\
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN POLIOMYLIETIS
DISUSUN
OLEH :
Kelompok :4
Andriayani
Ismail aziz maming
Nur’aini
Sri rezeky desi ningrum
AKADEMI
KEPERAWATAN KABUPATEN DONGGALA TAHUN AJARAN 2012 – 2013
BAB
1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Poliomielitis adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan biasanya menyerang anak-anak
dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP=Acute Flaccid Paralysis).
Program eradikasi polio global telah
dicanangkan oleh WHO dengan target dunia bebas polio tahun 2008, sedangkan
Indonesia bebas polio ditargetkan pada tahun 2005. Saat ini Indonesia
sebenarnya sudah dapat dikatakan bebas polio karena sejak tahun 1996 tidak
diketemukan lagi virus polio liar dari kasus kasus AFP yang diambil spesimen
fesesnya. Akan tetapi mengingat kinerja surveilans AFP yang jelek pada tahun
2000
dan 2001 (AFP rate <1/10.000)
(1)dan cakupan imunisasi polio yang juga rendah (<80%) di beberapa daerah
seperti Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua, WHO menyatakan bahwa
Indonesia harus melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
2. TUJUAN
Menilai hasil program eradikasi polio
dari segi status kekebalan anak terhadap virus polio untuk menentukan perlu
tidaknya PIN dilaksanakan lagi untuk mencapai bebas polio.
BAB
2
A. PENGERTIAN
Poliomilitis adalah penyakit menular
yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa
kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat
kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi
otot.
Poliomielitis atau polio, adalah
penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa
penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh
melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah
dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralysis).
B. ETIOLOGI
Genus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan : Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia : Picornaviridae
Spesies : Poliovirus Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan : Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia : Picornaviridae
E. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan
daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami
kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi
neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena
poliomyelitis ialah :
1.
Medula
spinalis terutama kornu anterior,
2.
Batang
otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital,
3.
Sereblum
terutama inti-inti virmis,
4.
Otak
tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang
nucleus rubra,
5.
Talamus
dan hipotalamus,
6.
Palidum
dan
7.
Korteks
serebri, hanya daerah motorik.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Lab :
a. Pemeriksaan
darah
b. Cairan serebrospinal
c. Isolasi virus volio
b. Cairan serebrospinal
c. Isolasi virus volio
E. Penatalaksanaan
1. Poliomielitis aboratif
• Diberikan analgetk dan sedative
• Diet adekuat
• Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
• Diberikan analgetk dan sedative
• Diet adekuat
• Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
• Sama seperti aborif
• Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
• Sama seperti aborif
• Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
• Perawatan dirumah sakit
• Istirahat total
• Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
• Fisioterafi
• Akupuntur
• Interferon
• Perawatan dirumah sakit
• Istirahat total
• Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
• Fisioterafi
• Akupuntur
• Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu
perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak
terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis
paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu
perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis
pernapasan. Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut :
Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut :
Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. pemeriksaan fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
1. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. pemeriksaan fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan jalan nafas paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan jalan nafas paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
C. Intervensi
Dx 1 :
1.1.
Pantau
pola makan anak
R/Mengetahui intake dan output anak
1.2.
Berikan makanan secara adekuat
R/Untuk mencakupi masukan sehingga output
R/Untuk mencakupi masukan sehingga output
Dx 2 :
2.1. Pantau suhu tubuh
R/Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2.2. jangan pernah menggunakan usapan alcohol
2.1. Pantau suhu tubuh
R/Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2.2. jangan pernah menggunakan usapan alcohol
R/Dapat menyebabkan efek neurotoksi
2.4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
R/Dapat membantu mengurangi demam
2.4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
R/Dapat membantu mengurangi demam
Dx 3 :
3.1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
R/Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah
3.1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
R/Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah
3.2. Auskultasi bunyi
nafas
R/Mengetahui adanya bunyi tambahan
R/Mengetahui adanya bunyi tambahan
Dx 4 :
4.1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri
R/Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi.
4.2. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri.
R/Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan
4.3. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
4.4. Berikan analgesic sesuai indikasi.
4.1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri
R/Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi.
4.2. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri.
R/Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan
4.3. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
4.4. Berikan analgesic sesuai indikasi.
Dx 5 :
5.1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak
R/Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
5.2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
R/Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
5.1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak
R/Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
5.2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
R/Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
5.3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
5.3. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
R/Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.
Dx 6 :
6.1 Pantau tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas(mis.renda,sedang, parah).
R/Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
6.2 Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa yang dipercaya.
R/Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
6.3. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
R/Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
6.4. Hidari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalan lancar”.
R/Harapan –harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman atau kejujuran.
6.1 Pantau tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas(mis.renda,sedang, parah).
R/Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
6.2 Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa yang dipercaya.
R/Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
6.3. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
R/Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
6.4. Hidari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalan lancar”.
R/Harapan –harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman atau kejujuran.
D.
IMPLEMENTASI
1.Memantau
pola makan anak untuk mengetahui intake dan output anak
2.Memberikan makanan secara adekuat Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
3.Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4.Menimbang berat badan mengetahui perkembangan anak
5.Memberikan makanan kesukaan anak menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
6.Memberikan makanan tapi sering mempermudah proses pencernaan
2.Memberikan makanan secara adekuat Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
3.Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4.Menimbang berat badan mengetahui perkembangan anak
5.Memberikan makanan kesukaan anak menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
6.Memberikan makanan tapi sering mempermudah proses pencernaan
E.
EVALUASI
Masalah
dikatakan teratasi apabila kebutuhan nutrisi dari kebutuhan dapat terpenuhi
dengan baik/terkontrol.
BAB 4
PENUTUP
A.KESIMPULAN
DAN SARAN
1)
Status
antibodi anak setelah PIN IV sudah cukup tinggi (92%) meskipun masih lebih
rendah dari status antibodi anak setelah PIN II.
2)
Tidak
ada perbedaan antara status antibodi anak yang tinggal di perkotaan dan
pedesaan di Makasar.
3)
Makin
tua umur anak, antibodinya terhadap ketiga tipe virus polio makin rendah, dan
pada golongan umur 0-1 tahun prosentase anak yang mempunyai antibodi antara
100%.
B. DAFTAR PUSTAKA
WHO-SEARO. Poliomyelitis surveillance :
weekly report 2001. SEAR
Polio Bulletin.
Dit.Jen P2M & PLP, Dep.Kes. RI.
Pekan Imunisasi Nasional 2002.
Materi Informasi dan
Advokasi.Dep.Kes.R.I.2002.
Gendrowahyuhono dkk.
Laporan akhir peneltian serologis
poliomyelitis
setelah PIN II di daerah terpencil.
1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar