Halaman

Kamis, 03 Januari 2013

POLIOMYLIETIS


\
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN POLIOMYLIETIS



DISUSUN OLEH :
Kelompok :4
Andriayani
Ismail aziz maming
Nur’aini
Sri rezeky desi ningrum



AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN DONGGALA TAHUN AJARAN 2012 – 2013


BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP=Acute Flaccid Paralysis).
Program eradikasi polio global telah dicanangkan oleh WHO dengan target dunia bebas polio tahun 2008, sedangkan Indonesia bebas polio ditargetkan pada tahun 2005. Saat ini Indonesia sebenarnya sudah dapat dikatakan bebas polio karena sejak tahun 1996 tidak diketemukan lagi virus polio liar dari kasus kasus AFP yang diambil spesimen fesesnya. Akan tetapi mengingat kinerja surveilans AFP yang jelek pada tahun 2000
dan 2001 (AFP rate <1/10.000) (1)dan cakupan imunisasi polio yang juga rendah (<80%) di beberapa daerah seperti Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua, WHO menyatakan bahwa Indonesia harus melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
2. TUJUAN
Menilai hasil program eradikasi polio dari segi status kekebalan anak terhadap virus polio untuk menentukan perlu tidaknya PIN dilaksanakan lagi untuk mencapai bebas polio.





BAB 2
A. PENGERTIAN
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
B. ETIOLOGI
Genus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan : Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia : Picornaviridae






E. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
1.     Medula spinalis terutama kornu anterior,
2.     Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital,
3.     Sereblum terutama inti-inti virmis,
4.     Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra,
5.     Talamus dan hipotalamus,
6.     Palidum dan
7.     Korteks serebri, hanya daerah motorik.

F. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Lab :
                               a. Pemeriksaan darah
                               b. Cairan serebrospinal
                               c. Isolasi virus volio







E. Penatalaksanaan
1. Poliomielitis aboratif
• Diberikan analgetk dan sedative
• Diet adekuat
• Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.

2. Poliomielitis non paralitik
• Sama seperti aborif
• Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres    hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
• Perawatan dirumah sakit
• Istirahat total
• Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
• Fisioterafi
• Akupuntur
• Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan. Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut :
Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS
A. Pengkajian
     1. Riwayat kesehatan
         Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
     2. pemeriksaan fisik
         a. Nyeri kepala
         b. Paralisis
         c. Refleks tendon berkurang
         d. Kaku kuduk
         e. Brudzinky
        B. Diagnosa Keperawatan
             1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh anoreksia, mual dan muntah
             2. Hipertermi b/d proses infeksi
             3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan jalan nafas paralysis otot
             4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
             5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
             6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
       C. Intervensi
 Dx 1 :
1.1.         Pantau pola makan anak
R/Mengetahui intake dan output anak
 1.2. Berikan makanan secara adekuat
             R/Untuk mencakupi masukan sehingga output                                                              


Dx 2 :
2.1. Pantau suhu tubuh
        R/Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2.2. jangan pernah menggunakan usapan alcohol
          R/Dapat menyebabkan efek neurotoksi
2.4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
        R/Dapat membantu mengurangi demam
Dx 3 :
3.1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
       R/Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah 
3.2. Auskultasi bunyi nafas
        R/Mengetahui adanya bunyi tambahan
  Dx 4 :
 4.1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak  mengatasi nyeri                                                                                                   
        R/Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi.
4.2. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri.
        R/Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan
4.3. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
4.4. Berikan analgesic sesuai indikasi.
Dx 5 :
5.1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak
       R/Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
5.2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
      R/Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak

5.3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
5.3. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
       R/Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.
Dx 6 :
6.1 Pantau tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas(mis.renda,sedang, parah).
        R/Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
6.2 Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa yang dipercaya.
        R/Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
6.3. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
        R/Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
6.4. Hidari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalan lancar”.
      R/Harapan –harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman atau kejujuran.

       D. IMPLEMENTASI
1.Memantau pola makan anak untuk mengetahui intake dan output anak
2.Memberikan makanan secara adekuat Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
3.Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4.Menimbang berat badan mengetahui perkembangan anak
5.Memberikan makanan kesukaan anak menambah masukan dan   merangsang anak untuk makan lebih banyak
6.Memberikan makanan tapi sering mempermudah proses pencernaan
      E. EVALUASI
Masalah dikatakan teratasi apabila kebutuhan nutrisi dari kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik/terkontrol.






BAB 4
PENUTUP
A.KESIMPULAN DAN SARAN
1)    Status antibodi anak setelah PIN IV sudah cukup tinggi (92%) meskipun masih lebih rendah dari status antibodi anak setelah PIN II.
2)    Tidak ada perbedaan antara status antibodi anak yang tinggal di perkotaan dan pedesaan di Makasar.
3)    Makin tua umur anak, antibodinya terhadap ketiga tipe virus polio makin rendah, dan pada golongan umur 0-1 tahun prosentase anak yang mempunyai antibodi antara
100%.
B. DAFTAR PUSTAKA
WHO-SEARO. Poliomyelitis surveillance : weekly report 2001. SEAR
Polio Bulletin.
Dit.Jen P2M & PLP, Dep.Kes. RI. Pekan Imunisasi Nasional 2002.
Materi Informasi dan Advokasi.Dep.Kes.R.I.2002.
Gendrowahyuhono dkk.
Laporan akhir peneltian serologis poliomyelitis
setelah PIN II di daerah terpencil. 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sumber: http://dedia1996.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-popup-facebook-like-box.html#ixzz2IIH6d6Ax