Halaman

Jumat, 04 Januari 2013

Askep skoliosisi


SKOLIOSIS
Skoliosis adalah: penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis tengan atau terjadi lengkungan yang abnormal pada vertebra ke arah lateral.
Klasifikasi skoliosis:
          1.          Skoliosis kongenital: kelainan sudah ada sejak lahir
         2.         Skoliosis didapat: kelainan tidak sejak lahir, tetapi berkembang pada masa berikutnya.
         3.         Skoliosis idiopatik: jenis ini lebih umum biasanya berkembang pada masa remaja
         4.         Skoliosis fungsional: kelainan ini berkaitan dengan postural atau nonstruktural dan berkembang dari pengaruh postur yang temporer (sementara) mudah diperbaiki
         5.         Skoliosis struktural: perubahan pada struktur tulang belakan karena sebab yang berfariasi
         6.         Skoliosis paralitik: kelainan jenis ini berkembang menyertai penyakit neurologis seperti poliomielitis
pemeriksaan diagnostik :
          1.          Mielografi untuk melihat kondisi kolumna vertebralis dan rongga intervertebralis, saraf spinal, dan pembuluh darah
         2.         Computed tomography untuk mendeteksi masalah muskuloskeletal terutam kolumna vertebralis
penatalaksanaan medis:
1.       Postural skoliosis dapat diperbaiki dengan latihan postural dan latihan yang dikombinasi dengan traksi
2.      Skoliosis dengan lingkungan fleksibel (kurang dari 40 derajad) dan pasien kooperatif.
3.      Pembedahan untuk meluruskan kembali  dan menyatukan vertebra.

Patofisiologi skoliosis:
Skoliosis

Dapat terjadi pada tulang spinal

Atau termasuk rongga tulang spinal

Lengkungan berbentuk S atau C

Derajat lengkungan penting untuk diketahui

Menekan paru & jantung                   mempengaruhi atabilitas tlg  belakang &
                          pergerakan pinggul

                                   Mempengaruhi gaya berjalan
ASUHAN KEPERAWATAN;
Pengkajian
Data subjektif:
          1.          Pakaian tidak pas atau menggantung
         2.         Pasien bernapas tidak leluasa
         3.         Pasien mengeluh kesulitan dalam bergerak
         4.         Pasien mempunyai perasaan negatif terhadapdirinya
Data objektif:
          1.          Tulang belakang melengkung ke lateral
         2.         Cara berjalan tidak seimbang
         3.         Postur tubuh miring ke samping
         4.         Keterbatasan kemampuan untuk bangkit dari kursi
         5.         Ketinggian bahu tidak sama
Diagnosis keperawatan
          1.          Ketidak efektifan pola napas yang berhubungan dengan penekanan paru
         2.         Nyeri punggung yang berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral
         3.         Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang
         4.         Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateral
         5.         Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya
Intervensi dan implementasi keperawatan














ASKEP OSTEOMIELITIS
Pengertian:
Osteomielitis adalah: suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang.
Infeksi yang mengenai tulang lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi yang terjadi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati atau involucrum
Osteomielitis akut adalah: infeksi tulang panjang yang di sebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang (Tucker et al, 1998).
Staphylococus aureus merupakan penyebab 70-80% osteomielitis
infeksi dapat terjadi melalui:
1.       Penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tempat lain: tonsil yang terinfeksi, infeksi gigi, infeksi saluran pernapasan bagian atas
2.      Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekobitus yang terinfeksi atau ulkus vaskular
3.      Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cedera traumatik (luka tembak, pembedahan tulang)
Faktor resiko osteomielitis:
1.       Nutrisi buruk
2.      lansia
3.      Kegemukan
4.     Diabetes melitus
5.      Adtritis reumatoid
6.     Mendapatkan therapi kortikoteroid jangka panjang
7.      Perna menjalani pembedahan sendi
8.      Menjalani operasi ortopedi lama
9.     Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
10.  Mengalami infeksi insisi marginal
Pencegahan osteomielitis:
1.       Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen
2.      Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang
3.      Lingkungan operasi dan tehnik operasi dapat menurunkan insiden osteomielitis
4.     Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien pembedahan
5.      Tehnik perawatan luka tehnik aseptik
Manifestasi klinik:
1.       Jika infeksi hematogen, pasien mengalami demam tinggi, pasien menggigil, denyut nadi cepat, dan malaise umum
2.      Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke kortex tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan luanak. Bagian yang terinfeksi akan terasa nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3.      Jika infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau kontaminasai langsung, tidak ada gejala septikemia. Gejalanya yang daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.
4.     Osteomielitis kronis ditandai oleh pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
Patofisiologi Osteomielitis

Faktor penyebab/faktor risiko

Setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi:
akut furminan (stadium 1), terjadi dalam 3 bulan
awitan lambat (stadium II), terjadi dalam 4-24 bulan
Awinatan lama (stadium III), terjadi dalam 2 thn, penyebaran hematogen

Respon infeksi, inflamasi, peningkatan vaskularisasi & edema, 2-4 hari

Trombosis pd pembuluh darah

Peningkatan tekanan jaringan & medulla

Iskemia dengan nekrosis tulang

Infeksi berkembang ke kavitas medularis & ke bawah periosteum

Terbentuk abses tulang

Menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya

Pemeriksaan diagnostik:
1.       Pd awalnya pemeriksaan sinar X menunjukan pembengkakan jaringan lunak. Sekitar 2 mgg terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang baru.
2.      Pemindaian untuk mengidentifikasi area infeksi
3.      MRI dapat membantu diagnosis definitif awal
4.     Pemeriksaan darah dapat memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah
5.      Kultur darah dan abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotik yang sesuai
Penatalaksanaan:
1.     Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur
2.   Lakukan rendaman salin hangat selam 20 menit beberapa kali sehari untuk meningkatkan aliran darah
3.   Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi
4.   Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian antibiotik intravena. Jika infeksi tampak terkontrol dapat di berikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan
5.   Pembedahan dilakukan jika tidak menunjukan respons terhadap antibiotik
6.   Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologis steril 7-8 hari pada jaringan purulen dan jaringan nekrotik diangkat, tetapi antibiotik dilanjutkan
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:
Pasien dengan gejala akut dapat mengalami nyeri lokal, pembengkakan, eriteme, dan demam. Gejala kekambuhan meliputi keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang. Kaji adanya faktor risiko yang mencakup lansia diabetes dalam terapi kortikosteroid jangka panjang, sedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu menghindar jika diberi tekanan di daerah yang sakit dan melakukan gerakan perlindungan. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, hangat, dan nyeri tekan, cairan purulan dapat terlihat, dan peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis, kronis peningkatan suhunya minimal yang terjadi pada sore dan malam hari.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.       Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan
2.      Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri dan keterbatasan beban berat badan
3.      Risiko penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
4.     Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Keperawatan
                     Intervensi Keperawatan



Nyeri
Nyeri teratasi
-        Kaji tingkat dan intensitas nyeri
-        Lakukan imobilisasi dgn bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot
-        Tinggikan ekstremitas yg nyeri, hal tsb dpt mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terjadi
-        Pantau status neurovaskuler ekstremitas yg tekena
-        Ajarkan tehnik relaksasi untuk mengurangi persepsi nyeri
-        Kolaborasi dlm pemberian analgetik sesuai program terapi


Hambatan mobilisasi fisik
dipertahankan
Mobilisasi fisik
-        Lakukan imobilisasi dgn menggunakan bidai karena tulang lemah akibat proses infeksi
-        Jelaskan pengunaan alat bantu jika akan melakukan aktivitas untuk menghindari stres pada tulang akibat tumpuan beban barat badan
-        Jelaskan pada pasien pentingnya pembatasan aktivitas
-        Anjurkan partisipasi aktif dlm kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum

Risiko penyebaran infeksi
Tidak terjadi penyebaran infeksi
-        Pantau respons pasien terhadap terapi antibiotik
-        Observasi tempat pemasangan infus
-        Pantau tanda vital, peningkatan suhu merupakan indikator terjadinya penyebaran infeksi
-        Pantau adanya tanda-tanda penyebaran infeksi
-        Pantau nutrisi, diet protein seimbang, vit C, dan vit D untuk menyakinkan adanya keseimbangan nitrogen, dan merangsang penyembuhan
-        Pantau hasila pemeriksaan leukosit dan LED serta biakan darah
Kurang pengetahuan
Pengetahuan pasien meningkat
-        Jelaskan tentang penyakitnya
-        Jelaskan pada klien dan keluarga tentang program pengobatan yang diberikan
-        Jelaskan tentang pentingnya diet protein seimbang serta vit C dan D
-        Lingkungan rumah harus kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan terapeutik
-        Jelaskan pentingnya imobilisasi dan cara penggunaan alat bantu
-        Ajarkan cara perawatan luka steril dan tehnik kompres hangat
-        Pasien diminta untuk melakukan observasi dan melaporkan jika terjadi peningkatan suhu, keluarnya pus, bau dan bertambahnya inflamasi
-        Jelaskan waktu untuk kontrol kembali ke rumah sakit

EVALUASI KEPERAWATAN
1.       Mengalami peredaan nyeri
a.     Melaporkan berkurangnya nyeri
b.     Tidak mengalami nyeri tekan ditempat terjadinya infeksi
c.      Tidak mengalami nyeri jika bergerak
2.      Meningkatkan mobilitas fisik
a.     Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri
b.     Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat
c.      Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3.      Tidak ada penyebaran infeksi
a.     Menggunakan antibiotik sesuai resep
b.     Suhu badan normal
c.      Tidak ada pembengkakan
d.     Tidak ada pus
4.     Mematuhi rancana terapeutik
a.     Memakai antibiotik sesuai resep
b.     Melindungi tulang yang lemah
c.      Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d.     Melaporkan jika ada masalah segera
e.      Makan diet seimbang
f.       Mematuhi perjanjian untuk pemeriksaan tindak lanjut




















ASKEP ARTRITIS REUMATOID
Pengertian
Artritis reumatoid adalah: suatu penyakit inflamasi progresif, sistematik dan kronis (Pusdinakes, 1995)
Artritis reumatoid merupakan peradangan yang kronis dan sistemik pada sendi sinovial. Inflamasi awal mengenai sendi-sendi sinovial disertai edema, kongestif vasculer, eksudat fibrin, dan infiltrasi sesuler.

Komplikasi:
1.       Nodul subkutan
2.      Miositis
3.      Kelainan pada katup jantung
4.     Tromboemboli
5.      Splenomegali
Manifestasi klinik
1.       Setempat
a.     Sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas
b.     Lambat laun membengkak, panas, merah dan lemah
c.      Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa, devisiasi ulna
d.     Semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, bahu dan rahang)
2.      Sistemik
a.     Mudah cape, lemah dan lesu
b.     Demam
c.      Takikardia
d.     Berat badan menurun
e.      Anemia
Stadium dibagi 3:
-          Stadium sinovitis
-          Stadium destruksi
-          Stadium deformitas
Penatalaksanaan:
1.       Istirahat mutlak pada tingkat akut atau memakai bidai sendi
2.      Terapi fisik, bantu latihan ROM dan kopres
3.      Pembedahan rekontruksi jika perlu atau sesuai program
4.     Pengobatan dengan obat-obat antiinflamasi nonsteroid dan kortikosteroid
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:
1.       Riwayat kesehatan
2.      Pemeriksaan fisik
a.     Inspeksi dan palpasi untuk masing-masing sendi, amati warna kulit, ukuran dan pembengkakan
b.     Lakukan pengukuran ROM pada sendi-sendi sinovial: catat jika ada deviasi, krepitus dan jika terjadi nyeri saat sendi digerakan
c.      Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot: cata jika ada atrofi, tonus yang berkurang dan ukur kekuatan otot
3.      Kaji tingkst nyeri, derajad, dan mulainya
4.     Kaji aktivitas sehari-hari
5.      Kaji riwayat psikologis
6.     Kaji konsep citra tubuh dan harga diri
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi:
-           Tes serologi
-          Pemeriksaan radiologi
-           Aspirasi sendi.
Diagnosa Keperawatan
1.       Gangguan rasa nyaman nyeri
2.      Potensial cedara
3.      Gangguan konsep diri
4.     Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
5.      Hambatan mobilitas fisik
6.     Kurang pengetahuan
Intervensi dan implementasi keperawatan
Ds Keperawatan
Tujuan keperawatan
Intervensi Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri
Nyeri teratasi
-       Pasien diistirahatkan (tirah baring)
-       Pertahankan posisi fisiologis dengan benar
-       Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba
-       Gunakan terapi panas
-       Lakukan perawatan kulit dan masase perlahan
-       Beri obat-obatan sesuai therapi (analgetik)
Potensial cedera
Tidak terjadi cedera
-                -   Gunakan sepatu yang menyokong
-                -   Hindarkan lantai yang licin
-                -   Gunakan pegangan di kamar mandi
-                -   Lakukan latihan ROM jika memungkinkan
-                -   Pantau efek penggunaan obat-obatan
Gangguan konsep diri
Konsep diri meningkat
-     Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya
-       Beri dukungan yang tepat
-       Dorong pasien untuk mandiri
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Kebuthan sehari-hari terpenuhi
-       Ajarkan aktivitas sehari-hari
-       Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Hambatan mobilitas fisik
Mobilitas fisik dipertahankan
-       Bantu pasien melakukan latihan ROM
-       Rencanakan program latihan setiap hari
-       Lakukan observasi untuk setiap latihan
-       Beri istirahat
-       Beri lingkungan yang aman
Kurang pengetahuan
Pemahaman pasien meningkat
-       Tekankan pentingnya ROM dan proses penyakitnya
-       Jelaskan tentang diet
-       Beri jadwal pemberian obat-obatan
-       Jelaskan kapan periksa ulang































ASKEP SPONDILITIS
Pengertian
Spondilitis ankilosis adalah: adalah suatu penyakit inflamasi progresif dari kulumna vetebra dan jaringan di sekitarnya yang dimulai pada pinggang dan akhirnya menyebabkan ankilosis dan deformitas keseluruhan kolumna vetebra.
Penyakit ini menyerang laki-laki dan wanita, namun biasanya yang lebih sering adalah laki-laki. Serangan umumnya terjadi pada usia 10-30 tahun, namun penyakit ini berkurang pada usia 50 tahun.
Sampai saat ini penyebab penyakit spondilitis ankilosis belum diketahui, dapat juga timbul sebagai komplikasi dari TBC melalui penyebaran hematogen.

TANDA DAN GEJALA
-          Tergantung pada beratnya penyakit
-          Kecepatan berkembang
-          Lamanya penyakit
-          Banyaknya vertebra yang terkena
-          Progresivitas penyakit pada tiap ruas vertebra
Gejala dapat berupa:
-          Nyeri dan kaku pada vertebra yang menjalar ke bokong
-          Keterbatasan mobilitas
-          Keletihan
-          Malaise
-          Klien merasa tidak nyaman pada daerah dada
-          Kurang napsu makan
-          Berat badan menurun
Komplikasi yang mungkin timbul
-          Kerusakan neurologi
-          Tromboflebitis
-          Fraktur vertebra
-          Poliartritis
-          Disfungsi pernapasan
Penatalaksanaan medis
1.       Pemberian obat-obatan (analgesik, antipiretik, agens antiinflamasi nonsteroid dan penunak feses)
2.      Terapi fisik (program latihan)
3.      Pasien tidur pada tempat tidur papan dengan matras lembut
4.     Osteotomi
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pasien mengeluh sakit pada punggung bagian bawah, kaku dan terjadi gangguan perubahan sakroiliaka yang berlangsung beberapa kali serangan dan kemudian menghilang. ..........
Diagnosa Keperawatan
1.       Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal dan nyeri
2.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d inflamasi sendi dan otot
3.      Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur tubuh
4.     Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah b/d terbatasnya informasi kesehatan
Intervensi dan implementasi keperawatan
Diagnosa keperawatan
Tujuan Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Hambatan mobilitas fisik
Mobilitas fisik meningkat
-       Kaji tingkat mobilitas pasien dan observasi adanya penurunan atau peningkatan
-       Bantu pasien melakukan latihan ROM, ambulasi dan perawatan diri
-       Pertahankan bentuk spinal dengan cara memberi tempat tidur dengan alas kayu atau kasur busa yang keras yang tidak menimbulkan lekukan pada saat klien berbaring
-       Observasi tanda-tanda vital
-        
-                       
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Nyeri teratasi
-        Kaji intensitas, letak dan tipe nyeri, gunakan skala peringkat nyeri
-        Lakukan masase punggung untuk meningkatkan rasa nyaman
-        Beri terapi panas pada sendi yang nyeri untuk meningkatkan sirkulasi dan relaksasi otot serta menurunkan kekakuan
-        Ajarkan dan anjurkan pasien melakukan napas dalam-dalam
-        Anjurkan tidakan distraksi seperti menonton TV, membaca dan mendengarkan radio
-        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik
Gangguan citra tubuh
Citra tubuh meningkat
-        Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan masalah yang ada
-        Kembangkan komunikasi dan bina hubungan terapiutik antara pasien dan perawat
-        Beri aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan citra tubuh
-        Bersama pasien mencari alternatif koping yang positif
Kurnag pengatahuan
Pemamahan pasien meningkat
-       Beri penjelasan tentang penyakitnya
-       Diskusikan jadwal pengobatan, nama obat, dosis dan efek samping obat
-       Laporkan segera jika terjadi efek samping obat
-       Jelaskan tentang pentingnya program latihan yang lebih dianjurkan, termasuk berenag dan latihan tanpa beban berat badan sesuai toleransi
-       Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur
-       Jelaskan pentingnya nutri dan asupan cairan yang cukup (2500 ml/hari)
-       Anjurkan melakukan kontrol ulang ke dokter
-       Peragakan tentang pemasangan dan perawatan korset

Evaluasi Keperawatan
1.       Peningkatan mobilitas fisik
a.     Berpartisipasi dalam program latihan dan aktivitas perawatan diri
b.     Mencari bantuan sesuai dengan kebutuhan
c.      Mempertahankan koordinasi dan mobilitas secara obtimal
2.      Mengalami peredaan nyeri
a.     Melaporkan penurunan nyeri
b.     Tidak terjadi nyeri tekan ditempat terjadinya nyeri
c.      Menunjukan perilaku yang lebih releks
d.     Meperagakan ketrampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan
3.      Penigkatan konsep diri
a.     Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan mengunakan ketrampilan coping yang positif dalam mengatasi perubahan citra tubuh
b.     Berpartisipasi aktif dalam program pengobatan dan mencari bantuan dengan tepat
c.      Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari pada tingkat yang obtimal
4.     Peningkatan pengetahuan
a.     Pasien dapat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan dan tanda kemajuan penyakit
b.     Memperagakan pemasangan korset
c.      Berpartisipasi aktif dalam mengikuti jadwal pengobatan
d.     Melaksanakan program latihan yang telah ditetapkan




OSTEOMALASIA
Pengertian
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang.
Penyebabnya:
-          Kekurangan Vit. D aktif yang memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinalis dan memfisilitasi mineralisasi tulang
-          Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah
-          Kekurangan kalsium dalam diet
-          Malabsorpsi kalsium (kegagalan absopsi kalsium atau kehilangan kalsium berlebihan dalam tubuh)
-          Kelainan gastrointestinal (absobsi lemak tidak memadai sehingga kehilangan Vit D dan kalsium)

Patofisiologi
Kekurangan kalsium dalam diet
Malabsopsi kalsium
Kelainan gastrointestinal
Gagal ginjal kronis
Kekurangan Vit D

Kegagalan mineralisasi tulang

Terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh

Menyebabkan nyeri lengkungan tulang
dan patah tulang patologis

Osteomalasia

Manifestasi klinik
1.       Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang
2.      Kelemahan otot
3.      Cara berjalan seperti bebek atau pincang
4.     Pada penyakit yang telah lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh dan tarikan otot)
5.      Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis)
6.     Sakrum terdorong ke bawah dan kedepan, pelviks tertekan ke lateral
7.      Kelemahan dan ketidak seimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur

Pemeriksaan diagnostik
1.       Pemeriksaan sinar X akan terlihat demineralisasi tulang secara umum
2.      Pemeriksaan veertebra akan memperlihatkan patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas
3.      Biopsi tilang akan menunjukan peningkatan jumlah osteoid
4.     Pemeriksaan laboratorium: darah (kadar kalsium dan fosfor yang rendah dan peningkatan moderat kadar alkali fosfatase) dan urine (kalsium dan kreatin rendah)
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pasien dengan osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulang umum pada punggung bawah dan ekstremitas disertai nyeri tekan. Hal-hal yang perlu ditanyakan pada klien adalah:
1.       Informasi mengenai sindrom malabsopsi
2.      Kebiasaan diet
3.      Terjadi kelemahan otot atau tidak
Pada pemeriksaan fisik ditemukan deformitas vertebra dan deformitas lengkungan tulang panjang yang membuat penampilan klien menjadi tidak normal dan jalannya seperti bebek

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Nyeri yang b/d kemungkinan fraktur patologis
2.      Gangguan konsep diri yang b/d deformitas
3.      Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Nyeri yang b/d kemungkinan fraktur patologis
Meredakan nyeri
-    Upaya fisik, psikologis dan farmakologis digunakan untuk meredahkan nyeri belakang
-    Lakukan pengubahan posisi dengan lembut
-    Kasur yang padat dan bantal yang lembut dapat memberi sokongan tubuh dan  memberi kenyamanan pada deformitas yang ada
-    Alikan perhatian pasien dari nyeri dengan menonton TV atau baca koran
-    Kolaborasi dalam pemberian analgesik
-    Pantau efek obat terhadap nyeri
Gangguan konsep diri yang b/d deformitas masalah
Memperbaiki konsep diri
-   Bina hubungan saling percaya
-   Beri kesempatan untuk mengungkapkan perubahan citra dirinya dan upaya yang telah dilakukan klien
-   Beri dorongan pada klien untuk mengenali dan mengunakan kekuatan yang dimilikinya dan dimasukan dalam rencana asuhan keperawatan. ini merupakan partisipasi aktif serta dapat memperbaiki kontrol diri dan dan meningkatkan harga diri
-   Dorong klien melakukan interaksi dengan keluarga dan sahabat. ini dapat memberi rasa diterima tanpa memerhatikan perubahan fisik yang terjadi
Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit
Pemahaman proses penyakit dan program pengobatan
-   Jelaskan penyebab terjadinya penyakit osteomalasia
-   Jelaskan tentang diet, sumber kalsium dan Vit D yang terdapat pada susu, telur, hati ayam dll
-   Jelaskan pengunaan suplemen dan efek sampingnya, sep: Vit D dosis tinggi sangat toksik dan meningkatkan risiko hiperkalsemia
-   Jelaskan pentingnya memantau kadar kalsium serum
-   Dorong klien untuk melakukan aktivitas di luar ruang rawat atau di rumah jika sudah keluar atau pemajanan kulit pada sinar matahari

EVALUASI KEPERAWATAN
1.       Mengalami peredaan nyeri
a.     Menyatakan perasaan nyaman, dapat istirahat
b.     Menyatakan nyeri pada tulang telah berkurang
2.      Menunjukan peningkatan konsep diri
a.     Menunjukan kepercayaan diri mengenai kemampuannya
b.     Meningkatkan tingkat aktivitasnya
c.      Menigkatkan interaksi sosial
3.      Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit
a.     Menjelaskan penyebab penyakit osteomalasia
b.     Mengkonsumsi kalsium dan vit D sesuai program
c.      Pemajanan terhadap sinar matahari
d.     Memantau kadar kalsium serum selama program terapi
e.      Menepati perawatan tindak lanjut














OSTEOSARKOMA
Pengertian
Osteosarkoma atau sarkoma osteogenik adalah: suatu pertumbuhan yang cepet pada tumor maligna tulang (kangker tulang yang tidak diketahui penyebabnya)
Manifestasi klinik:
-          nyeri
-          Bengkak
-          Terbatasnya gerakan
-          Menurunnya berat badan
-          Nyeri pada punggung bawah
-          Anemia dapat terjadi akibat adanya penumpukan sel-sel neoplasma pada sumsum tulang, sehingga dapat menyebabkan hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan hiperuremia selama ada kerusakan tulang
-          Gagal ginjal dapat tewrjadi selama presipitasi imunoglubolin dalam tubuh (pada pielonefritis)

Penatalaksanaan
-          Tindakan pengangkutan tumor biasanya dengan amputasi
-          Kemoterapi untuk mengurangi masa tumor
-          Analgetik  dan narkotik, serta alopurinol untuk mengontrol hiperurisemia
-          Pengeluaran urin harus baik (2500-300 ml/hari) untuk mengukur kadar kalsium serum serta mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia

Asuhan keperawatan
Pengkajian
1.       Riwayat keperawatan
a.     Umur klien
b.     Keluhan nyeri atau sakit
c.      Kapan terjadinya
2.      Pengkajian fisik
a.     Pegang daewrah ekstremitas dan tinggikan, kaji ada tidaknya keluhan nyeri
b.     Identifikasi ada tidaknya pembengkakan
c.      Pergerakan terbatas
d.     Ada tidaknya kelemahan
3.      Riwayat psikososial untuk mengetahui adanya kecemasan, takut atau depresi
4.     Pemeriksaan diagnostik untuk mengetahui anemia, hiperkalsemia, hiperkalsiuria atau hiperurisemia
Diagnosa keperawatan
1.       Pola nutrisi
2.      Kurang pengetahuan
3.      Risiko tinggi komplikasi (metastase ke paru)
4.     Risiko tinggi infeksi paska boipsi
5.      Cemas
6.     Gangguan rasa nyaman
7.      Intoleran aktivitas
8.      Gangguan citra tubuh
9.     Gangguan fungsi peran

Intervensi  dan implementasi keperawatan

Diagnosa keperawatan
Tujuan keperawatan
Kriteria hasil
Intervensi keperawatan
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
Nutrisi terpenuhi
-    Makanan habis
-    BB perlahan-lahan naik
-    Tidak mengeluh mual
-    Napsu makan meningkat
-    Klien tampak segar
-   Beri makanan dengan diet TKTP, porsi kecil tapi sering
-   Pantau asupan cairan dan makanan
-   Sediakan makanan dalam keadaan hangat
-   Timbang pasien setiap hari pada waktu yang sama, dgn timbnagan yang sama
-   Kolaborasi dengan tim gizi
Kurang pengetahuan tentang amputasi, kemoterapi
Klien dan keluarga akan memahami prosedur operasi, kemoterapi
-    Klien menjelaskan tentang amputasi, kemoterapi dan radiologi
-    Klien menjelaskan dengan tepat tindakan amputasi, kemoterapi dan radiologi
-    Beri penjelasan tentang prosedur tindakan pembedahan, peralatan yang terpasang setelah operasi, dan rehabilitasi yang akan dilakukan pada klien
-    Beri penjelasan tentang kemoterapi, radiologi, efek samping yang mungkin terjadi dan sistim pendukung yang tersedia
-    Dorong klien untuk berkomunikasi tentang hal-hal yang penting dan sediakan waktu untuk mengekspresikan rasa takut dan cemas
-     
-    Ciptakan lingkungan yang mendukung bagi klien untuk mengekspresikan perasaannya
Risiko tinggi komplikasi (metastase ke paru)
Tidak terjadi komplikasi
-    Paru klien tetap bersih
-    Tidak ada keluhan sistem pernapasan
-    Frekensi pernapasan normal
-    Pantau status respirasi, batuk dan dispnea
-    Auskultasi paru setiap 8 jam
-    Observasi batuk produktif dan karakteristik sputum
-    Tinggikan posisi kepala untuk melegakan pernapasan
-    Anjurkan dan bantu klien untuk napas dalam dan batuk efektif tiap 4 jam
Risiko tinggi infeksi yang b/d tindakan biopsi
Tidak ditemukan tanda infeksi dan tanda vital normal
-    Tidak ditemukan tanda infeksi
-    Ttanda vital normal
-    Pantau tanda vital setiap 4 jam
-    Pantau tanda infeksi  pada luka biopsi setiap 4 jam
-    Lakukan perawatan luka dgn prinsip antiseptik setiap hari

Cemas yang b/d penyakitnya
Klien tampak tenang
Klien kooperatif dlm tindakan keperawatan
-    Klien tampak tenang
-    Klien kooperatif dlm tindakan keperawatan
-    Kaji tingkat kecemasan klien dan faktor penyebabnya
-    Sertakan secara aktif dalam pengambilan keputusan untuk setiap aspek perawatan tindakan
-    Jelaskan setiap prosedur atau tindakan keperawatan/pengobatan yang akan dilakukan pada klien
-    Ajarkan tentang proses penyakit dan perawatan luka operasi
-    Beri perhatian dan dengarkan keluhannya


Evaluasi keperawatan
1.       Komplikasi tidak terjadi
2.      Nutrisi adekuat
3.      Nyeri berkurang atau hilang
4.     Tidak terjadi infeksi
5.      Pengetahuan klien meningkat


























ASKEP KONTUSI, STRAIN DAN SPRAIN

Pengertian
Kontusi adalah:  cedera pada jaringan lunak, yang diakibatkan oleh kekerasan tumpul. Terputusnya banyak pembuluh darah kecil yang terjadi mengakibatkan perdarahan ke jaringan lunak yang disebut ekimosis atau memar. Haematom terjadi jika perdarahan cukup banyak sampai terjadi timbunan darah.
Stain adalah: tarikan otot akibat penggunaan yang berlebihan, peregangan berlebihan atau stres yang berlebihan, serta terdapat robekan mikroskopik tidak komplet dengan perdarahan ke dalam jaringan (Brunner & Sudarth, 2001)
Strain adalah:  Luka pada beberapa ligamen yang saling berhubungan dan tetap pada tempatnya, sedangkan terkilir adalah ligamen yang tertarik (Griffirh Winter, 1994)
Strain adalah: trauma yang mengenai otot atau tendon yang disebabkan oleh kelebihan pemanasan atau kelebihan ekstensi (Black Joyce, 1993)
Spain adalah:  cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau memutar.

Tanda dan Gejala:
Kontusi  : Nyeri, bengkak dan perubahan warna
Strain   : Nyeri mendadak, nyeri tekan lokal, kontraksi isometrik, bengkak pada persendian yang   terkena, memar atau kemerahan lokal
Sprain    :  Nyeri tekan (derajad nyeri meningkat selama 2-3 jam akibat pembengkakan dan perdarahan yang terjadi), edema
Penatalaksanaan
1.     Meniggikan bagian yang sakit untuk mengontrol pembengkakan
2.   Istirahat mencegah cedera tambahan dan mempercepat penyembuhan
3.   Beri kompres dingin selama 20-30 menit, selama 24-48 jam pertama setelah csdera dapat menyebabkan vasokontriksi yang akan mengurangi perdarahan, edema dan ketidak nyamanan
4.   Pemasangan balut tekan elastis dapat mengontrol perdarahan, mengurangi edema, dan menyokong jaringan yang cedera
5.   Status neoromuskuler ekstremitas yang cedera dipantau sesering mungkin
6.   Pembedahan jika ada robekan serabut otot dan terputusnya ligamen
7.   Imobilisasi dengan gips
8.   Latihan aktif dan pasif progresif boleh dimulai
Asuhan keperawatan
Pengkajian
1.     Biodata: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat
2.   Keluhan utama: keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan gangguan neurosensori
3.   Riwayat perkembangan
4.   Riwayat kesehatan masa lalu: kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma, fraktur), cara penanggulangan, dan penyakit (DM)
5.   Riwayat kesehatan sekarang: kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala timbul tiba-tiba/perlahan, lokasi, obat yang diminum, cara penanggulangan
6.   Pemeriksaan fisik: keadaan umum dan kesadaran, keadaan integumen (kulit, kuku), keadaan muskuloskeletal (bentuk tubuh, tingkat kekuatan atau ketahanan, pergerakan, keseimbangan), kardiovaskuler (hipertensi, takikardia), neurologis (spasme otot, kesemutan), keadaan ekstremitas dan hematologi
7.   Riwayat psikososial: reaksi emosional, citra tubuh, sistem pendukung
8.   Pemeriksaan diagnostik: rontgen untuk mendeteksi fraktur, lokasi/luas, CT scan, darah lengkap dan kreatin
9.   Pola kebiasaan sehari-hari
Diagnosa keperawatan
1.       Gangguan rasa nyaman nyeri b/d spasme otot, ededma, kerusakan jaringan
2.      hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan jaringan
3.      Cemas, takut, berduka
4.     Kurang pengetahuan
5.      Perubahan perfusi jaringan
6.     Risiko tinggi infeksi
7.      Risiko tinggi kerusakan integritas kulit
8.      Gangguan citra tubuh
9.     Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
10.  Perubahan fungsi peran
Intervensi dan inmplementasi keperawatan
Diagnosa keperawatan
Tujuan keperawatan
Kriteria hasil
Intervensi keperawatan
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Rasa nyaman meningkat atau nyeri berkurang/hilang
Klien tidak mengeluh nyeri/nyeri berkurang
-     Kaji intensitas nyeri
-     Atur posisi yang nyaman untuk mengurangi tekanan dan mencegah otot-otot menjadi tegang sehingga menurunkan rasa nyeri
-     Anjurkan relaksasi/distraksi untuk menurunkan nyeri
-     Anjurkan melakukaninmajinasi untuk mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
-     Kolaborasi dengan dokter dalam terapi analgetik

Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan jaringan
Meningkatkan mobilitas pada tingkat yang lebih mungkin
Klien mampu bergerak dan kekuatan otot meningkat
-      Kaji derajat imobilitas
-      Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik
-      Bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda dan tongkat
-      Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Ansientas b/d status kesehatan
Ansientas berkurang
-      Klien tampak senang
-      Klien tidak menunjukan wajah gelisa
-      Catat palpasi, peningkatan denyut jantung atau frekuensi pernapasan
-      Pahami rasa takut atau ansientas klien
-      Kaji tingkat ansietas klien
-      Anjurkan tehnik relaksasi pada klien
-      Kolaborasi dalam pemberian terapi
Kurang pengetahuan b/d kondisi, proses pengobatan, dan perawatan
Pengetahuan klien meningkat
-     Klien tidak bertanya lagi tentang penyakitnya
-     Klien dapat menjelaskan kembali tentang penyakitnya
-                      Kaji tingkat pengetahuan klien
-                      Beri pendidikan kesehatan
-                      Beri kesempatan klien untuk bertanya dan menjelaskan
-                      Ajarkan cara perawatan/pengobatan penyakitnya

Evaluasi keperawatan
1.       Nyeri berkurang atau hilang
2.      Kebutuhan sehari-hari klien terpenuhi
3.      Ansientas berkurang atau hilang
4.     Pengetahuan klien tentang penyakitnya meningkat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sumber: http://dedia1996.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-popup-facebook-like-box.html#ixzz2IIH6d6Ax