SKOLIOSIS
Skoliosis adalah: penyimpangan tulang
belakang ke lateral dari garis tengan atau terjadi lengkungan yang abnormal
pada vertebra ke arah lateral.
Klasifikasi skoliosis:
1.
Skoliosis kongenital: kelainan sudah
ada sejak lahir
2.
Skoliosis didapat: kelainan tidak sejak
lahir, tetapi berkembang pada masa berikutnya.
3.
Skoliosis idiopatik: jenis ini lebih
umum biasanya berkembang pada masa remaja
4.
Skoliosis fungsional: kelainan ini
berkaitan dengan postural atau nonstruktural dan berkembang dari pengaruh postur
yang temporer (sementara) mudah diperbaiki
5.
Skoliosis struktural: perubahan pada
struktur tulang belakan karena sebab yang berfariasi
6.
Skoliosis paralitik: kelainan jenis ini
berkembang menyertai penyakit neurologis seperti poliomielitis
pemeriksaan diagnostik :
1.
Mielografi untuk melihat kondisi
kolumna vertebralis dan rongga intervertebralis, saraf spinal, dan pembuluh
darah
2.
Computed tomography untuk mendeteksi
masalah muskuloskeletal terutam kolumna vertebralis
penatalaksanaan medis:
1.
Postural skoliosis dapat diperbaiki
dengan latihan postural dan latihan yang dikombinasi dengan traksi
2.
Skoliosis dengan lingkungan fleksibel
(kurang dari 40 derajad) dan pasien kooperatif.
3.
Pembedahan untuk meluruskan
kembali dan menyatukan vertebra.
Patofisiologi skoliosis:
Skoliosis
Dapat
terjadi pada tulang spinal
Atau
termasuk rongga tulang spinal
Lengkungan
berbentuk S atau C
Derajat lengkungan penting untuk
diketahui
Menekan
paru & jantung
mempengaruhi atabilitas tlg
belakang &
pergerakan pinggul
Mempengaruhi gaya
berjalan
ASUHAN
KEPERAWATAN;
Pengkajian
Data subjektif:
1.
Pakaian tidak pas atau menggantung
2.
Pasien bernapas tidak leluasa
3.
Pasien mengeluh kesulitan dalam bergerak
4.
Pasien mempunyai perasaan negatif
terhadapdirinya
Data objektif:
1.
Tulang belakang melengkung ke lateral
2.
Cara berjalan tidak seimbang
3.
Postur tubuh miring ke samping
4.
Keterbatasan kemampuan untuk bangkit
dari kursi
5.
Ketinggian bahu tidak sama
Diagnosis keperawatan
1.
Ketidak efektifan pola napas yang
berhubungan dengan penekanan paru
2.
Nyeri punggung yang berhubungan dengan
posisi tubuh miring ke lateral
3.
Gangguan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang
4.
Gangguan citra tubuh atau konsep diri
yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateral
5.
Kurang pengetahuan yang berhubungan
dengan kurang informasi tentang penyakitnya
Intervensi dan implementasi keperawatan
ASKEP OSTEOMIELITIS
Pengertian:
Osteomielitis adalah: suatu penyakit
infeksi yang terjadi pada tulang.
Infeksi yang mengenai tulang lebih
sulit di sembuhkan dari pada infeksi yang terjadi pada jaringan lunak karena
terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati
atau involucrum
Osteomielitis akut adalah: infeksi
tulang panjang yang di sebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang
(Tucker et al, 1998).
Staphylococus aureus merupakan penyebab
70-80% osteomielitis
infeksi dapat terjadi melalui:
1.
Penyebaran hematogen dari fokus infeksi
di tempat lain: tonsil yang terinfeksi, infeksi gigi, infeksi saluran
pernapasan bagian atas
2.
Penyebaran infeksi jaringan lunak:
ulkus dekobitus yang terinfeksi atau ulkus vaskular
3.
Kontaminasi langsung dengan tulang:
fraktur terbuka, cedera traumatik (luka tembak, pembedahan tulang)
Faktor resiko osteomielitis:
1.
Nutrisi buruk
2.
lansia
3.
Kegemukan
4.
Diabetes melitus
5.
Adtritis reumatoid
6.
Mendapatkan therapi kortikoteroid
jangka panjang
7.
Perna menjalani pembedahan sendi
8.
Menjalani operasi ortopedi lama
9.
Mengalami infeksi luka yang
mengeluarkan pus
10. Mengalami
infeksi insisi marginal
Pencegahan osteomielitis:
1.
Penanganan infeksi fokal dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen
2.
Penanganan infeksi jaringan lunak dapat
mengontrol erosi tulang
3.
Lingkungan operasi dan tehnik operasi
dapat menurunkan insiden osteomielitis
4.
Pemberian antibiotik profilaksis pada
pasien pembedahan
5.
Tehnik perawatan luka tehnik aseptik
Manifestasi klinik:
1.
Jika infeksi hematogen, pasien
mengalami demam tinggi, pasien menggigil, denyut nadi cepat, dan malaise umum
2.
Setelah infeksi menyebar dari rongga
sumsum ke kortex tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan luanak. Bagian
yang terinfeksi akan terasa nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3.
Jika infeksi terjadi akibat penyebaran
infeksi di sekitarnya atau kontaminasai langsung, tidak ada gejala septikemia.
Gejalanya yang daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.
4.
Osteomielitis kronis ditandai oleh pus
yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
Patofisiologi Osteomielitis
Faktor
penyebab/faktor risiko
Setelah pembedahan ortopedi dapat
terjadi:
akut furminan (stadium 1), terjadi
dalam 3 bulan
awitan lambat (stadium II), terjadi
dalam 4-24 bulan
Awinatan
lama (stadium III), terjadi dalam 2 thn, penyebaran hematogen
Respon
infeksi, inflamasi, peningkatan vaskularisasi & edema, 2-4 hari
Trombosis
pd pembuluh darah
Peningkatan
tekanan jaringan & medulla
Iskemia
dengan nekrosis tulang
Infeksi
berkembang ke kavitas medularis & ke bawah periosteum
Terbentuk abses tulang
Menyebar ke jaringan lunak atau sendi
di sekitarnya
Pemeriksaan diagnostik:
1.
Pd awalnya pemeriksaan sinar X
menunjukan pembengkakan jaringan lunak. Sekitar 2 mgg terdapat daerah
dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum, dan
pembentukan tulang baru.
2.
Pemindaian untuk mengidentifikasi area
infeksi
3.
MRI dapat membantu diagnosis definitif
awal
4.
Pemeriksaan darah dapat memperlihatkan
peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah
5.
Kultur darah dan abses diperlukan untuk
menentukan jenis antibiotik yang sesuai
Penatalaksanaan:
1.
Daerah yang terkena diimobilisasi untuk
mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur
2.
Lakukan rendaman salin hangat selam 20
menit beberapa kali sehari untuk meningkatkan aliran darah
3.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol
dan menghentikan proses infeksi
4.
Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian
antibiotik intravena. Jika infeksi tampak terkontrol dapat di berikan per oral
dan dilanjutkan sampai 3 bulan
5.
Pembedahan dilakukan jika tidak
menunjukan respons terhadap antibiotik
6.
Lakukan irigasi dengan larutan salin
fisiologis steril 7-8 hari pada jaringan purulen dan jaringan nekrotik
diangkat, tetapi antibiotik dilanjutkan
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:
Pasien dengan gejala akut dapat
mengalami nyeri lokal, pembengkakan, eriteme, dan demam. Gejala kekambuhan
meliputi keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam
sedang. Kaji adanya faktor risiko yang mencakup lansia diabetes dalam terapi
kortikosteroid jangka panjang, sedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya.
Pasien selalu menghindar jika diberi tekanan di daerah yang sakit dan melakukan
gerakan perlindungan. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi,
pembengkakan nyata, hangat, dan nyeri tekan, cairan purulan dapat terlihat, dan
peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis, kronis peningkatan suhunya minimal
yang terjadi pada sore dan malam hari.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.
Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan
2.
Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri dan
keterbatasan beban berat badan
3.
Risiko penyebaran infeksi: pembentukan
abses tulang
4.
Kurang pengetahuan mengenai program
pengobatan
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
Keperawatan
|
Intervensi Keperawatan
|
Nyeri
|
Nyeri
teratasi
|
-
Kaji tingkat dan intensitas nyeri
-
Lakukan imobilisasi dgn bidai untuk
mengurangi nyeri dan spasme otot
-
Tinggikan ekstremitas yg nyeri, hal
tsb dpt mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terjadi
-
Pantau status neurovaskuler
ekstremitas yg tekena
-
Ajarkan tehnik relaksasi untuk
mengurangi persepsi nyeri
-
Kolaborasi dlm pemberian analgetik
sesuai program terapi
|
Hambatan
mobilisasi fisik
dipertahankan
|
Mobilisasi
fisik
|
-
Lakukan imobilisasi dgn menggunakan
bidai karena tulang lemah akibat proses infeksi
-
Jelaskan pengunaan alat bantu jika
akan melakukan aktivitas untuk menghindari stres pada tulang akibat tumpuan
beban barat badan
-
Jelaskan pada pasien pentingnya
pembatasan aktivitas
-
Anjurkan partisipasi aktif dlm
kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan untuk mempertahankan rasa sehat secara
umum
|
Risiko
penyebaran infeksi
|
Tidak
terjadi penyebaran infeksi
|
-
Pantau respons pasien terhadap terapi
antibiotik
-
Observasi tempat pemasangan infus
-
Pantau tanda vital, peningkatan suhu
merupakan indikator terjadinya penyebaran infeksi
-
Pantau adanya tanda-tanda penyebaran
infeksi
-
Pantau nutrisi, diet protein seimbang,
vit C, dan vit D untuk menyakinkan adanya keseimbangan nitrogen, dan
merangsang penyembuhan
-
Pantau hasila pemeriksaan leukosit
dan LED serta biakan darah
|
Kurang
pengetahuan
|
Pengetahuan
pasien meningkat
|
-
Jelaskan tentang penyakitnya
-
Jelaskan pada klien dan keluarga
tentang program pengobatan yang diberikan
-
Jelaskan tentang pentingnya diet
protein seimbang serta vit C dan D
-
Lingkungan rumah harus kondusif
terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan terapeutik
-
Jelaskan pentingnya imobilisasi dan
cara penggunaan alat bantu
-
Ajarkan cara perawatan luka steril
dan tehnik kompres hangat
-
Pasien diminta untuk melakukan
observasi dan melaporkan jika terjadi peningkatan suhu, keluarnya pus, bau
dan bertambahnya inflamasi
-
Jelaskan waktu untuk kontrol kembali
ke rumah sakit
|
EVALUASI KEPERAWATAN
1.
Mengalami peredaan nyeri
a.
Melaporkan berkurangnya nyeri
b.
Tidak mengalami nyeri tekan ditempat
terjadinya infeksi
c.
Tidak mengalami nyeri jika bergerak
2.
Meningkatkan mobilitas fisik
a.
Berpartisipasi dalam aktifitas
perawatan diri
b.
Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas
yang sehat
c.
Memperlihatkan penggunaan alat
imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3.
Tidak ada penyebaran infeksi
a.
Menggunakan antibiotik sesuai resep
b.
Suhu badan normal
c.
Tidak ada pembengkakan
d.
Tidak ada pus
4.
Mematuhi rancana terapeutik
a.
Memakai antibiotik sesuai resep
b.
Melindungi tulang yang lemah
c.
Memperlihatkan perawatan luka yang
benar
d.
Melaporkan jika ada masalah segera
e.
Makan diet seimbang
f.
Mematuhi perjanjian untuk pemeriksaan
tindak lanjut
ASKEP
ARTRITIS REUMATOID
Pengertian
Artritis reumatoid adalah: suatu
penyakit inflamasi progresif, sistematik dan kronis (Pusdinakes, 1995)
Artritis reumatoid merupakan peradangan
yang kronis dan sistemik pada sendi sinovial. Inflamasi awal mengenai
sendi-sendi sinovial disertai edema, kongestif vasculer, eksudat fibrin, dan
infiltrasi sesuler.
Komplikasi:
1.
Nodul subkutan
2.
Miositis
3.
Kelainan pada katup jantung
4.
Tromboemboli
5.
Splenomegali
Manifestasi
klinik
1. Setempat
a.
Sakit pada persendian disertai kaku dan
gerakan terbatas
b.
Lambat laun membengkak, panas, merah
dan lemah
c.
Perubahan bentuk tangan, jari tangan
seperti leher angsa, devisiasi ulna
d.
Semua sendi dapat terserang (panggul,
lutut, pergelangan tangan, siku, bahu dan rahang)
2. Sistemik
a.
Mudah cape, lemah dan lesu
b.
Demam
c.
Takikardia
d.
Berat badan menurun
e.
Anemia
Stadium
dibagi 3:
-
Stadium sinovitis
-
Stadium destruksi
-
Stadium deformitas
Penatalaksanaan:
1.
Istirahat mutlak pada tingkat akut atau
memakai bidai sendi
2.
Terapi fisik, bantu latihan ROM dan
kopres
3.
Pembedahan rekontruksi jika perlu atau
sesuai program
4.
Pengobatan dengan obat-obat
antiinflamasi nonsteroid dan kortikosteroid
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:
1.
Riwayat kesehatan
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi dan palpasi untuk
masing-masing sendi, amati warna kulit, ukuran dan pembengkakan
b.
Lakukan pengukuran ROM pada sendi-sendi
sinovial: catat jika ada deviasi, krepitus dan jika terjadi nyeri saat sendi
digerakan
c.
Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot:
cata jika ada atrofi, tonus yang berkurang dan ukur kekuatan otot
3.
Kaji tingkst nyeri, derajad, dan
mulainya
4.
Kaji aktivitas sehari-hari
5.
Kaji riwayat psikologis
6.
Kaji konsep citra tubuh dan harga diri
Pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan meliputi:
-
Tes serologi
-
Pemeriksaan radiologi
-
Aspirasi sendi.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri
2.
Potensial cedara
3.
Gangguan konsep diri
4.
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
5.
Hambatan mobilitas fisik
6.
Kurang pengetahuan
Intervensi
dan implementasi keperawatan
Ds
Keperawatan
|
Tujuan
keperawatan
|
Intervensi
Keperawatan
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri
|
Nyeri
teratasi
|
-
Pasien diistirahatkan (tirah baring)
-
Pertahankan posisi fisiologis dengan
benar
-
Hindari gerakan yang cepat dan
tiba-tiba
-
Gunakan terapi panas
-
Lakukan perawatan kulit dan masase
perlahan
-
Beri obat-obatan sesuai therapi
(analgetik)
|
Potensial
cedera
|
Tidak
terjadi cedera
|
-
-
Gunakan sepatu yang menyokong
-
-
Hindarkan lantai yang licin
-
-
Gunakan pegangan di kamar mandi
-
-
Lakukan latihan ROM jika memungkinkan
-
-
Pantau efek penggunaan obat-obatan
|
Gangguan
konsep diri
|
Konsep
diri meningkat
|
-
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaannya
-
Beri dukungan yang tepat
-
Dorong pasien untuk mandiri
|
Pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Kebuthan
sehari-hari terpenuhi
|
-
Ajarkan aktivitas sehari-hari
-
Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
|
Hambatan
mobilitas fisik
|
Mobilitas
fisik dipertahankan
|
-
Bantu pasien melakukan latihan ROM
-
Rencanakan program latihan setiap
hari
-
Lakukan observasi untuk setiap
latihan
-
Beri istirahat
-
Beri lingkungan yang aman
|
Kurang
pengetahuan
|
Pemahaman
pasien meningkat
|
-
Tekankan pentingnya ROM dan proses
penyakitnya
-
Jelaskan tentang diet
-
Beri jadwal pemberian obat-obatan
-
Jelaskan kapan periksa ulang
|
ASKEP SPONDILITIS
Pengertian
Spondilitis
ankilosis adalah: adalah suatu penyakit inflamasi progresif dari kulumna
vetebra dan jaringan di sekitarnya yang dimulai pada pinggang dan akhirnya
menyebabkan ankilosis dan deformitas keseluruhan kolumna vetebra.
Penyakit
ini menyerang laki-laki dan wanita, namun biasanya yang lebih sering adalah
laki-laki. Serangan umumnya terjadi pada usia 10-30 tahun, namun penyakit ini
berkurang pada usia 50 tahun.
Sampai
saat ini penyebab penyakit spondilitis ankilosis belum diketahui, dapat juga
timbul sebagai komplikasi dari TBC melalui penyebaran hematogen.
TANDA
DAN GEJALA
-
Tergantung pada beratnya penyakit
-
Kecepatan berkembang
-
Lamanya penyakit
-
Banyaknya vertebra yang terkena
-
Progresivitas penyakit pada tiap ruas
vertebra
Gejala dapat berupa:
-
Nyeri dan kaku pada vertebra yang
menjalar ke bokong
-
Keterbatasan mobilitas
-
Keletihan
-
Malaise
-
Klien merasa tidak nyaman pada daerah
dada
-
Kurang napsu makan
-
Berat badan menurun
Komplikasi yang mungkin timbul
-
Kerusakan neurologi
-
Tromboflebitis
-
Fraktur vertebra
-
Poliartritis
-
Disfungsi pernapasan
Penatalaksanaan medis
1.
Pemberian obat-obatan (analgesik,
antipiretik, agens antiinflamasi nonsteroid dan penunak feses)
2.
Terapi fisik (program latihan)
3.
Pasien tidur pada tempat tidur papan
dengan matras lembut
4.
Osteotomi
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pasien mengeluh sakit pada punggung
bagian bawah, kaku dan terjadi gangguan perubahan sakroiliaka yang berlangsung
beberapa kali serangan dan kemudian menghilang. ..........
Diagnosa Keperawatan
1.
Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan
muskuloskeletal dan nyeri
2.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d inflamasi
sendi dan otot
3.
Gangguan citra tubuh b/d perubahan
struktur tubuh
4.
Kurang pengetahuan tentang perawatan di
rumah b/d terbatasnya informasi kesehatan
Intervensi dan implementasi keperawatan
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
Keperawatan
|
Intervensi
Keperawatan
|
Hambatan
mobilitas fisik
|
Mobilitas
fisik meningkat
|
-
Kaji tingkat mobilitas pasien dan
observasi adanya penurunan atau peningkatan
-
Bantu pasien melakukan latihan ROM,
ambulasi dan perawatan diri
-
Pertahankan bentuk spinal dengan cara
memberi tempat tidur dengan alas kayu atau kasur busa yang keras yang tidak
menimbulkan lekukan pada saat klien berbaring
-
Observasi tanda-tanda vital
-
-
|
Gangguan
rasa nyaman (nyeri)
|
Nyeri
teratasi
|
-
Kaji intensitas, letak dan tipe
nyeri, gunakan skala peringkat nyeri
-
Lakukan masase punggung untuk
meningkatkan rasa nyaman
-
Beri terapi panas pada sendi yang
nyeri untuk meningkatkan sirkulasi dan relaksasi otot serta menurunkan
kekakuan
-
Ajarkan dan anjurkan pasien melakukan
napas dalam-dalam
-
Anjurkan tidakan distraksi seperti
menonton TV, membaca dan mendengarkan radio
-
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik
|
Gangguan
citra tubuh
|
Citra
tubuh meningkat
|
-
Anjurkan pasien untuk mengungkapkan
perasaannya dan masalah yang ada
-
Kembangkan komunikasi dan bina
hubungan terapiutik antara pasien dan perawat
-
Beri aktivitas rekreasi dan permainan
guna mengatasi perubahan citra tubuh
-
Bersama pasien mencari alternatif
koping yang positif
|
Kurnag
pengatahuan
|
Pemamahan
pasien meningkat
|
-
Beri penjelasan tentang penyakitnya
-
Diskusikan jadwal pengobatan, nama
obat, dosis dan efek samping obat
-
Laporkan segera jika terjadi efek
samping obat
-
Jelaskan tentang pentingnya program
latihan yang lebih dianjurkan, termasuk berenag dan latihan tanpa beban berat
badan sesuai toleransi
-
Jelaskan pentingnya lingkungan yang
aman untuk mencegah fraktur
-
Jelaskan pentingnya nutri dan asupan
cairan yang cukup (2500 ml/hari)
-
Anjurkan melakukan kontrol ulang ke
dokter
-
Peragakan tentang pemasangan dan
perawatan korset
|
Evaluasi
Keperawatan
1.
Peningkatan mobilitas fisik
a.
Berpartisipasi dalam program latihan
dan aktivitas perawatan diri
b.
Mencari bantuan sesuai dengan kebutuhan
c.
Mempertahankan koordinasi dan mobilitas
secara obtimal
2.
Mengalami peredaan nyeri
a.
Melaporkan penurunan nyeri
b.
Tidak terjadi nyeri tekan ditempat terjadinya
nyeri
c.
Menunjukan perilaku yang lebih releks
d.
Meperagakan ketrampilan reduksi nyeri
yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan
3.
Penigkatan konsep diri
a.
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
dan mengunakan ketrampilan coping yang positif dalam mengatasi perubahan citra
tubuh
b.
Berpartisipasi aktif dalam program
pengobatan dan mencari bantuan dengan tepat
c.
Melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari pada tingkat yang obtimal
4.
Peningkatan pengetahuan
a.
Pasien dapat mengungkapkan pengertian
tentang proses penyakit, rencana pengobatan dan tanda kemajuan penyakit
b.
Memperagakan pemasangan korset
c.
Berpartisipasi aktif dalam mengikuti
jadwal pengobatan
d.
Melaksanakan program latihan yang telah
ditetapkan
OSTEOMALASIA
Pengertian
Osteomalasia
adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya
mineralisasi tulang.
Penyebabnya:
-
Kekurangan Vit. D aktif yang memacu
absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinalis dan memfisilitasi mineralisasi
tulang
-
Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan
ekstrasel rendah
-
Kekurangan kalsium dalam diet
-
Malabsorpsi kalsium (kegagalan absopsi
kalsium atau kehilangan kalsium berlebihan dalam tubuh)
-
Kelainan gastrointestinal (absobsi
lemak tidak memadai sehingga kehilangan Vit D dan kalsium)
Patofisiologi
Kekurangan kalsium dalam diet
Malabsopsi kalsium
Kelainan gastrointestinal
Gagal ginjal kronis
Kekurangan
Vit D
Kegagalan
mineralisasi tulang
Terjadi
perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh
Menyebabkan nyeri lengkungan tulang
dan
patah tulang patologis
Osteomalasia
Manifestasi
klinik
1.
Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang
2.
Kelemahan otot
3.
Cara berjalan seperti bebek atau
pincang
4.
Pada penyakit yang telah lanjut,
tungkai melengkung (karena berat tubuh dan tarikan otot)
5.
Vertebra yang melunak mengalami
kompresi, sehingga mengalami pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk toraks
(kifosis)
6.
Sakrum terdorong ke bawah dan kedepan,
pelviks tertekan ke lateral
7.
Kelemahan dan ketidak seimbangan
meningkatkan risiko jatuh dan fraktur
Pemeriksaan
diagnostik
1.
Pemeriksaan sinar X akan terlihat
demineralisasi tulang secara umum
2.
Pemeriksaan veertebra akan
memperlihatkan patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas
3.
Biopsi tilang akan menunjukan
peningkatan jumlah osteoid
4.
Pemeriksaan laboratorium: darah (kadar
kalsium dan fosfor yang rendah dan peningkatan moderat kadar alkali fosfatase)
dan urine (kalsium dan kreatin rendah)
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Pasien dengan osteomalasia biasanya
mengeluh nyeri tulang umum pada punggung bawah dan ekstremitas disertai nyeri
tekan. Hal-hal yang perlu ditanyakan pada klien adalah:
1.
Informasi mengenai sindrom malabsopsi
2.
Kebiasaan diet
3.
Terjadi kelemahan otot atau tidak
Pada
pemeriksaan fisik ditemukan deformitas vertebra dan deformitas lengkungan
tulang panjang yang membuat penampilan klien menjadi tidak normal dan jalannya
seperti bebek
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri yang b/d kemungkinan fraktur
patologis
2.
Gangguan konsep diri yang b/d
deformitas
3.
Kurang pengetahuan mengenai proses
penyakit
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
Keperawatan
|
Intervensi
Keperawatan
|
Nyeri
yang b/d kemungkinan fraktur patologis
|
Meredakan
nyeri
|
-
Upaya fisik, psikologis dan
farmakologis digunakan untuk meredahkan nyeri belakang
-
Lakukan pengubahan posisi dengan
lembut
-
Kasur yang padat dan bantal yang
lembut dapat memberi sokongan tubuh dan
memberi kenyamanan pada deformitas yang ada
-
Alikan perhatian pasien dari nyeri
dengan menonton TV atau baca koran
-
Kolaborasi dalam pemberian analgesik
-
Pantau efek obat terhadap nyeri
|
Gangguan
konsep diri yang b/d deformitas masalah
|
Memperbaiki
konsep diri
|
-
Bina hubungan saling percaya
-
Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perubahan citra dirinya dan upaya yang telah dilakukan klien
-
Beri dorongan pada klien untuk
mengenali dan mengunakan kekuatan yang dimilikinya dan dimasukan dalam
rencana asuhan keperawatan. ini merupakan partisipasi aktif serta dapat
memperbaiki kontrol diri dan dan meningkatkan harga diri
-
Dorong klien melakukan interaksi
dengan keluarga dan sahabat. ini dapat memberi rasa diterima tanpa memerhatikan
perubahan fisik yang terjadi
|
Kurang
pengetahuan mengenai proses penyakit
|
Pemahaman
proses penyakit dan program pengobatan
|
-
Jelaskan penyebab terjadinya penyakit
osteomalasia
-
Jelaskan tentang diet, sumber kalsium
dan Vit D yang terdapat pada susu, telur, hati ayam dll
-
Jelaskan pengunaan suplemen dan efek
sampingnya, sep: Vit D dosis tinggi sangat toksik dan meningkatkan risiko
hiperkalsemia
-
Jelaskan pentingnya memantau kadar
kalsium serum
-
Dorong klien untuk melakukan
aktivitas di luar ruang rawat atau di rumah jika sudah keluar atau pemajanan
kulit pada sinar matahari
|
EVALUASI
KEPERAWATAN
1.
Mengalami peredaan nyeri
a.
Menyatakan perasaan nyaman, dapat
istirahat
b.
Menyatakan nyeri pada tulang telah
berkurang
2.
Menunjukan peningkatan konsep diri
a.
Menunjukan kepercayaan diri mengenai
kemampuannya
b.
Meningkatkan tingkat aktivitasnya
c.
Menigkatkan interaksi sosial
3.
Kurang pengetahuan mengenai proses
penyakit
a.
Menjelaskan penyebab penyakit
osteomalasia
b.
Mengkonsumsi kalsium dan vit D sesuai
program
c.
Pemajanan terhadap sinar matahari
d.
Memantau kadar kalsium serum selama
program terapi
e.
Menepati perawatan tindak lanjut
OSTEOSARKOMA
Pengertian
Osteosarkoma
atau sarkoma osteogenik adalah: suatu pertumbuhan yang cepet pada tumor maligna
tulang (kangker tulang yang tidak diketahui penyebabnya)
Manifestasi
klinik:
-
nyeri
-
Bengkak
-
Terbatasnya gerakan
-
Menurunnya berat badan
-
Nyeri pada punggung bawah
-
Anemia dapat terjadi akibat adanya
penumpukan sel-sel neoplasma pada sumsum tulang, sehingga dapat menyebabkan
hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan hiperuremia selama ada kerusakan tulang
-
Gagal ginjal dapat tewrjadi selama
presipitasi imunoglubolin dalam tubuh (pada pielonefritis)
Penatalaksanaan
-
Tindakan pengangkutan tumor biasanya
dengan amputasi
-
Kemoterapi untuk mengurangi masa tumor
-
Analgetik dan narkotik, serta alopurinol untuk
mengontrol hiperurisemia
-
Pengeluaran urin harus baik (2500-300
ml/hari) untuk mengukur kadar kalsium serum serta mencegah hiperkalsium dan
hiperurisemia
Asuhan keperawatan
Pengkajian
1.
Riwayat keperawatan
a.
Umur klien
b.
Keluhan nyeri atau sakit
c.
Kapan terjadinya
2.
Pengkajian fisik
a.
Pegang daewrah ekstremitas dan
tinggikan, kaji ada tidaknya keluhan nyeri
b.
Identifikasi ada tidaknya pembengkakan
c.
Pergerakan terbatas
d.
Ada tidaknya kelemahan
3.
Riwayat psikososial untuk mengetahui
adanya kecemasan, takut atau depresi
4.
Pemeriksaan diagnostik untuk mengetahui
anemia, hiperkalsemia, hiperkalsiuria atau hiperurisemia
Diagnosa
keperawatan
1.
Pola nutrisi
2.
Kurang pengetahuan
3.
Risiko tinggi komplikasi (metastase ke
paru)
4.
Risiko tinggi infeksi paska boipsi
5.
Cemas
6.
Gangguan rasa nyaman
7.
Intoleran aktivitas
8.
Gangguan citra tubuh
9.
Gangguan fungsi peran
Intervensi dan implementasi keperawatan
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan keperawatan
|
Kriteria hasil
|
Intervensi keperawatan
|
Pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d anoreksia
|
Nutrisi terpenuhi
|
-
Makanan habis
-
BB perlahan-lahan naik
-
Tidak mengeluh mual
-
Napsu makan meningkat
-
Klien tampak segar
|
-
Beri makanan dengan diet TKTP, porsi
kecil tapi sering
-
Pantau asupan cairan dan makanan
-
Sediakan makanan dalam keadaan hangat
-
Timbang pasien setiap hari pada waktu
yang sama, dgn timbnagan yang sama
-
Kolaborasi dengan tim gizi
|
Kurang pengetahuan tentang amputasi,
kemoterapi
|
Klien dan keluarga akan memahami
prosedur operasi, kemoterapi
|
-
Klien menjelaskan tentang amputasi,
kemoterapi dan radiologi
-
Klien menjelaskan dengan tepat
tindakan amputasi, kemoterapi dan radiologi
|
-
Beri penjelasan tentang prosedur
tindakan pembedahan, peralatan yang terpasang setelah operasi, dan
rehabilitasi yang akan dilakukan pada klien
-
Beri penjelasan tentang kemoterapi,
radiologi, efek samping yang mungkin terjadi dan sistim pendukung yang
tersedia
-
Dorong klien untuk berkomunikasi
tentang hal-hal yang penting dan sediakan waktu untuk mengekspresikan rasa
takut dan cemas
-
-
Ciptakan lingkungan yang mendukung
bagi klien untuk mengekspresikan perasaannya
|
Risiko tinggi komplikasi (metastase
ke paru)
|
Tidak terjadi komplikasi
|
-
Paru klien tetap bersih
-
Tidak ada keluhan sistem pernapasan
-
Frekensi pernapasan normal
|
-
Pantau status respirasi, batuk dan
dispnea
-
Auskultasi paru setiap 8 jam
-
Observasi batuk produktif dan
karakteristik sputum
-
Tinggikan posisi kepala untuk
melegakan pernapasan
-
Anjurkan dan bantu klien untuk napas
dalam dan batuk efektif tiap 4 jam
|
Risiko tinggi infeksi yang b/d
tindakan biopsi
|
Tidak ditemukan tanda infeksi dan
tanda vital normal
|
-
Tidak ditemukan tanda infeksi
-
Ttanda vital normal
|
-
Pantau tanda vital setiap 4 jam
-
Pantau tanda infeksi pada luka biopsi setiap 4 jam
-
Lakukan perawatan luka dgn prinsip
antiseptik setiap hari
|
Cemas yang b/d penyakitnya
|
Klien tampak tenang
Klien kooperatif dlm tindakan
keperawatan
|
-
Klien tampak tenang
-
Klien kooperatif dlm tindakan
keperawatan
|
-
Kaji tingkat kecemasan klien dan
faktor penyebabnya
-
Sertakan secara aktif dalam
pengambilan keputusan untuk setiap aspek perawatan tindakan
-
Jelaskan setiap prosedur atau
tindakan keperawatan/pengobatan yang akan dilakukan pada klien
-
Ajarkan tentang proses penyakit dan
perawatan luka operasi
-
Beri perhatian dan dengarkan
keluhannya
|
Evaluasi keperawatan
1.
Komplikasi tidak terjadi
2.
Nutrisi adekuat
3.
Nyeri berkurang atau hilang
4.
Tidak terjadi infeksi
5.
Pengetahuan klien meningkat
ASKEP KONTUSI, STRAIN DAN SPRAIN
Pengertian
Kontusi adalah: cedera pada jaringan lunak, yang diakibatkan
oleh kekerasan tumpul. Terputusnya banyak pembuluh darah kecil yang terjadi
mengakibatkan perdarahan ke jaringan lunak yang disebut ekimosis atau memar.
Haematom terjadi jika perdarahan cukup banyak sampai terjadi timbunan darah.
Stain adalah: tarikan otot akibat penggunaan yang
berlebihan, peregangan berlebihan
atau stres yang berlebihan, serta terdapat robekan mikroskopik tidak komplet
dengan perdarahan ke dalam jaringan (Brunner & Sudarth, 2001)
Strain adalah:
Luka pada beberapa ligamen yang saling berhubungan dan tetap pada
tempatnya, sedangkan terkilir adalah ligamen yang tertarik (Griffirh Winter,
1994)
Strain adalah: trauma yang mengenai otot atau tendon
yang disebabkan oleh kelebihan pemanasan atau kelebihan ekstensi (Black Joyce,
1993)
Spain adalah:
cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar.
Tanda
dan Gejala:
Kontusi : Nyeri, bengkak dan perubahan warna
Strain : Nyeri mendadak, nyeri tekan lokal,
kontraksi isometrik, bengkak pada persendian yang terkena, memar atau kemerahan lokal
Sprain :
Nyeri tekan (derajad nyeri meningkat selama 2-3 jam akibat pembengkakan
dan perdarahan yang terjadi), edema
Penatalaksanaan
1.
Meniggikan bagian yang sakit untuk
mengontrol pembengkakan
2.
Istirahat mencegah cedera tambahan dan
mempercepat penyembuhan
3.
Beri kompres dingin selama 20-30 menit,
selama 24-48 jam pertama setelah csdera dapat menyebabkan vasokontriksi yang
akan mengurangi perdarahan, edema dan ketidak nyamanan
4.
Pemasangan balut tekan elastis dapat
mengontrol perdarahan, mengurangi edema, dan menyokong jaringan yang cedera
5.
Status neoromuskuler ekstremitas yang
cedera dipantau sesering mungkin
6.
Pembedahan jika ada robekan serabut
otot dan terputusnya ligamen
7.
Imobilisasi dengan gips
8.
Latihan aktif dan pasif progresif boleh
dimulai
Asuhan keperawatan
Pengkajian
1.
Biodata: nama, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat
2.
Keluhan utama: keterbatasan aktivitas,
gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan gangguan neurosensori
3.
Riwayat perkembangan
4.
Riwayat kesehatan masa lalu: kelainan
muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma, fraktur), cara penanggulangan, dan
penyakit (DM)
5.
Riwayat kesehatan sekarang: kapan
timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala timbul tiba-tiba/perlahan,
lokasi, obat yang diminum, cara penanggulangan
6.
Pemeriksaan fisik: keadaan umum dan
kesadaran, keadaan integumen (kulit, kuku), keadaan muskuloskeletal (bentuk
tubuh, tingkat kekuatan atau ketahanan, pergerakan, keseimbangan), kardiovaskuler
(hipertensi, takikardia), neurologis (spasme otot, kesemutan), keadaan
ekstremitas dan hematologi
7.
Riwayat psikososial: reaksi emosional,
citra tubuh, sistem pendukung
8.
Pemeriksaan diagnostik: rontgen untuk
mendeteksi fraktur, lokasi/luas, CT scan, darah lengkap dan kreatin
9.
Pola kebiasaan sehari-hari
Diagnosa
keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d spasme
otot, ededma, kerusakan jaringan
2.
hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan
jaringan
3.
Cemas, takut, berduka
4.
Kurang pengetahuan
5.
Perubahan perfusi jaringan
6.
Risiko tinggi infeksi
7.
Risiko tinggi kerusakan integritas
kulit
8.
Gangguan citra tubuh
9.
Gangguan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
10. Perubahan
fungsi peran
Intervensi
dan inmplementasi keperawatan
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
keperawatan
|
Kriteria
hasil
|
Intervensi
keperawatan
|
Gangguan
rasa nyaman (nyeri)
|
Rasa
nyaman meningkat atau nyeri berkurang/hilang
|
Klien
tidak mengeluh nyeri/nyeri berkurang
|
- Kaji intensitas nyeri
- Atur posisi yang nyaman untuk
mengurangi tekanan dan mencegah otot-otot menjadi tegang sehingga menurunkan
rasa nyeri
- Anjurkan relaksasi/distraksi untuk
menurunkan nyeri
- Anjurkan melakukaninmajinasi untuk
mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
- Kolaborasi dengan dokter dalam terapi
analgetik
|
Hambatan
mobilitas fisik b/d kerusakan jaringan
|
Meningkatkan
mobilitas pada tingkat yang lebih mungkin
|
Klien
mampu bergerak dan kekuatan otot meningkat
|
- Kaji derajat imobilitas
- Dorong partisipasi pada aktivitas
terapeutik
- Bantu dalam mobilisasi dengan kursi
roda dan tongkat
- Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan
klien
|
Ansientas
b/d status kesehatan
|
Ansientas
berkurang
|
- Klien tampak senang
- Klien tidak menunjukan wajah gelisa
|
- Catat palpasi, peningkatan denyut
jantung atau frekuensi pernapasan
- Pahami rasa takut atau ansientas
klien
- Kaji tingkat ansietas klien
- Anjurkan tehnik relaksasi pada klien
- Kolaborasi dalam pemberian terapi
|
Kurang
pengetahuan b/d kondisi, proses pengobatan, dan perawatan
|
Pengetahuan
klien meningkat
|
- Klien tidak bertanya lagi tentang
penyakitnya
- Klien dapat menjelaskan kembali
tentang penyakitnya
|
-
Kaji tingkat pengetahuan klien
-
Beri pendidikan kesehatan
-
Beri kesempatan klien untuk bertanya
dan menjelaskan
-
Ajarkan cara perawatan/pengobatan
penyakitnya
|
Evaluasi
keperawatan
1.
Nyeri berkurang atau hilang
2.
Kebutuhan sehari-hari klien terpenuhi
3.
Ansientas berkurang atau hilang
4.
Pengetahuan klien tentang penyakitnya
meningkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar