Syok Kardiogenik
A. DEFINISI
Syok kardiogenik merupakan akibat dari kegagalan
jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh. Ini bisa terjadi
karena disfungsi ventrikel kanan atau kiri, atau kedua-duanya. Kurangnya
keadekuatan dari fungsi pemompaan menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan
kegagalan sirkulasi. Ini terjadi kira-kira sekitar 6-10% pada pasien dengan
infark miokard akut, dan ini merupakan penyebab utama kematian dengan MI ini.
Rata-rata kematian pada syok kardiogenik ini telah dikurangi dengan terapi
revaskularisasi awal sekitar 50-60%.
Syok kardiogenik adalah
kelainan jantung primer yang mengakibatkan perfusi
jaringan tidak cukup untuk mendistribusi
bahan-bahan makanan dan pengambilan
sisa-sisa metabolisme. Syok kardiogenik adalah syok disebabkan
oleh tidak adekuatnya perfusi jaringn akibat dari kerusakan fungsi ventrikel
ini.Syok Kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung mengalirkan cukup darah ke
jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, berasal akibat gangguan fungsi
pompa jantung.
Syok dapat dapat dibagi dalam tiga tahap yang
semakin lama semakin berat. Klasifikasi syok dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
1. Tahap I, syok berkompensasi (non-progresif), ditandai
dengan respons kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah kemunduran
lebih lanjut.
2. Tahap II, tahap progresif, di tandai dengan manifestasi sistemis dari hipoperfusi dan kemunduran fungsi organ.
2. Tahap II, tahap progresif, di tandai dengan manifestasi sistemis dari hipoperfusi dan kemunduran fungsi organ.
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan
sel yang hebat tidak dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian.
B.
ETIOLOGI
Syok kardiogenik bisa disebabkan oleh iskemia ventrikular primary,
masalah struktural dam disritmia. Penyebab paling utama adalah infark miokard
akut yang menyebabkn kehilangan 40% atau lebih fungsi miokardium. Kerusakan
pada miokardium mungkin terjadi setelah salah satu infark miokard besar
(biasanya dinding anterior), atau mungkin kuulatif sebagai akibat dari beberapa
infark miokard yang lebih kecil atau infark miokard pada pasien dengan
disfungsi ventrikel yang sudah ada sebelumnya. Masalah struktural pada sistem
kardiopulmonari dan disritmia juga menyebabkan syok kardiogenik. Jika mereka
mengganggu aliran darah ke jantung.
Faktor etiologi pada kasus syok kardiogenik:
1. Iskemia ventrikuler
primary
·
Infark miokard akut
·
Kardiopulmonari arrest
·
Operasi jantung terbuka
2. Masalah struktural
·
Ruptur septal
·
Ruptur otot papilaris
·
Free wall rupture
·
Aneurisma ventrikel
·
Kardiomiopati
·
Kongestif
·
Hipertropik
·
Terbatas
·
Tumor intrakardiak
·
Emboli paru
·
Trombus atrium
·
Disfungsi valvuvar
·
Miokard akut
·
Tamponade kardiak
·
Miokard memar
3. Disritmia
·
Bradidisritmia
·
Takidisritmia
Faktor predisposisi :
Dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor-faktor predisposisi timbulnya syok
kardiogenik yaitu :
Dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor-faktor predisposisi timbulnya syok
kardiogenik yaitu :
1. Umur yang relatif lebih tua
pada syok kardiogenik : umumnya lebih dari 60
tahun
2. Telah terjadi payah jantung sebelumnya
3. Adanya infark lama dan baru
4. Lokasi pada dinding anterior lebih
sering menimbulkan syok
5. IMA yang meluas secara progresif
6. Komplikasi mekanik IMA : septum sobek,
insufisiensi mitral, disenergi ventrikel
7. Gangguan irama dan nyeri hebat
8. Faktor ekstramiokardial : obat-obatan penyebab
hipotensi atau hipovolemia
C. PATOFISIOLOGI
Syok kardiogenik merupakan akibat dari terganggunya kemampuan
ventrikel untuk memompa darah keseluruh tubuh, dimana menyebabkan penurunan di
SV dan peningkatan didalam darah ventrikel kiri dan berakhir pada systol.
Penurunan di SV mengakibatkan penurunan pada CO, yang mana menyebabkan
penurunan suplai oksigen seluler dan ketidakefektifan perfusi jaringan.
Biasanya, kinerja miokard menurun sebagai kompensasi vasokonstriksi yang
meningkatkan miokardial afterload dan tekanan darah rendah sehingga memperburuk
MI.
D. MANIFESTASI KLINIS
Timbulnya kardiogenik syok dalam hubungannya dengan
IMA dapat dikategorikan dalam :
1.Timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4 –
6 jam setelah infark akibat gangguan miokard masih
atau ruptur dinding bebas ventrikel kiri
2.
Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark berulang
3. Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark miokard
disertai timbulnya bising mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi
elektromekanik. Episode ini dapat disertai atau tanpa nyeri dada, tetapi sering
disertai dengan sesaknafas akut.
Keluhan nyeri dada pada infark miokard akut biasanya di daerah
substernal, rasa seperti ditekan, diperas, seperti diikat, rasa dicekik dan
disertai rasa takut.Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan dan punggung.
Nyeri biasanya hebat, berlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan
obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang berasal dari penyakit jantung
lainnya, keluhan sesuai dengan penyakit dasarnya.
Manifestasi lain syok kardiogenik yang ditandai sebagai berikut :
·
Tekanan darah sistol
<90 mmHg
·
Laju jantung
>100x/menit
·
Denyut nadi lemah
·
Bunyi jantung berkurang
·
Perubahan sensorium
·
Kulit dingin, pucat,
lembab
·
Urine output <30
ml/jam
·
Nyeri dada
·
Disritmia
·
Takipneu
·
Krakles
·
Penurunan curah jantung
·
Index cardiac <2.2
L/min/m2
·
Peningkatan tekanan
arteri pulmonari
·
Peningkatan tekanan
atrial kanan
·
Peningkatan resisten
vaskuler sistemik
E.
PENGKAJIAN DAN DIAGNOSIS
Beberapa variasi manifestasi klinis terjadi pada
pasien syok kardiogenik, tergantung pada faktor etiologi, riwayat kesehatan
dahulu, dan tingkat keparahan status syok.Beberapa manifestasi klinis
disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa, dimana semua berhubungan
dengan respons syok.
Inisial manifestasi klinis berhubungan dengan
penurunan CO. Tanda dan gejala termasuk SBP kurang dari 90 mmHg, penurunan
sensorium, kulit dingin, pucat dan lembab, dan UO kurang dari 30 ml/jam. Pasien
juga mengeluh nyeri dada. Takikardi uncul sebagai kompensasi penurunan CO.
Denyut nadi lemah, dan adanya bunyi jantung yang melemah berarti S1
dan S2 berkurang sebagai akibat dari penurunan kontraktilita. Irama nafas
meningkat untuk meningkatkan oksigenasi. Nilai ABG mengindikasikan pernafasan
alkalosis yang dibuktikan oleh penurunan PaCo2. Ditemukannya urinalisis
menunjukkan penurunan natrium urin dan peningkatan osmalality urin dan
gravitasi spesifik sebagai ginjal mulai mengheat natrium dan air. Pasien juga
mungkin mengalami disritmia, tergantung pada masalah yang mendasari.
Karena ventrikel kiri yang gagal, pada
auskultasi paru mungkin terdengar bunyi krakles dan ronchi, ini mengindikasikan
berkembangnya edema paru. Hipoksemia terjadi dengan dibuktikannya dari
kegagalan PaO2 dan SaO2 sebagaimana diukur oleh nilai
ABG. Bunyi jantung mungkin memperlihatkan S3 dan S4.
Pembesaran vena jugularis tampak jelas karena kegagalan sisi kanan.
Pengkajian parameter hemodinamik pada seorang
pasien syok kardiogenik memperlihatkan penurunan CO dengan CI kurang dari 2.2
L/min/m2 adanya peningkatan PAOP lebih dari 15-18 mmHg. Peningkatan pengisian
tekanan perlu untuk menyingkirkan hypovolemia sebagai akibat kegagalan
sirkulasi. Peningkatan PAOP mencerminkan peningkatan ventrikel kiri tekanan
akhir diastolik (LVEDP) dan volume akhir diastolik (LVEDV) yang dihasilkan dari
penurunan SV. Dengan kegagalan ventrikel kanan, RAP juga akan meningkat.
Kompensasi vasokonstriksi menghasilkan peningkatan SAVR tersebut.
Echocardiography menegakkan diagnosis syok kardiogenik dan menjadi
penyebab lain dari kegagalan sirkulasi.
Karena kegagalan mekanisme kompensasi dan
ketidakefktifan perkembangan perfusi, berbagai manifestasi klinis lain
muncul.Iskemia miokard berkembang sebagaimana dibuktikan dengan peningkatan
yang terus-menerus di HR, disritmia dan nyeri dada. Fungsi paru yang memburuk
menyebabkan gangguan pernafasan, Nilai ABG selama fase ini menyatakan asidosis
metabolik dan pernapasan serta hipoksemia seperti ditunjukkan dengan PaCO2
tinggi, HCO3 rendah dan PAO2 rendah. Gagal ginjal
terjadi sebagai akibat dari perkembangan anuria dan peningkatan BUN serta
tingkat kreatinin serum. Hipoperfusi serebral ditandai oleh penurunan LOC.
F.
MANAJEMEN PENGOBATAN
Pengobatan pasien syok kardiogenik membutuhkan
pendekatan yang agresif. Tujuan utama terapi ini adalah untuk mengobati
penyebab yang mendasarinya, peningkatan efektivitaspompa, dan memperbaiki
perfusi jaringan. Pendekatan ini mencakup identifikasi faktor-faktor etiologi
dari kegagalan pompa dan pemberian agen farmakologis untuk meningkatkan curah
jantung. Agen inotropik yang digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas dan
mempertahankan keadekuatan tekanan darah dan perfusi jaringan. Diuretik
digunakan untuk pengurangan preload. Apabila tekanan darah telah distabilkan,
agen vasodilatasi digunakan untuk preload dan pengurangan afterload. Agen
Antidisritmia seharusnya seharusnya digunakan untuk menekan/mengontrol
disritmia yang dapat mempengaruhi curah jantung. Intubasi dan mekanisme
ventilasi mungkin diperlukan untuk mendukung oksigenasi.
Pompa balon
intraaortik (IABP) adalah langkah sementara untuk mengurangi beban kerja
miokard oleh peningkatan pasokan miokardial dan penurunan permintaan
miokard.Ini akan berhasil dengan peningkatan perfusi arteri koroner dan
mengurangi afterload ventrikel kiri.
Setelah penyebab
kegagalan pompa telah diidentifikasi, tindakan harus diambil untuk memperbaiki
masalah ini jika memungkinkan. Jika masalah tersebut berkaitan dengan infark
miokard akut, revaskularisasi dini dengan angioplasti koroner atau dengan
pembedahan koroner arteri angioplasti memberikan manfaat kelangsungan hidup
yang lebih signifikan. Agen trombolotik dapat digunakan pada pasien. Terapi
untuk mengurangi miokard harus mencakup pembatasan aktivitas, analgesik, dan
obat penenang. Ketika terapi konvensional gagal, oksigenasi membran eksteacorporeal
(ECMO) dapat digunakan untuk mendukung pasien syok kardiogenik akut. Sirkulasi
mekanik ini membantu mempertahankan perfusi organ yang efektif, memungkinkan
waktu untuk ventrikel pasien membaik atau untuk dilakukannya transplantasi
jantung.
G. MANAJEMEN KEPERAWATAN
Pencegahan syok kardiogenik adalah salah satu
tanggung jawab utama perawat di area keperawatan kritis. Tindakan pencegahan
termasuk mengidentifikasi pasien pada risiko dan pengkajian serta manajemen
status kardiopulmuner pasien. Pasien dalam syok kardiogenik mungkin memiliki
sejumlah diagnosis keperawatan, tergantung pada perkembangan penyakit.
Prioritas keperawatan diarahkan terhadap :
1. Membatasi permintaan
oksigen miokard
2. Peningkatan pasokan
oksigen miokard
3. Mempromosikan kenyamanan
dan dukungan emosional
4. Mempertahankan
pengawasan terhadap komplikasi
Langkah-langkah untuk membatasi kebutuhan oksigen miokard meliputi
:
·
Pemberian analgesik,
sedatif, dan agen untuk mengontrol afterload dan disritmia
·
Posisi pasien untuk
kenyamanan
·
Membatasi aktivitas
·
Menyediakan lingkungan
yang tenang dan nyaman
·
Memberikan dukungan
untuk mengurangi kecemasan
·
Memberikan pemahaman
terhadap pasien tentang kondisinya
Pengukuran untuk meningkatkan suplai oksigen miokard mencakup
pemberian oksigen tambahan, pemantauan status pernafasan pasien dan memberikan
obat yang diresepkan. Manajemen keperawatan yang efektif dari syok kardiogenik
membutuhkan pemantauan yang tepat dan pengelolaan SDM , preload, afterload dan
kontraktilitas. Hali ini dapat dicapai melalui pengukuran akurat dari variabel
hemodinamik dan pengontrolan administrasi cairan serta inotropik dan agen
vasoaktif. Hasil penilaian dan pengelolaan fungsi pernafasan juga penting untuk
mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Pasien yang memerlukan terapi IABP perlu sering diawasi untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Komplikasi meliputi pembentukan emboli, infeksi,
pecahnya aorta,trombositopenia, penempatan balllon tidak tepat, perdarahan,
waktu tidak benar dari ballon, pecahnya ballon, dan kompromi sirkulasi dari
ujung cannulated.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRIORITAS
1.
Penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan kontraktiliti
2.
Ketidakseimbangan
nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan peningkatan metabolisme
kurangnya nutrisi exogenous
NANDA
|
NOC
|
NIC
|
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktiliti
Definisi:
Keadaan pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan
metabolisme tubuh
Batasan
Karakteristik :
1.
Perubahan kecepatan jantung/ irama
· Aritmia
· Bradikardi
· Perubahan EKG
· Palpitasi
· Takikardi
2.
Perubahan preload
· Edema
· Penurunan tekanan vena central
· Penurunan tekanan arteri paru
· Kelemahan
· Peningkatan tekanan vena central
· Peningkatan tekanan arteri paru
· Distensi vena jugularis
· Murmur
· Peningkatan BB
3.
Perubahan afterload
· Kulit berkeringat
· Dispnea
· Penurunan nadi perifer
· Penurunan resistensi pembuluh darah pulmonal
· Penurunan tahanan tekanan darah sistemik
· Peningkatan resistensi pembuluh darah pulmonal
· Peningkatan tahanan tekanan darah sistemik
· Oliguria
· Pengisian kembali dari perifer
· Perubahan warna kulit
· Hasil pembacaan tekanan darah berbeda-beda
4.
Perubahan kontraktilitas
· Ronki basah
· Batuk
· Fraksi ejeksi < 40%
· Penurunan index beban kerja
ventrikel kiri
· Penurunan index volume gerak
· Penurunan index jantung
· Ortopnea
· Dispnea nocturnal paroksismal
· S3 atau S4 (bunyi jantung)
5.
Tingkah laku/ emosional
· Kegelisahan
· Keresahan
|
Keefektifan
pompa jantung
Indikator:
· Tekanan darah, hasil
yang diharapkan
· Kecepatan jantung yang diharapkan
· Index jantung yang diharapkan
· Fraksi ejeksi yang diharapkan
· Aktivitas toleransi yang diharapkan Nadi perifer kuat
· Ukuran jantung normal
· Warna kulit
· Distensi vena leher tidak ada
· Disaritmia tidak ada
· Bunyi jantung abnormal tidak ada
· Angina tidak ada
· Edema peripheral tidak ada
· Edema pulmonal tidak ada
· Diaporesis sedalam-dalamnya tidak ada
· Kelemahan yang ekstrim tidak ada
Status
Sirkulasi
Indikator
:
· Tekanan darah sistolik yang diharapkan
· Tekanan darah diastolik yang diharapkan
· Tekanan nadi yang diharapkan
· Rata-rata tekanan darah yang diharapkan
· Tekanan vena central yang diharapkan
· Tekanan pulmonal paru yang diharapkan
· Hipotensi ortostatik tidak ada
· Kecepatan jantung yang diharapkan
· Bunyi jantung abnormal tidak ada
· Angina tidak ada
· Gas darah yang diharapkan
· Arteri-vena oksigen berbeda dengan yang diharapkan
· Bunyi nafas adventitious tidak ada
· ventrikel kiri
· Penurunan index volume gerak
· Penurunan index jantung
· Ortopnea
· Dispnea nocturnal paroksismal
· S3 atau S4 (bunyi jantung)
5.
Tingkah laku/ emosional
· Kegelisahan
· Keresahan Edema perifer tidak ada
· Asites tidak ada
· Status kognitif yang diharapkan
· Kelemahan ekstrim tidak ada
|
Perawatan Cardiac
Aktivitas :
ü Evaluasi
nyeri dada (ex : intensitas, lokasi, penjalaran, durasi, dan faktor penyebab
dan faktor yang mengurangi nyeri
ü Melakukan
penilaian yang komprehensive terhadap sirkulasi periferal (ex: periksa
tekanan periferal, edema, kapiler refill, warna, dan temperatur ekstremitas)
ü Dokumentasikan
adanya kardiak distrimia
ü Catat
tanda dan gejala penurunan curah jantung
ü Monitor
frekuensi tanda vital
ü Monitor
status kardiovaskuler
ü Monitor
distrimia kardiak, termasuk gangguan kedua irama dan konduksi
ü Monitor
status respirasi untuk gejala gagal jantung
ü Monitor
abdomen untuk adanya indikasi penurunan perfusi
ü Monitor
keseimbangan cairan (ex: intake/output dan berat badan setiap hari)
ü Monitor
pacemaker yang berfungsi, jika diperlukan
ü Mengenali
adanya perubahan tekanan darah
ü Mengenali
efek psikologis yang menekankan kondisi
ü Evaluasi
respon pasien pada ektopi atau distrimia
ü Menyediakan
terapi antiaritmia berdasarkan unit kebijaksanaan (obat antiaritmia,
kardioversion/defibrilasi), jika diperlukan
ü Monitor
respon pasien terhadap pengobatan antiaritmia
ü Instruksikan
pasien dan keluarga pada pembatasan aktivitas dan progresi
ü Atur
periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
ü Monitor
toleransi aktivitas klien
|
Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan metabolisme
Definisi : Keadaan individu yang
mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Batasan karakteristik :
·
Kram abdomen
·
Nyeri abdomen
·
Keengganan untuk makan
·
BB kurang dari 20% atau lebih di
bawah ideal
·
Kapiler rapuh
·
Diarrhea
·
Rambut rontok
·
Bising usus hiperaktif
·
Kurangnya makanan
·
Kurang informasi
·
Kurang minat pada makanan
·
Kehilangan berat badan dengan
intake yang adekuat
·
Miskonsepsi
·
Misinformasi
·
Luka membrane mukosa
·
Merasakan tidak mampu menelan
makanan
·
Kehilangan tonus otot
·
Melaporkan perubahan sensasi rasa
·
Melaporkan intake makanan kurang
dari RDA
·
Merasa segera kenyang setelah
memasukan makanan
·
Luka rongga mulut
·
Steatorhea
·
Kelemahan otot menelan atau
mengunyah
|
Status nutrisi :
Indikator:
·
Intake nutrisi
·
Intake makan dan minum
·
Energi
·
Massa tubuh
·
Berat badan
· Tindakan biokimia
·
Asupan makanan melalui oral
Status nutrisi: intake makanan dan
cairan
Indikator :
·
Asupan makanan melalui selang
·
Asupan cairan melalui oral
·
Asupan cairan
· Asupan total parenteral nutrisi
|
Manajemen nutrisi
Aktivitas :
·
Menanyakan jika pasien memiliki
alergi makanan apapun
·
Memastikan preferensi makanan
pasien
·
Menentukan, bekerjasama dengan
diet sebagai jumlah kalori yang tepat, dan jenis gizi yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan gizi
·
Mendorong asupan kalori yang tepat
bagi tubuh jenis dan gaya hidup
·
Mendorong peningkatan asupan
protein, besi, dan vitamin C, yang sesuai. Menawarkan makanan ringan (mis.;
sering minuman, jus buah-buahan/buah segar) yang sesuai
·
Memberikan makanan ringan, bubur,
dan hambar, yang sesuai
·
Menyediakan pengganti gula, yang
sesuai
·
Memastikan bahwa diet termasuk
makanan tinggi serat untuk mencegah sembelit
·
Menawarkan bumbu dan rempah-rempah
sebagai alternatif garam
·
Menyediakan pasien dengan protein
tinggi, kalori tinggi, bergizi jari makanan dan minuman yang dapat mudah
dikonsumsi, yang sesuai
·
Menyediakan makanan pilihan
·
Menyesuaikan diet untuk gaya hidup
pasien yang sesuai
·
Pasien mengajarkan cara untuk
menjaga buku harian makanan, yang diperlukan
·
Memantau rekaman asupan gizi
konten dan kalori
·
Menimbang pasien interval waktu
yang tepat
·
Mendorong pasien untuk memakai
gigi palsu benar dipasang dan/atau mendapatkan perawatan gigi
·
Memberikan informasi yang tepat
tentang kebutuhan gizi dan bagaimana untuk bertemu dengan mereka
·
Mendorong safe makanan persiapan
dan pelestarian teknik
·
Menentukan presentase pasien
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi
·
Membantu pasien menerima bantuan
dari program gizi masyarakat yang sesuai, yang diperlukan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar