Akademi keperawatan
kabupaten donggala
Di susun oleh :
•
Iki zulkarnain
• Sri rahayu
•
firgayana
•
Nurkia undari
•
Lina safriana
BAB I
PENDAHULUAN
Telinga merupakan sebuah
organ yang mampu mendeteksi atau mampu mengenal suara dan juga banyak berperan
dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga memiliki tiga bagian :
1. Telinga
luar
2. Telinga
tengah
3. Telinga
dalam.
Telinga
tengah adalah organ yang berisi udara dalam tulang temporal. Telinga tengah
meliputi :
1. gendang
telinga,
2. tiga
tulang pendengaran yaitu : malleus,
incus dan stapes
3. saluran
eustachius
Gendang
telinga atau membrane timpani, membentang sampai bagian akhir telinga, dan akan
bergetar ketika ada gelombang suara melaluinya. Getaran ini akan diteruskan
menuju ketiga tulang pendengaran tersebut. Stapes kemudian menghantar getaran
ketelinga dalam yang terisi oleh cairan pada venestra vestibule.
Tuba
eustachii adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. Fungsi tuba ini adalah sebagai ventilasi , drenase secret dan
menghalangi masuknya secret dari nasofaring ke telinga tengah, ventilkasi ini
berguna untuk menjaga agar tekanan udara pada telinga tengah selalu sama dengan
tekanan udara luar. Mengapa demikian ? agar gendang telinga dapat bergetar dengan
baik dan telinga tidak berdenging.
Pada
telinga tengah juga dapat terjadi beberapa kelainan yakni otitis media akut
(OMA), ,otitis media nonsupuratif, otitis media serosa akut, otitis media
serosa kronik dan otitis media perforata.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Pengertian
Otitis media
perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis
di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau
kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999)
B. Etiologi
Faktor-faktor
yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara
lain:
1.
Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat:
a.
Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang
b.
Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total
2.
Perforasi membran timpani yang menetap.
3.
Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya
pada Telinga tengah
4. Obstruksi menetap terhadap
aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat
disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau
timpano-sklerosis.
5. Terdapat
daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar
seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.
C. Perjalanan Penyakit
Otitis media
perforate akan menjadi kronik apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Factor
yang dapat menyebabkan yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak
adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah atau higiena
buruk.
D. Patofisiolog
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans
dapat menimbulkan perforasi yang besar pada gendang
telinga. Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau
sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi
gambaran optitis media atelektasis.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Audiometrik untuk mengetahui tuli
konduktif
2. Foto rontgent
untuk mengetahui patologi mastoid
3. Otoskop untuk melihat perforasi membran
timpani
4. Otoskop
pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus
cahaya dengan kerusakan mogilitas.
5.
Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme
penyebab.
F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari beberapa prosedur berikut :
1) Pembedahan (Operasi)
2) Penyinaran (Radioterapi)
3) Pemakaian obat-obatan ( sitostatika/khemoterapi)
4) Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
5) Pengobatan dengan hormone
Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari beberapa prosedur berikut :
1) Pembedahan (Operasi)
2) Penyinaran (Radioterapi)
3) Pemakaian obat-obatan ( sitostatika/khemoterapi)
4) Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
5) Pengobatan dengan hormone
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data yang muncul saat pengkajian:
a. Sakit telinga/nyeri
b. Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
c. Perasaan penuh pada telinga
d. Suara bergema dari suara sendiri
e. Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
f. Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
g. Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
h. Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
i. Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
j. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi.
k. Aktifitas terbatas
l. Takut menghadapi tindakan pembedahan.
m. OMP berkurang.
n. Pengkajian Psikososial
o. Pemeriksaan pendengaran
p. Kaji adanya peningkatan suhu (indikasi adanya
proses infeksi)
q. Kaji riwayat infeksi
telinga dan pengobatan
r.
Kaji drainage telinga, keutuhan membran
timpani
s. Kaji penurunan / tuli pendengaran
s. Kaji penurunan / tuli pendengaran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi efek pembedahan.
b. Resiko penyebaran infeksi berhubungen dengan komplikasi proses pembedahan.
c. Gangguan persepsi sensori auditory berhubungan dengan proses penyakit dan efek pembedahan
a. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi efek pembedahan.
b. Resiko penyebaran infeksi berhubungen dengan komplikasi proses pembedahan.
c. Gangguan persepsi sensori auditory berhubungan dengan proses penyakit dan efek pembedahan
d. Kurangnya pengetahuan mengenai
pengobatan dan pencegahan kekambuhan
e.Cemas berhubuangan
dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya
fungsi
3.
Intervensi Keperawatan
a. Meningkatkan kenyamanan
1). Berikan tindakan untuk mengurangi nyeri
Beri analgetik. Lakukan kompres dingin pada area
Atur posisi nyaman
2). Beri sedatif secara hati-hati agar dapat istirahat (kolaborasi)
a. Meningkatkan kenyamanan
1). Berikan tindakan untuk mengurangi nyeri
Beri analgetik. Lakukan kompres dingin pada area
Atur posisi nyaman
2). Beri sedatif secara hati-hati agar dapat istirahat (kolaborasi)
3). Ajarkan klien mengganti balutan dan
menggunakan antibiotik secara kontinu sesuai aturan
4). Antibiotik dan tetes telinga : Steroid
5). Observasi tanda-tanda
awal kehilangan pendengaran yang lanjut
6).
Alihkan perhatian klien
dengan menggunakan teknik – teknik relaksasi : distraksi, imajinasi terbimbing,
touching, dll
b. Pencegahan penyebaran infeksi
1) . Mengganti balutan pada daerah luka
2) . Observasi tanda-tanda vital
1) . Mengganti balutan pada daerah luka
2) . Observasi tanda-tanda vital
3) . Beri antibiotik yang disarankan tim
medis
4) . Awasi terjadinya infeksi
4) . Awasi terjadinya infeksi
5). Pengeluaran debris dan drainase pus
untuk melindungi jaringan dari kerusakan : miringotomy
c. Monitor perubahan sensori
1). Catat status pendengaran
2). Kaji pasien yang mengalami vertigo setelah operasi
3). Awasi keadaan yang dapat menyebabkan injury nervus facial
4). Perhatikan droping wajah unilateral
atau mati rasa karena perlukaan (injuri) saraf wajah
d. kurangnya
pengetahuan
1). Beritahu komplikasi yang mungkin
terjadi dan bagaimana melaporkannya
2). Tekankan hal – hal yang penting yang
perlu di follow up,evaluasi pendengaran
Terapi medik
3). Ajarkan klien untuk
menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat
4).
Intruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat
mencegah terjadinya ketulian lebih lanjut.
5).
Instruksikan klien untuk
menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan
e.
kecemasan
1).
Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika
mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk
mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
2).
Berikan informasi
mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami
klien untuk memberikan dukungan kepada klien
3).
Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan
alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.
4).
Informasikan
bahwa keadaan ini biasanya hanya bersifat sementara dan akan hilang dengan
pengobatan yang teratur dan rutin
5).
Kaji tingkat kecemasan
klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya
mengenai pembedahan.
6).
Mendiskusikan
harapan pasca operatif dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal – hal
yang tidak diketahui klien.
7).
Kaji
tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih dahulu
4.
Evaluasi
a. Tak ada infeksi lokal atau CNS
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
c. Dapat mendengar dengan jelas tanpa atau menggunakan alat bantu pendengara
a. Tak ada infeksi lokal atau CNS
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
c. Dapat mendengar dengan jelas tanpa atau menggunakan alat bantu pendengara
d. kurangnya rasa cemas yang dirasakan
oleh pasien.
e. klien ataupun keluarga klien sudah lebih memahami tentang pengobatan dan
pencegahan OMP
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
·
Telinga
merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi atau mampu mengenal suara dan juga
banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga memiliki tiga
bagian :
1. Telinga
luar
2. Telinga
tengah
3. Telinga
dalam.
·
Telinga tengah
adalah organ yang berisi udara dalam tulang temporal. Telinga tengah meliputi :
1. gendang
telinga,
2. tiga
tulang pendengaran yaitu : malleus,
incus dan stapes
3. saluran
eustachius
·
Pada telinga
tengah juga dapat terjadi beberapa kelainan yakni otitis media akut (OMA),
,otitis media nonsupuratif, otitis media serosa akut, otitis media serosa
kronik dan otitis media perforata.
·
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK)
adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret
mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran,
1999)
S A R A N
Dosen; kiranya setelah mahasiswa selesai melakukan persentase makalah ini,
sebaiknya kembali dijelaskan agar mahasiswa lebih memahami.
Mahasiswa: agar lebih aktif dalam forum diskusi.
DAFTAR PUSTAKA
Scanlon
valerie. Tina sanders.buku ajar anatomi & fisiologi edisi 3.jakarta 2000.PT
buku kedokteran EGC.
Iskandar,nurbaeti.1990.telinga
hidung tenggorok.penerbit fkui,jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar