BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar belakang
Atrial septal
defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan
atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan
pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah
hubungan langsung antara serambi jantungt kana dan kiri melalui sekatnya karena
kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di
dekat muara vena kava suporior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup
spontan setelh kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan penutupan
septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan
endokard. Macam-macam defek sekat ini harus di tutup dengan tindakan bedah
sebelum terjadinya pembalikan aliran darah meleui pintasan ini dari kanan ke kiri
sebagai tanda timbulnya sindrome eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan
aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa
penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal
defek dengan sepotong dakron.
b.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi dari ASD.
2.
Untuk mengetahui etiologi dari ASD.
3.
Untuk mengetahui patofisiologi dari ASD.
4.
Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ASD.
5.
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic spesifik dari ASD.
6.
Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ASD.
7.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ASD.
c.
Manfaat
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, baik
penyusun maupun pembaca dapat memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien ASD dengan tepat dan bermutu. Selain itu
diharapakan makalah ini, kita dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya di
bidang keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
a)
Pengertian
Atrial septal
defeck ( ASD ) adalah penyakit jantung bawaan lubang (defek) pada septum
interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi
interatrial semasa janin, atrial septal defect adalah suatu lubang pada dinding
(septum) yang memisahkan jantung bagian atas ( atrium kiri dan kanan )
Tiga macam variasi yang terdapat pada ASD,yaitu
·
Ostium primum ( ASD I ), letak lubang dibagian bawah septum,
disertai kelainan katub mitral
·
Ostium secundum (ASD 2 ), letak lubang di tengah septum
·
Sinus venosus defek, lubang berada di antara vena kava superior dan
atrium kanan
b)
Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1.
Faktor prenatal
·
Ibu menderita penyakit infeksi rubella
·
Ibu alkoholisme
·
Umur ibu lebih dari 40 tahun
·
Ibu menderita IDDM
·
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2.
Faktor genetik
·
Anak yang baru lahir sebelumnya menderita PJB
·
Ayah atau ibu menderita PJB
·
Kelainan kromosom misalnya sindroma down
·
Lahir dengan kalainan bawaan lain
3.
Gangguan hemodinamik
Tekana
di atrium kiri lebih tinggi dari pada tekanan di natrium kanan sehingga
memungkinkan aliran darah dari atrium kiri ke atrium kanan
c)
Patofisiologi
Pada kasus
Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigen
dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang
melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari
atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi
lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding
ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibatvolume serta ukuran atrium
kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus
menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan bisa
berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit
vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi
dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah
yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.
d) Manifestasi
klinis
·
bising sistolik tipe jeksi di sela
iga ke dua/tiga pinggir sternum kiri
·
dispnea
·
aritmia
e) pemeriksaan
penunjang
·
laboratorium
·
foto thorax
·
EKG ; deviasi ke kiri pada
Asd primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD secundum; RBBB, RVH
·
Kateterisasi jantung : prosedur
diagnoatik dimana kateter ridhopaque dimasukan kedalam serambi jantung melalui
pembuluh drah perifer, di observasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi
pencitraan, pengukuran tekanan darah dan sampla darah memberikan sumber-sumber
informasi tambahan.
·
TEE ( trans esophageal
echocardiografi )
f)
Terapi medis
·
Pembedahan penutupan defek dianjurkan pada saat anak berusia 5-10
tahun. Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, bila terjadi
sindrome eisenmenger, umumnya menujukan prognosis buruk.
·
Amplazer septal ocluder
·
Sadap jantung ( bila diperlukan )
g)
Komplikasi
·
gagal jantung
·
penyakit pembuluh darah paru
·
endokarditis
·
aritmia
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
·
Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail
terhadap jantung.
·
Lakukan pengukuran tanda-tanda vital
·
Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi
·
Inspeksi
o Status nutrisi
: gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan
penyakit jantung.
o Warna :
sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung kongenital, sedangkan pucat
berhubungan dengan anemia yang sering menyertai penyakit jantgung.
o Deformitas dada
: pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada
o Pulasi tidak
umum : terkadang terjadi pulasi yang dapat dilihat.
o Ekskursi
pernapasan : pernapasan mudah atau sulit ( misalnya : takipnea, dispnea, adanya
dengkur ekspirasi ).
o Jari tabuh :
berhubungan dengan beberapa tipe penyakit jantung kongenital
o Perilaku :
memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas dari beberapa
jenis penyakit jantung.
·
Palpasi dan perkusi
o Dada : membantu
melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain ( seperti thrill
vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat melakukan palpasi )
o Abdomen :
hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.
o Nadi perifer :
frekuensi, keteraturan dan amplitudo ( kekuatan ) dapat menunjukan
ketidaksesuaian.
·
Auskultasi
o Jantung :
mendeteksi adanya murmur jantung.
o Frekuensi dan
irama jantung : menunjukan deviasi bunyi dan intensitas jantung yang membantu
melolkalisasi defek jantung.
o Paru-paru :
menunjukan ronchi kering kasar, mengi.
o Tekanan darah :
penyimpangan terjadi di beberapa kondisi jantung ( mis ; ketidaksesuaian antara
ektremitas atas dan bawah ).
o Bantu dengan
prosedur diagnostik dan pengujian : misalnya : ekg, radiografi, ekokardiografi,
fluroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah ( jhumlah darah,
haemoglobin, volume sel darah, gas darah ), kateterisasi jantung.
B.
Dignosa keperawatan
1)
Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d struktur jantung
2)
Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transport oksigen
3)
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d ketidakadekuatan oksigen
dan nutrien pada jaringan, isolasi sosial.
4)
Resiko tinggi infeksi b/d status fisik yang lemah.
5)
Resiko tinggi cedera ( komplikasi ) b/d kondisi jantung dan terapi
6)
Perubahan proses keluarga b/d mempunyai anak dengan penyakit jantug
(ASD)
C.
Rencana asuhan keperawatan
1.
Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
defek struktur.
Tujuan :
Klien akan menunjukkan perbaikan curah jantung.
Kriteria hasil :
a. Frekwensi jantung, tekanan darah, dan perfusi perifer berada pada batas normal sesuai usia.
b. Keluaran urine adekuat (antara 0,5 – 2 ml/kgbb, bergantung pada usia )
Intervensi keperawatan/rasional
a. Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.
b. Beri obat penurun afterload sesuai program
c. Beri diuretik sesuai program
Tujuan :
Klien akan menunjukkan perbaikan curah jantung.
Kriteria hasil :
a. Frekwensi jantung, tekanan darah, dan perfusi perifer berada pada batas normal sesuai usia.
b. Keluaran urine adekuat (antara 0,5 – 2 ml/kgbb, bergantung pada usia )
Intervensi keperawatan/rasional
a. Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.
b. Beri obat penurun afterload sesuai program
c. Beri diuretik sesuai program
2.
Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem
transport oksigen
Tujuan :
Klien mempertahankan tingkat energi yang adekuat tanpa stress tambahan.
Kriteria hasil :
a. Anak menentukan dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
b. Anak mendapatkan waktu istirahat/tidur yang tepat.
Intervensi keperawatan/rasional
a. Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan.
b. Anjurkan permainan dan aktivitas yang tenang.
c. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan.
d. Hindari suhu lingkungan yang ekstrem karena hipertermia atau hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen.
e. Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas.
f. Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari distress.
Tujuan :
Klien mempertahankan tingkat energi yang adekuat tanpa stress tambahan.
Kriteria hasil :
a. Anak menentukan dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
b. Anak mendapatkan waktu istirahat/tidur yang tepat.
Intervensi keperawatan/rasional
a. Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan.
b. Anjurkan permainan dan aktivitas yang tenang.
c. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan.
d. Hindari suhu lingkungan yang ekstrem karena hipertermia atau hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen.
e. Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas.
f. Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari distress.
3.
Diagnosa keperawatan : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan, isolasi sosial.
Tujuan :
Pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
Anak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan usia
Kriteria hasil :
a. Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
b. Anak melakukan aktivitas sesuai usia
c. Anak tidak mengalami isolasi sosial
Tujuan :
Pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
Anak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan usia
Kriteria hasil :
a. Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
b. Anak melakukan aktivitas sesuai usia
c. Anak tidak mengalami isolasi sosial
Intervensi
Keperawatan/rasional
a. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.
b. Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk menentukan kecenderungan pertumbuhan.
c. Dapat memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia, bila dianjurkan.
d. Dorong aktivitas yang sesuai usia.
e. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.
f. Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.
a. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.
b. Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk menentukan kecenderungan pertumbuhan.
c. Dapat memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia, bila dianjurkan.
d. Dorong aktivitas yang sesuai usia.
e. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.
f. Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.
4.
Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik
yang lemah.
Tujuan :
Klien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi
Kriteria hasil :
Anak bebas dari infeksi.
Intervensi Keperawatan/rasional
a. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
b. Beri istirahat yang adekuat
c. Beri nutrisi optimal untuk mendukung pertahanan tubuh alami.
Tujuan :
Klien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi
Kriteria hasil :
Anak bebas dari infeksi.
Intervensi Keperawatan/rasional
a. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
b. Beri istirahat yang adekuat
c. Beri nutrisi optimal untuk mendukung pertahanan tubuh alami.
5.
Diagnosa Keperawatan : Risiko tinggi cedera (komplikasi) berhubungan dengan
kondisi jantung dan terapi
Tujuan :
Klien/keluarga mengenali tanda-tanda komplikasi secara dini.
Kriteria hasil :
a. Keluarga mengenali tanda-tanda komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat.
b. Klien/keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes diagnostik dan pembedahan.
Intervensi Keperawatan/rasional
a. Ajari keluarga untuk mengenali tanda-tanda komplikasi :
Gagal jantung kongestif :
- Takikardi, khususnya selama istirahat dan aktivitas ringan.
- Takipnea
- Keringat banyak di kulit kepala, khususnya pada bayi.
- Keletihan
- Penambahan berat badan yang tiba-tiba.
- Distress pernapasan
Toksisitas digoksin
- Muntah (tanda paling dini)
- Mual
- Anoreksia
- Bradikardi.
Disritmia
- Peningkatan upaya pernapasan : retraksi, mengorok, batuk, sianosis.
Tujuan :
Klien/keluarga mengenali tanda-tanda komplikasi secara dini.
Kriteria hasil :
a. Keluarga mengenali tanda-tanda komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat.
b. Klien/keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes diagnostik dan pembedahan.
Intervensi Keperawatan/rasional
a. Ajari keluarga untuk mengenali tanda-tanda komplikasi :
Gagal jantung kongestif :
- Takikardi, khususnya selama istirahat dan aktivitas ringan.
- Takipnea
- Keringat banyak di kulit kepala, khususnya pada bayi.
- Keletihan
- Penambahan berat badan yang tiba-tiba.
- Distress pernapasan
Toksisitas digoksin
- Muntah (tanda paling dini)
- Mual
- Anoreksia
- Bradikardi.
Disritmia
- Peningkatan upaya pernapasan : retraksi, mengorok, batuk, sianosis.
-
Hipoksemia : sianosis, gelisah.
- Kolaps kardiovaskular : pucat, sianosis, hipotonia.
b. Ajari keluarga untuk melakukan intervensi selama serangan hipersianotik
- Tempatkan anak pada posisi lutut-dada dengan kepala dan dada ditinggikan.
- Tetap tenang.
- Beri oksigen 100% dengan masker wajah bila ada.
- Hubungi praktisi
c. Jelaskan atau klarifikasi informasi yang diberikan oleh praktisi dan ahli bedah pada keluarga.
d. Siapkan anak dan orang tua untuk prosedur.
e. Bantu membuat keputusan keluarga berkaitan dengan pembedahan.
f. Gali perasaan mengenai pilihan pembedahan.
- Kolaps kardiovaskular : pucat, sianosis, hipotonia.
b. Ajari keluarga untuk melakukan intervensi selama serangan hipersianotik
- Tempatkan anak pada posisi lutut-dada dengan kepala dan dada ditinggikan.
- Tetap tenang.
- Beri oksigen 100% dengan masker wajah bila ada.
- Hubungi praktisi
c. Jelaskan atau klarifikasi informasi yang diberikan oleh praktisi dan ahli bedah pada keluarga.
d. Siapkan anak dan orang tua untuk prosedur.
e. Bantu membuat keputusan keluarga berkaitan dengan pembedahan.
f. Gali perasaan mengenai pilihan pembedahan.
6.
Diagnosa Keperawatan : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai
anak dengan penyakit jantung (ASD)
Tujuan :
Klien/keluarga mengalami penurunan rasa takut dan ansietas
Klien menunjukkan perilaku koping yang positif
Kriteria hasil :
Keluarga mendiskusikan rasa takut dan ansietasnya
Keluarga menghadapi gejala anak dengan cara yang positif
Intervensi Keperawatan/rasional :
a. Diskusikan dengan orang tua dan anak (bila tepat) tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering menyebabkan ansietas/rasa takut.
b. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak selama hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah.
c. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak untuk mencegah kelelahan pada diri mereka sendiri.
d. Bantu keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan metode disiplin yang tepat untuk anak.
Tujuan :
Klien/keluarga mengalami penurunan rasa takut dan ansietas
Klien menunjukkan perilaku koping yang positif
Kriteria hasil :
Keluarga mendiskusikan rasa takut dan ansietasnya
Keluarga menghadapi gejala anak dengan cara yang positif
Intervensi Keperawatan/rasional :
a. Diskusikan dengan orang tua dan anak (bila tepat) tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering menyebabkan ansietas/rasa takut.
b. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak selama hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah.
c. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak untuk mencegah kelelahan pada diri mereka sendiri.
d. Bantu keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan metode disiplin yang tepat untuk anak.
Evaluasi
Proses : langsung setalah setiap tindakan
Hasil : tujuan yang diharapkan
1. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia
3. Anak bebas dari komplikasi pascabedah
Proses : langsung setalah setiap tindakan
Hasil : tujuan yang diharapkan
1. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia
3. Anak bebas dari komplikasi pascabedah
BAB IV
PENUTUP
a.
kesimpulan
Jantung
Jantung merupakan sebuah organ muskuler berongga yang terdiri dari otot-otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, dan cara kerjanya dipengaruhi oleh susunan saraf otonom atau diluar kemauan kita.
a. Atrium Septal Defect (ASD)
Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Atrial Septal Defect (ASD) adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan).
b. Definisi
Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.
Jantung
Jantung merupakan sebuah organ muskuler berongga yang terdiri dari otot-otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, dan cara kerjanya dipengaruhi oleh susunan saraf otonom atau diluar kemauan kita.
a. Atrium Septal Defect (ASD)
Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Atrial Septal Defect (ASD) adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan).
b. Definisi
Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.
B.
Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan jantung ASD/ VSD Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk menanganinya secara efektif dan efisien .
• Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mnegetahui konsep. Atrium septum defek/ ventrikel septum defek dan askep nya guna unttuk mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien
• Perawat memiliki pengetahuan tentang ASD/ VSD untuk dapat mempengaruhi orang tua dalam menjalani pengobatan untuk sehingga penyakit lebih berat dapat dihindari .
• Pelayanan keperawatan dapat memberikan anjuran kepada orang tua untuk melalukan terapi agar ASD/ VSD dapat teratasi
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan jantung ASD/ VSD Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk menanganinya secara efektif dan efisien .
• Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mnegetahui konsep. Atrium septum defek/ ventrikel septum defek dan askep nya guna unttuk mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien
• Perawat memiliki pengetahuan tentang ASD/ VSD untuk dapat mempengaruhi orang tua dalam menjalani pengobatan untuk sehingga penyakit lebih berat dapat dihindari .
• Pelayanan keperawatan dapat memberikan anjuran kepada orang tua untuk melalukan terapi agar ASD/ VSD dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ajar ILMU PENYAKIT DALAM (1996), Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Buku Ajar KEPERAWATAN KARDIOVASKULER (2001), Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Buku Saku Keperawatan Pediatrik (2002), Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
Buku Ajar KEPERAWATAN KARDIOVASKULER (2001), Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Buku Saku Keperawatan Pediatrik (2002), Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar