MAKALAH
![HIDROSEFALUS](file:///C:/DOCUME%7E1/Orient/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![]() |
OLEH
KELOMPOK 2
SRI
ANDRIANA
SUSILOWATI
MUZAKAR
ABD.
RAHMAN
IKI
ZULKARNAIN
AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN DONGGALA
T.A 2011-2012
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS
sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan
ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus
sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab
postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak
lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000
bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering
menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir
dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus
memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami
hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.
B. Tujuan
Penulisan
1.
Melatih mahasiswa menyusun paper
dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
2. Agar
mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang HIDROSEFALUS.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Definisi
Hidrosefalus
(kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro"
yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi
ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi
akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan
menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus
adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi
sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.
Hidrosefalus
di bedakan atas dua tipe yaitu :
1. Hidrosefalus Obstruktif
2. Hidrosefalus Komunikas
B.
Etiologi
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis akuaduktus sylvii
b. Spina bivida dan cranium bivida
c. Sindrom dandy – walker
d. Kista araknoid
e. Anomali pembuluh darah
2. Infeksi
3. Neoplasma
4. Pendarahan
C.
Klasifikasi
Klasifikasi
hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
1. Gambaran klinis, dikenal
hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
2. Waktu pembentukan, dikenal
hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal
hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus
komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus
interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.
Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran
likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan
asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor
yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi.
Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang
diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua.
D. PATOFISILOGI
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak
normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme
yaitu: Produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor, Peningkatan
tekanan sinus venosa.
Konsekuensi tiga mekanisme di atas
adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan
keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel
cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari : Kompresi sistem
serebrovaskuler, Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan
ekstraseluler, Perubahan mekanis dari otak. Efek tekanan denyut likuor
serebrospinalis, Hilangnya jaringan otak. Pembesaran volume tengkorak karena
regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan
disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari
kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan
aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena
mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga
menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan
intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor
terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari
hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.
E.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Hidrosefalus terjadi
pada masa neonates
Meliputi
pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada
masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan
ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium
terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak
dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih
terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi
samping kepala tampak melebar dan berkelok.
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa
kanak- kanak
Pembesaran
kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan
penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum
gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia
dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala.
Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania
biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu: Fontanel
anterior yang sangat tegang, Sutura kranium tampak atau teraba melebar, Kulit
kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol, Fenomena
‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen foto
kepala
2. Transimulasi
3. Lingkaran kepala
4. Ventrikulografi
5. Ultrasonografi
6. CT Scan kepala
7. MRI (Magnetic
Resonance Imaging )
G. PENATALAKSANAAN
Ø Mengurangi produksi cairan
serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau
pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan
cairan serebrospinal.
Ø Memperbaiki hubungan antara tempat
produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan
ventrikel dengan subarachnoid
Ø Pengeluaran cairan serebrospinal ke
dalam organ ekstrakranial, yakni:
·
Drainase ventrikule-peritoneal
·
Drainase Lombo-Peritoneal
·
Drainase ventrikulo-Pleural
·
Drainase ventrikule-Uretrostomi
·
Drainase ke dalam anterium mastoid
·
Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan
jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan
cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan
pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
Ø Tindakan bedah pemasangan selang
pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di
bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan
tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul
kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam
selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan
selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
Ø Pengobatan modern atau canggih
dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur,
tidak mudah putus.
H.
KOMPLIKASI
Komplikasi sering terjadi karena
pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh
obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus
( jaringan /eksudat ) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat
dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan
manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status
neurologis buruk.
Komplikasi yang sering terjadi
adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat
pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial,
infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP
shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh
reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen
oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata : Terjadi pada bayi dan anak
b. Riwayat Kesehatan
Ø Prenatal: Adanya infeksi intra
Uterin/ Kongenital
Ø Post Natal : Perdarahan, Neoplasma.
c. Pemeriksaan Fsik
Ø Masa bayi :
·
kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada
kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis,
terdapat bunyi Cracked- Pot ( tanda macewen ),Mata melihat kebawah (tanda
setting – sun ) , mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan kurang, perubahan
kesadaran, opistotonus dan spatik pada ekstremitas bawah.
·
pada bayi dengan malformasi Arnold- Chiari, bayi mengalami
kesulitan menelan, bunyi nafas stridor,
kesulitan bernafas, Apnea, Aspirasi dan tidak reflek muntah.
Ø Masa Kanak-Kanak
·
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah
terstimulasi , Letargy Apatis, Bingung,
Bicara inkoheren.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Ø Lingkar Kepala pada masa bayi
Ø Translumiasi kepala bayi, tampak
pengumpulan cairan serebrospinalis yang abnormal
Ø Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan
"suara khas"
Ø Opthalmoscopi menunjukan papil edema
Ø CT Scan
Ø Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel
dan sutura serta erosi tulang intra
cranial
Ø Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal
yang Abnormal dapat terlihat di dalam system ventrikular atau sub – arakhnoid.
e. Perkembangan Mental/ Psikososial
Ø Tingkat perkembangan
Ø Mekanisme koping
Ø Pengalaman di rawat di Rumah Sakit
f. Pengetahuan Klien dan Keluarga
Ø Hidrosephalus dan rencana pengobatan
Ø Tingtkat pengetahuan
2. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya
tekanan intra karnial.
b. Resiko tinggi terjadinya kerusakn
intregasi kulit sehubungan dengan penekanan dan ketidakmampuan untuk
menggerakan kepala.
c. Kurangnya pengetahuan keluarga
sehubungan dengan kurang informasi dalam keadaan krisis.
3. Perencanaan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya
tekanan intra karnial.
Ø Tujuan : perfusi jaringan serebral
adequat.
Ø Intervensi :
·
Observasi TTV
·
Kaji data dasar neurologi
·
Hindari pemasangan infuse pada vena kepala jika terjadi
pembedahan.
·
Tentukan posisi anak :
- tempatkan
pada posisi terlentang
- tinggikan
kepala
·
Hindari penggunaan obat – obat penenang
b. Resiko tinggi terjadinya kerusakn
intregasi kulit sehubungan dengan penekanan dan ketidakmampuan untuk
menggerakan kepala.
Ø Tujuan : klien akan menunjukan
intregasi kulit yang baik
Ø Intervensi :
·
Berikan perawatan kulit
·
Laporkan segera bila terjadi perubahan TTV ( tingkah laku ).
·
Monitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda – tanda
kemerahan atau pembengkakan.
c. Kurangnya pengetahuan keluarga
sehubungan dengan kurang informasi dalam keadaan krisis.
Ø Tujuan : keluarga klien akan
menerima support dengan adekuat
Ø Intervensi :
·
Jelaskan tentang penyakit tindakan dan prosedur yang akan
dilakukan.
·
Berikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga
untuk mengekspresikan perasaan.
·
Berikan dorongan pada orang tua untuk membantu perawatan
anak.
4. Penatalaksanaan
Pelaksanaan
tindakan keperawatan anak dengan Hydrosefhalus didasarkan pada rencana yang
telah ditentukan dengan prinsip :
a. Mempertahankan perfusi jaringan
serebral tetap adekuat
b. Mencegah terjadinya injuri dan
infeksi
c. Meminimalkan terjadinya persepsi
sensori
d. Mengatasi perubahan proses keluarga
dan antisipasi berduka
5. Evaluasi
Setelah
tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil mengacu criteria
evaluasi yang telah ditentukan pada masing – masing diagnose keperawatan
sehingga :
a. Masalah teratasi atau tujuan
tercapai
b. Masalah teratasi atau tercapai
sebagian
c. Masalah tidak teratasi atau tujuan
tidak tercapai
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (ccs) atau pernah dengan
tekanan intra karnial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan
tempat mengalirnya css .
B.
SARAN
Tindakan alternatif selain oprasi di
terapkan khususnya bagi kasus – kasus yang mengalami sumbatan di dalam system
ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacam ini perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar