel darah merah)
Bentuknya seperti cakram bikonkaf dan tidak mempunyai inti ukurannya kira-kira 7,7 unit warnanya kuning kemerah-merahan.
Leukosit (sel darah putih)
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak-gerak dengan perantaraan kaki palsu (Pseudopedia) warnanya bening atau tidak berwarna. Banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 600 – 9000.
Macam-macam leukosit meliputi :
Agranulosit
–Limfosit
–monosit
Granulosit
–Neutrofil
–Eusonofil
Trombosit (sel pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam ada yang bulat dan ada juga yang lonjong, warnanya putih banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000 /mm3.
•Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening kekuning-kuningan. Hampir 90 % dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang lain yang terlarut didalamnya.
·
Etiologi
Gangguan genetika
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)
Gangguan jumlah (salah satu/ beberapa) rantai globin pada thalasemia
(Ngastiyah 2005 hal 345).
5.Manifestasi Klinis
•Letergi
•Pucat
•Kelemahan
•Anoreksia
•Sesak nafas
•Tebalnya tulang cranial
•Pembesaran limfe
•Distritmia
•Menipisnya tulang kartilago
(Yuliani Rita Syuriadi, 2001 hal 26)
Gangguan genetika
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)
Gangguan jumlah (salah satu/ beberapa) rantai globin pada thalasemia
(Ngastiyah 2005 hal 345).
5.Manifestasi Klinis
•Letergi
•Pucat
•Kelemahan
•Anoreksia
•Sesak nafas
•Tebalnya tulang cranial
•Pembesaran limfe
•Distritmia
•Menipisnya tulang kartilago
(Yuliani Rita Syuriadi, 2001 hal 26)
·
Komplikasi
•Fraktur Patologi
Kompensator produksi RBC secara terus-menerus pada suatu dasar kronik dan dengan cepatnya dekstruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin / kelebihan dan dekstruksi RBC dengan cara reduksi dalam hemoglobin menstimulasi Bone Morrow sehingga memproduksi RBC yang lebih dalam stimulasi yang konstan pada Bone Morrow, produksi RBC diluar menjadi eritropoetik aktif menyebabkan Bone Morrow menjadi tipis dan sudah pecah dan rapuh fraktur.
•Hepatosplenomegali / pembesaran hati dan limfa.
Dimana thalasemia menyebabkan hemafoesis, pembesaran pada limfa, metabolisme zat besi dengan peningkatan timbunan besi didalam jaringan hati dan limfe sehingga terjadi pigmentasi coklat pada kulit dan serosis hepatis / pembentukan jaringan fibrosa secara berlebih dalam struktur hati dan limfa (hepatosplenomegali)
•Disfungsi organ
Apabila mengenai organ lain akan menyebabkan disfungsi organ tersebut seperti pada jantung dan pankreas.
•Gangguan tumbuh kembang
Thalasemia merupakan kelainan genetik menstimulasikan eritrofoesis hiperplasia sumsum tulang yang dapat menyebabkan perubahan skletal yang dapat menimbulkan anemia maturasi seksual dan pembentukan terlambat. (Suryadi, Rita Yuliani, 2005 hal26)
•Fraktur Patologi
Kompensator produksi RBC secara terus-menerus pada suatu dasar kronik dan dengan cepatnya dekstruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin / kelebihan dan dekstruksi RBC dengan cara reduksi dalam hemoglobin menstimulasi Bone Morrow sehingga memproduksi RBC yang lebih dalam stimulasi yang konstan pada Bone Morrow, produksi RBC diluar menjadi eritropoetik aktif menyebabkan Bone Morrow menjadi tipis dan sudah pecah dan rapuh fraktur.
•Hepatosplenomegali / pembesaran hati dan limfa.
Dimana thalasemia menyebabkan hemafoesis, pembesaran pada limfa, metabolisme zat besi dengan peningkatan timbunan besi didalam jaringan hati dan limfe sehingga terjadi pigmentasi coklat pada kulit dan serosis hepatis / pembentukan jaringan fibrosa secara berlebih dalam struktur hati dan limfa (hepatosplenomegali)
•Disfungsi organ
Apabila mengenai organ lain akan menyebabkan disfungsi organ tersebut seperti pada jantung dan pankreas.
•Gangguan tumbuh kembang
Thalasemia merupakan kelainan genetik menstimulasikan eritrofoesis hiperplasia sumsum tulang yang dapat menyebabkan perubahan skletal yang dapat menimbulkan anemia maturasi seksual dan pembentukan terlambat. (Suryadi, Rita Yuliani, 2005 hal26)
·
Penatalaksanaan
•Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menembuhkan penyakit thalasemia. Trasfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 69 %) atau bila anak terlihat tidak ada nafsu makan.
•Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua diumur 2 tahun sebelum terjadi pembesaran limfa atau hemosiderosis. Disamping itu diberikan beberapa vitamin, tetapi preparat yang mengandung zat besi tidak boleh.
•Pada dasarnya perawatan pasien thalasemia sama dengan pesien anemia lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi, resiko tinggi terjadi komplikasi akibat transfusi yang berulang-ulang, gangguan rasa aman dan nyaman.
•Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menembuhkan penyakit thalasemia. Trasfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 69 %) atau bila anak terlihat tidak ada nafsu makan.
•Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua diumur 2 tahun sebelum terjadi pembesaran limfa atau hemosiderosis. Disamping itu diberikan beberapa vitamin, tetapi preparat yang mengandung zat besi tidak boleh.
•Pada dasarnya perawatan pasien thalasemia sama dengan pesien anemia lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi, resiko tinggi terjadi komplikasi akibat transfusi yang berulang-ulang, gangguan rasa aman dan nyaman.
·
Pemeriksaan Diagnostik
•Studi hematologi : terdapat perubahan-perunahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anisositosis, foikilositosis, sel target, eritrosit yang imatur, penurunan hemoglobin dan hematokrit.
•Elektroforesis Hemoglobin : peningkatan hemoglobin F dan A2.
•Studi hematologi : terdapat perubahan-perunahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anisositosis, foikilositosis, sel target, eritrosit yang imatur, penurunan hemoglobin dan hematokrit.
•Elektroforesis Hemoglobin : peningkatan hemoglobin F dan A2.
·
Pengkajian
1).Pengkajian Fisik
•Riwayat keperawatan
•Kaji adanya tanda-tanda anemia (pucat, lemah, nafas cepat, hipoksia, kronik, nyeri tulang dan dada, menurunnya aktifitas dan anoreksia serta epistaksis berulang-ulang)
2.Pengkajian Psikososial
•Anak: usia, tugas perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi dengan penyakit mekanisme koping yang digunakan.
•Keluarga: respon emosional leluarga, koping keluarga yang digunakan keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stress.
3). Diagnosa Keperawatan
1).Pengkajian Fisik
•Riwayat keperawatan
•Kaji adanya tanda-tanda anemia (pucat, lemah, nafas cepat, hipoksia, kronik, nyeri tulang dan dada, menurunnya aktifitas dan anoreksia serta epistaksis berulang-ulang)
2.Pengkajian Psikososial
•Anak: usia, tugas perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi dengan penyakit mekanisme koping yang digunakan.
•Keluarga: respon emosional leluarga, koping keluarga yang digunakan keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stress.
3). Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigenasi ke sel – sel
Tujuan
: gangguan perfusi jaringan teratasi
a.
Kriteria Hasil:
-
Tanda vital normal N : 80 – 110. R : 20
– 30 x/m
-
Ektremitas hangat
-
Warna kulit tidak pucat
-
Sclera tidak ikterik
-
Bibir tidak kering
-
Hb normal 12 – 16 gr%
b. Intervensi keperawatan :
a.
Observasi Tanda Vital , Warna Kulit, Tingkat Kesadaran Dan Keadaan Ektremitas
Rasional :
Menunujukan Informasi Tentang Adekuat Atau Tidak Perfusi Jaringan Dan Dapat
Membantu Dalam Menentukan Intervensi Yang Tepat
b. Atur
Posisi Semi Fowler
Rasional : Pengembangan paru akan lebih
maksimal sehingga pemasukan O2 lebih adekuat
c.
Kolaborasi Dengan Dokter Pemberian Tranfusi Darah
Rasional :
Memaksimalkan sel darah merah, agar Hb meningkat
d.
Pemberian O2 kapan perlu
Rasional : Dengan tranfusi pemenuhan
sel darah merah agar Hb meningkat.
2. Nyeri berhubungan dengan
anoksia membran (krisis vaso-occlusive)
Tujuan : rasa nyeri teratasi.
a.
Kriteria Hasil:
Rasa Nyeri hilang atau kurang
Intervensi
keperawatan:
a
Jadwalkan medikasi untuk pencegahan secara terus – menerus meskipun tidak
dibutuhkan.
Rasional: untuk
mencegah sakit.
b
Kenali macam – macam analgetik termasuk opioid dan jadwal medikasi mungkin
diperlukan.
Rasional: untuk
mengetahui sejauh mana rasa sakit dapat diterima.
c
Yakinkan si anak dan keluarga bahwa analgetik termasuk opioid, secara medis
diperlukan dan mungkin dibutuhkan dalam dosis yang tinggi.
Rasional: karena rasa sakit yang
berlebihan bisa saja terjadi karena sugesti mereka.
D.
Beri stimulus panas pada area yang dimaksud karena area yang sakit
e.
Hindari pengompresan dengan air dingin
Rasional: karena
dapat meningkatkan vasokonstriksi.
3. Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
Tujuan
: Intoleransi
aktivitas dapat teratasi
1.Kriteria Hasil:
Klien dapat
melakukan aktivitasnya setiap hari secara mandiri.
intervensi keperawatan :
a. Observasi adanya tanda kerja fisik
(takikardi, palpitasi, takipnea, dispnea, napas pendek, hiperpnea, sesak napas,
pusing, kunang-kunang, berkeringat) dan keletihan
Rasional: Untuk
merencanakan istirahat yang tepat
b.
Pertahankan posisi fowler- tinggi
Rasional : Untuk
pertukaran udara yang optimal
c. Beri
oksigen suplemen
Rasional : Untuk
meningkatkan oksigen ke jaringan
d. Ukur
tanda vital selama periode istirahat
Rasional:Untuk
meningkatkan nilai dasar perbandingan selama periode aktivitas
e. Antisipasi dan bantu dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang mungkin diluar batas toleransi anak
Rasional : Untuk
mencegah kelelehan
f. Rencanakan aktivitas keperawatan
Rasional : Untuk
mencegah kebosanan dan menarik diri
g. Beri aktivitas bermain pengalihan yang
meningkatkan istirahat dan tenang
Rasional : Untuk
memberikan istirahat yang cukup
4.
Perubahan proses dalam keluarga
berhubungan dengan dampak penyakit anak terhadap fungsi keluarga; resiko
penyembuhan yang lama pada anak.
Tujuan
: Agar mendapatkan pemahaman tentang penyakit tersebut
1.
Kriteria Hasil: klien memahaman tentang
penyakit tersebut
Intervensi
keperawatan:
a.
Ajari keluarga dan anak yang lebih tua tentang
karakteristik dari pengukuran – pengukuran.
Rasional: untuk
meminimalkan komplikasi.
b. Tekankan akan
pentingnya menginformasikan perkembangan kesehatan, penyakit si anak.
Rasional: untuk
mendapatkan hasil kemajuan dari perawatan yang tepat
c.
Jelaskan tanda – tanda adanya peningkatan krisis terutama demam, pucat
dan gangguan
pernafasan.
Rasional: untuk
menghindari keterlambatan perawatan.
d.
Berikan gambaran tentang penyakit keturunan dan berikan pendidikan kesehatan
pada keluargatentang genetik keluarga mereka.
Rasional: agar
keluarga tahu apa yang harus dilakukan.
e.
Tempatkan orang tua sebagai pengawas untuk anak mereka.
Rasional: agar
mendapatkan perawatan yang terbaik.
Agar menerima dorongan yang cukup.
2.
Kriteria Hasil : klien selalu
memiliki semangat setiap hari
Intervensi
keperawatan:
Mengacu pada organisasi yang terpercaya.
Rasional: Untuk
mendukung proses perawatan.
a.
Daftarkan anak pada klinik anemia
Rasional: untuk
mendapatkan perawatan yang tepat.
b.
Selalu waspada terhadap suatu keluarga bila 2 atau lebih anggota keluarganya
terjangkit penyakit ini.
Rasional : Agar
keluarga yang lain tidak terjangkit dengan penyakit tersebut.
5. Resiko tinggi injuri
berhubungan dengan ketidaknormalan hemoglobin, penurunan oksigen, dehidrasi.
Tujuan
: klien tidak
mengalami resiko tinggi injuri
1.Kriteria Hasil: klien tidak
terkena infeksi
Jaga agar pasien mendapat oksigen yang cukup
Intervensi
keperawatan:
a.
Ukur tekanan untuk meminimalkan komplikasi berkaitan dengan eksersi fisik dan
stres emosional
Rasional:
menghindari penambahan oksigen yang dibutuhkan
Jaga agar
pasien tidak mengalami dehidasi
Intervensi
keperawatan.
a. Observasi cairan infus sesuai anjuran (150ml/kg) dan
kebutuhan minimum cairan anak; infus.
Rasional: agar
kebutuhan cairan ank dapat terpenuhi.
b. Meningkatkan jumlah cairan infus diatas
kebutuhan minimum ketika ada latihan fisik atau stress dan selam krisis.
Rasional: agar
tercukupi kebutuhan cairan melalui infus.
c.
Beri inforamasi tertulis pada orang tua berkaitan dengan kebutuhan cairan yang
spesifik.
Rasional: untuk
mendorong complience.
d. Dorong anak untuk banyak
minum
Rasional: untuk mendorong complience.
e. Beri
informasi pada keluarga tentang tanda – tanda dehidrasi
Rasional: untuk
menghindari penundaan terapi pemberian cairan.
f.
Pentingnya penekanan akan pentingnnya menghindari panas
Rasional:
menghindari penyebab kehilangan cairan.
c.
Bebas dari infeksi
Intervensi keperawatan
g.
Tekankan pentingnya pemberian nutrisi; imunisasi yang rutin, termasuk vaksin
pneumococal dan meningococal; perlindungan dari sumber – sumber infeksi yang
diketahui; pengawasan kesehatan secara berkala.
h.
Laporkan setiap tanda infeksi pada yang bertanggung jawab dengan segera.
Rasional: agar
tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan.
i.
Beri terapi antibiotika
Rasional: untuk
mencegah dan merawat infeksi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Thalasemia
merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah di
dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100
hari).
Penyebabnya
adalah Gangguan genetika
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)
Gangguan jumlah (salah satu/ beberapa) rantai globin pada thalasemia dengan komplikasi Fraktur Patologi, Hepatosplenomegali / pembesaran hati dan limfa, Disfungsi organ,dll.
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)
Gangguan jumlah (salah satu/ beberapa) rantai globin pada thalasemia dengan komplikasi Fraktur Patologi, Hepatosplenomegali / pembesaran hati dan limfa, Disfungsi organ,dll.
Hingga
kini belum ada obat yang tepat untuk menembuhkan penyakit thalasemia. Trasfusi
darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 69 %) atau bila
anak terlihat tidak ada nafsu makan.
B.
SARAN
Dari
pembuatan makalah di harapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui penyakit
thalesemia sehingga maha siswa mampu membuat asuhan keperawatan yang benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Ngastiyah, 2005, hal 345
Ø Yuliani Rita Syuriadi, 2001 hal 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar