“PRESBIOPIA”
Hai ketemu lagi,,hari ini saya akan membahas tentang askep presbiopi..silahkan di simak baik-baik yah
- PENGERTIAN
Presbiopia adalah kondisi di mana mata
menunjukkan kemampuan yang makin lama makin berkurang untuk melihat benda dekat
dengan jelas karena penuaan.
- ETIOLOGI
Presbiopia dapat terjadi karena kelemahan
otot akomodasi atau lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya
akibat sclerosis lensa.
( Istiqamah, 2004 )
Mekanisme nyata dari presbiopia tidak
diketahui kepastiannya, bukti penelitian lebih kuat mendukung berkurangnya elastisitas
dari crystalline lens, walaupun
perubahan pada kelengkungan lensa dari pertumbuhan yang terus-menerus,dan
berkurangnya kekuatan dari cilliary
muscles ( otot yang membelokkan dan meluruskan lensa ) juga didalilkan sebagai
sebab.
- PATOFISIOLOGI
Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan ( refraksi ) ketika melalui kornea dan
struktur-struktur lain dari mata ( kornea,
humor aqueus, lensa, humor vitreus ) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda
untuk difokuskan di retina.
Mata mengatur ( akomodasi ) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya
bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat memerlukan
kontraksi dari cilliary body, yang
bisa memendekkan jarak antara kedua sisi cilliary
body yang diikuti relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi lebih
cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina.
( Long, 1996 )
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau
lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang bisa
mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan
tersebut bayangan jatuh di belakang retina. Karena daya akomodasi
berkurang, maka titik dekat mata makin
menjauh.
( Istiqamah, 2004 )
Akomodasi suatu proses aktif yang
memerlukan usaha otot, sehingga dapat lelah. Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan dalam
tubuh. Derajat kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan jelas terbatas dan
sinar cahaya dari suatu objek yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke
suatu focus di atas retina, bahkan dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan
mata, tempat suatu objek dapat dibawa ke
focus jelas dengan akomodasi dinamai titik
dekat penglihatan. Titik dekat berkurang selama hidup, mula-mula
pelan-pelan dan kemudian secara cepat dengan bertambanya usia, dari sekitar 9
cm pada usia 10 tahun sampai sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Pengurangan ini
terutama karena peningkatan kekerasan lens, dengan akibat kehilangan akomodasi
karena penurunan terus-menerus dalam derajat kelengkungan lens yang dapat
ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu normal mencapai usia 40-45
tahun, biasanya kehilangan akomodasi, telah cukup menyulitkan individu membaca
dan pekerjaan dekat.
( Ganong, 1995 )
- MANIFESTASI KLINIS
Karena daya akomodasi berkurang, maka
titik dekat mata makin menjauh dan pada awalnya klien akan kesulitan membaca
dekat. Dalam upaya untuk membaca lebih jelas, maka klien cenderung menegakkan
punggungnya atau menjauhkan objek yang dibacanya sehingga mencapai titik dekat
klien, dengan demikian objek dapat dibaca lebih jelas. Klien akan memberikan
keluhan setelah membaca mata lelah, berair dan sering merasa pedas.
( Istiqamah, 2004 )
Gejala umumnya adalah sukar melihat
pada jarak dekat yang biasanya terdapat pada usia 40 tahun, di mana pada usia
ini amplitudo akomodasi pada klien hanya menghasilkan titik dekat sebesar 25
cm. Pada jarak ini seseorang emetropia
yang berusia 40 tahun dengan jarak baca 25 cm akan menggunakan akomodasi
maksimal sehingga menjadi cepat lelah, membaca dengan menjauhkan kertas yang
dibaca, dan memerlukan sinar yang lebih terang.
( Masjoer, dkk
2001 )
Ketika individu menjadi presbiopia mereka mendapati perlu memegang buku ,majalah, surat kabar, daftar menu dan bahan bacaan
lain agak jauh agar focus dengan sebaik-baiknya. Ketika mereka melakukan pekerjaan
dekat,seperti menyulam atau menulis tangan, mereka mungkin merasa sakit kepala
atau kelelahan mata, atau maerasa letih.
Gejala pertama kebanyakan orang presbiopia adalah kesulitan membaca huruf
cetak yang halus, terutama sekali dalam kondisi cahaya redup; kelelahan mata
ketika membaca dalam waktu yang lama; kabur pada jarak dekat atau pandangan dikaburkan
sebentar ketika mengalihkan di antara jarak pandang. Banyak penderita presbiopia telah lanjut mengeluh lengan
mereka dirasa menjadi too short untuk
memegang bahan bacaan pada jarak yang nyaman.
- PEMERIKSAAN
1.
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu
terang dengan Kartu Snellen.
Cara :
a.
Pasien duduk dengan jarak 6 m
dari kartu snellen dengan satu mata
ditutup
b.
Pasien diminta membaca huruf
yang tertulis di kartu, mulai dari baris paling atas ke bawah, dan ditentukan
baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar.
c.
Bila pasien tidak dapat membaca
baris paling atas ( terbesar ), maka dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.
d.
Jika pasien tidak dapat
menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak dapat dikurangi satu meter, sampai
maksimal jarak penguji dengan pasien satu meter.
e.
Jika pasien tidak dapat
melihat, dilakukan uji lambaian tangan
dari jarak satu meter.
f.
Jika pasien tetap tidak bisa
melihat lambaian tangan, dilakukan uji
dengan arah sinar.
g.
Jika penglihatan sama sekali
tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan penglihatannya adalah nol (0) atau
buta total.
Penilaian
Tajam penglihatan normal adalah 6/6.
Berarti pasien dapat membaca seluruh huruf dalam kartu snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca
seluruhnya bertanda 30, maka dikatakan tajam penglihatan 6/30. Berarti ia hanya
dapat melihat pada jarak 6 m yang oleh orang normal huruf tersebut dapat
dilihat pada jarak 30 m.
Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah
jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan tajam penglihatan 3/60.
Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 m.
Orang normal dapat melihat gerakan
atau lambaian tangan pada jarak 300 m. Bila mata hanya dapat melihat lambaian
tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar
saja, tidak dapat melihat lambaian tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang
normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
2.
Pemeriksaan Kelainan Refraksi
Dilakukan pada satu mata secara
bergantian, biasanya dimulai dengan mata kanan kemudian mata kiri. Dilakukan
setelah tajam penglihatan diperiksa dan diketaui terdapat kelainan refraksi.
Cara :
a.
Pasien duduk dengan jarak 6 m
dari kartu snellen.
b.
Satu mata ditutup, dengan mata
yang terbuka pasien diminta membaca baris terkecil yang masih dapat dibaca.
c.
Pada mata yang terbuka
diletakkan lensa positif +0,50 untuk menghilangkan akomodasi pada saat
pemeriksaan.
d.
Kemudian diletakkan lensa
positif tambahan, dikaji :
1).
Bila penglihatan tidak bertambah baik, berarti pasien tidak
hipermetropia
2). Bila bertambah jelas dan dengan
kekuatan lensa yang ditambah perlahan-lahan bertambah baik, berarti pasien
menderita hipermetropia. Lensa
positif terkuat yang masih memberikan ketajaman terbaik merupakan ukuran lensa
koreksi untuk mata hipermetropia
tersebut.
e.
Bila penglihatan tidak
bertambah baik, maka diletakkan lensa negative. Bila menjadi jelas, berarti
pasien menderita myopia. Ukuran lensa
koreksi adalah lensa negative teringan yang memberikan ketajamam penglihatan
maksimal.
f.
Bila baik dengan lensa negative
maupun positif penglihatan tidak maksimal ( penglihatan tidak dapat mencapai
6/6 ), maka dilakukan uji pinhole.
Letakkan pinhole di depan mata yang
sedang diuji dan diminta membaca baris terakhir yang masih dapat dibaca
sebelumnya. Bila :
1). pinhole
tidak memberikan perbaikan, berarti mata tidak dapat
dikoreksi lebih lanjut karena media penglihatan keruh,
terdapat
kelainan pada retina atau saraf optic
2). terjadi perbaikan penglihatan, maka berarti terdapat
astigmatisma atau silinder pada mata tersebut yang belum mendapat koreksi.
g. Bila pasien astigmatisma,
maka pada mata tersebut dipasang lensa positif yang cukup besar untuk membuat
pasien menderita kelainan refraksi astigmatismus
miopikus.
h.
Pasien diminta untuk melihat
kartu kipas astigmat dan ditanya garis pada kipas yang paling jelas terlihat.
i.
Bila pebedaan tidak terlihat,
lensa positif diperlemah sedikit demi sedikit hingga pasien dapat melihat garis
yang terjelas dan kabur.
j.
Dipasang lensa silinder
negative dengan sumbu sesuai dengan garis terkabur pada kipas astigmat.
k.
Lensa silinder negative
diperkuat sedikit demi sedikit pada sumbu tersebut hingga sama jelasnya dengan
garis lainnya.
l.
Bila sudah sama jelasnya,
dilakukan tes kartu snellen kembali.
m.
Bila tidak didapatkan hasil
6/6, maka mungkin lensa positif yang diberikan terlalu berat, harus dikurangi
perlahan-lahan, atau ditambah lensa negative perlahan-lahan sampai tajam
penglihatan menjadi 6/6. Derajat astigmat
adalah ukuran lensa silinder negative yang dipakai hingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas.
3.
Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan
dalam membaca, dilanjutkan dengan pemeriksaan presbiopia.
Cara :
a.
Dilakukan penilaian tajam penglihatan
dan koreksi kelainan refraksi bila terdapat myopia,
hipermetropia, atau astigmatisma,
sesuai prosedur di atas.
b.
Pasien diminta membaca kartu
baca pada jarak 30-40 cm ( jarak baca ).
c.
Diberikan lensa mulai +1
dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat
dan kekuatan lensa ini ditentukan.
d.
Dilakukan pemeriksaan mata satu
per satu.
( Masjoer, dkk 2001 )
- PENATALAKSANAAN
1.
Kacamata
Kacamata dengan bifocal atau Progressive
Addition Lenses ( PALs ) adalah
koreksi yang paling umum untuk presbiopia.
Bifokal mempunyai dua cara untuk
pemfokusan : bagian besar dari lensa kacamata untuk nearsightedness atau farsightedness,
sedangkan bagian terbawah lensa memegang preskripsi terkuat untuk penglihatan
dekat untuk pekerjaan dekat. PALs
mirip denagan lensa bifocal, tetapi PALs memberikan transisi penglihatan
yang lebih bertahap di antara preskripsi, dengan tidak ada garis visible di
antara keduanya.
Kacamata baca adalah pilihan lain. Tidak
seperti bifocal atau PALs yang sebagian besar orang
menggunakannya setiap hari, kacamata baca hanya digunakan selama pekerjaan
dekat.
Biasanya diberikan kacamata baca untuk membaca dekat dengan
lensa sferis positif yang dihitung berdasarkan amplitudo akomodasi pada
masing-masing kelompok umur :
+1,0 D untuk usia 40 tahun
+1,5 D untuk usia 45 tahun
+2,0 D untuk usia 50 tahun
+2,5 D untuk usia 55 tahun
+3,0 D untuk usia 60 tahun.
( Masjoer, dkk 2001 )
2.
Lensa Kontak
Ada lensa kontak
untuk presbiopia, yaitu multifocal contact lenses. Kamu dapat
memperolehnya dalam bentuk gas permeable
atau soft lense materials. Tipe lensa
kontak yang lain untuk koreksi presbiopia
adalah monovision, di mana satu mata
menggunakan preskripsi penglihatan jarak jauh dan mata yang lain menggunakan
perskripsi untuk penglihatan dekat. Otak belajar menyerupai satu mata atau mata
lainnya untuk perbedaan tugas yang sulit. Ketika beberapa orang menyukai solusi
ini, beberapa orang yang lainnya mengeluh pusing atau mual, atau kesalahan
memperkirakan jarak dalam hubungan benda-benda yang berjauhan satu sama lain
dan jauh jarak antara benda itu dengan orang tersebut
Vistakon’s Accuvue Bifocal mempunyai desain annular meliputi lima zona
konsentris. Zona pusat jarak jauh dikelilingi oleh ring dekat, ring jauh
lainnya, ring dekat kedua, dan ring jauh terluar. Karena accuvue bifocal tidak mempunyai ketetapan untuk penglihatan intermediet, klien
memerlukan tambahan kekuatan yang tinggi sehingga dapat dipasang tambahan yang
tidak sama untuk mencapai penglihatan baik pada jarak dengan computer. Mata
dominant dapat dipasang dengan tambahan +1.00 atau +1.50, dan mata non dominant
dapat dipasang dengan tambahan yang lebih tinggi.
Bausch and Lomb Softlense Multifocal dan
Ciba Vision’s Focus Progressive Lenses
mempunyai desain aspheric. Lensa ini
mempunyai koreksi penglihatan dekat di pusat lensa ( center near multifocal ). Kekuatan lensa berangsur-angsur menurun
untuk koreksi penglihatan jauh selama satu perpindahan ke arah lensa perifer.
Desain aspheric multifocal
menyediakan penglihatan jelas pada jarak
intermediet, sebagai pertimbangan penting untuk kebanyakan klien di dunia
computer sekarang ini. Klien yang menggunakan center near bifocal / multifocal mungkin kehilangan penglihatan
jauh mereka di cahaya terang matahari, sejak konstriksi pupil terlalu
berlebihan akan membolehkan hanya sinar dekat untuk memasuki mata. Dalam
situasi ini, penggunaan sunglasses
diperlukan untuk sedikit mendilatasi pupil dan memperbaki penglihatan jarak
jauh.
3.
Pembedahan
Pilihan baru pembedahan untuk pengobatan
presbiopia sedang diteliti dan telah
tersedia di banyak negara. Salah satu contohnya adalah Refratec Inc.’ Conductive Keratoplasty, atau Near Vision CK Treatment, yang menggunakan gelombang radio untuk membuat lebih melengkung kornea untuk
memperbaiki penglihatan dekat. Metode ini telah disetujui FDA pada April 2004
untuk penurunan sementara dari presbiopia.
Highly experimental treatment adalah elastic polymer gel lembut yang diteliti,
dikatakan akan diinjeksikan ke dalam capsular
bag, rongga yang terdiri dari natural lens. Dalam teori, gel akan mengganti
natural lens dan menyediakan yang
baru, lensa yang lebih elastis. Penelitian juga berfokus pada laser treatment untuk menjadikan keras
lensa mata untuk meningkatkan kelenturan/ fleksibilitas dan memperbaiki focus.
Prosedur pembedahan baru mungkin juga
menyediakan solusi untuk presbiopia
yang tidak ingin menggunakan kacamata atau kontak lensa, implantation of accommodative intraocular
lenses ( IOLs ).
ASUHAN KEPERAWATAN
“PRESBIOPIA”
A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
a.
Umur, presbiopia dapat terjadi
mulai asia 40 tahun.
b.
Pekerjaan, perlu dikaji
terutama pada pekerjaan yang memerlukan penglihatan ekstra dan pada pekerjaan
yang membutuhkan kontak cahaya yang terlalu lama, seperti operator computer,
reparasi jam.
( Istiqamah, 2004 )
2. Keluhan yang Dirasakan
a.
Pandangan atau penglihatan
kabur
b.
Kesulitan memfokuskan pandangan
c.
Epifora, menunjukkan adanya air
mata berlebihan sehingga melimpah keluar
d.
Pusing atau sakit kepala
e.
Mata lelah dan mengantuk
f.
Mata sering terasa pedas
setelah membaca
( Istiqamah, 2004 )
3. Keadaan atau Status Okuler
Umum
a.
Apakah klien mengenakan
kacamata atau lensa kontak
b.
Di mana klien terakhir dikaji
c.
Apakah klien sedang mendapat
asuhan teratur seorang ahli oftalmologi
d.
Kapan pemeriksaan mata terakhir
e.
Apakah tekanan mata diukur
f.
Apakah klien mengalami
kesulitan membaca ( focus ) pada jarak dekat atau jauh
g.
Apakah ada keluhan dalam
membaca atau menonton TV
h.
Bagaiman dengan masalah
membedakan warna,atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer
i.
Apakah klien pernah mengalami
cedera mata atau infeksi mata
j.
Masalah mata yang tedapat pada
keluarga klien
k.
Penyakit mata apa yang terakhir
diderita.
( Smletzer, 2001 )
4. Pemeriksaan
Klien terlebih dahulu dikoreksi penglihatan
jauhnya dengan metode “trial and error”
hingga visus 6/6. Dengan menggunakan koreksi, jauhnya kemudian secara binokuler
ditambahkan lensa sferis positif dan diperiksa dengan menggunakan kartu Jaeger pada jarak 30 cm.
( Istiqamah, 2004 )
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Perubahan sensori-persepsi (
visual ) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada
retina.
2.
Gangguan rasa nyaman ( pusing )
yang berhubungan dengan usaha pemfokusan mata.
3.
Risiko cedera yang berhubungan
dengan keterbatasan penglihatan.
( Istiqamah, 2004
)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Perubahan sensori-persepsi (
visual ) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada
retina.
Tujuan :
a.
Ketajaman penglihatan klien
meningkat dengan bantuan otot
b.
Klien mengenal gangguan sensori
yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap perubahan.
Intervensi :
a.
Jelaskan penyebab gangguan
penglihatan.
Rasional : Pengetahuan tentang penyebab, mengurangi kecemasan dan
meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
b.
Lakukan uji ketajaman
penglihatan.
Rasional : Mengetahui visus dasar klien dan perkembangannya setelah diberikan
tindakan.
c.
Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian lensa kontak/ kacamata bantu atau operasi.
2.
Gangguan rasa nyaman ( pusing )
yang berhubungan dengan usaha pemfokusan mata.
Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
a.
Keluhan klien ( pusing, mata
lelah, berair ) berkurang / hilang
b.
Klien mengenal gejala gangguan
sensori dan dapat berkompensasi terhadap perubahan yang terjadi.
Intervensi :
a.
Jelaskan penyebab pusing, mata
lelah, berair.
Rasional : Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga
klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
b.
Anjurkan agar klien cukup
istirahat dan tidak melakukan aktifitas membaca terus-menerus.
Rasional : Mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.
c.
Gunakan lampu atau penerangan
yang cukup ( dari atas dan belakang ) saat membaca.
Rasional : Mengurangi silau dan
akomodasi yang berlebihan.
d.
Kolaborasi pemberian kacamata
untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.
3.
Risiko cedera yang berhubungan
dengan keterbatasan penglihatan.
Tujuan : Tidak terjadi cedera.
Kriteria Hasil :
a.
Klien dapat mel;akukan
aktivitas tanpa mengalami cedera
b.
Klien dapat mengidentifikasi
potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
a.
Jelaskan tantang kemungkinan
yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan.
Rasional : Perubahan tajam penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan
risiko cedera sampai klien belajar untuk mengkompensasi.
b.
Beritahu klien agar lebih
berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
c.
Batasi aktivitas, seperti
mengendarai kendaraan pada malam hari.
Rasional : Mengurangi potensial bahaya
karena penglihatan kabur.
d.
Gunakan kacamata koreksi/
pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk menghindari cedera.
( Istiqamah, 2004 )
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F. 1995. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Jakarta
: EGC.
Istiqamah, Indriana. N. 2004. Asuhan
Keperawatan KLien Gangguan Mata. Jakarta
: EGC.
Long, Barbara C, 1996. Perawatan
Medikal Bedah. Bandung
: YIAPK Padjajaran.
Mansjoer, ASrif, dkk, 2001. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta
: Media Aesculapius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar