Halaman

Jumat, 04 Januari 2013

OMP



Akademi keperawatan kabupaten donggala

Di susun oleh :
       Iki zulkarnain
     Sri rahayu
         firgayana
      Nurkia undari
      Lina safriana




BAB I
PENDAHULUAN

                        Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi atau mampu mengenal suara dan juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga memiliki tiga bagian :
1.      Telinga luar
2.      Telinga tengah
3.      Telinga dalam.
Telinga tengah adalah organ yang berisi udara dalam tulang temporal. Telinga tengah meliputi :
1.      gendang telinga,
2.      tiga tulang pendengaran yaitu  : malleus, incus dan stapes
3.      saluran eustachius
Gendang telinga atau membrane timpani, membentang sampai bagian akhir telinga, dan akan bergetar ketika ada gelombang suara melaluinya. Getaran ini akan diteruskan menuju ketiga tulang pendengaran tersebut. Stapes kemudian menghantar getaran ketelinga dalam yang terisi oleh cairan pada venestra vestibule.
Tuba eustachii adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Fungsi tuba ini adalah sebagai ventilasi , drenase secret dan menghalangi masuknya secret dari nasofaring ke telinga tengah, ventilkasi ini berguna untuk menjaga agar tekanan udara pada telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. Mengapa demikian ? agar gendang telinga dapat bergetar dengan baik dan telinga tidak berdenging.
Pada telinga tengah juga dapat terjadi beberapa kelainan yakni otitis media akut (OMA), ,otitis media nonsupuratif, otitis media serosa akut, otitis media serosa kronik dan otitis media perforata.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999)
B.  Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain:
1.      Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat:
a.       Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang
b.      Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total
2.      Perforasi membran timpani yang menetap.
3.      Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada    Telinga tengah
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini        dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-sklerosis.
5.   Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan    mekanisme pertahanan tubuh.
     

      C.  Perjalanan Penyakit
Otitis media perforate akan menjadi kronik apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Factor yang dapat menyebabkan yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah atau higiena buruk.
D.    Patofisiolog
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran optitis media atelektasis.


        E. Pemeriksaan Penunjang
1.      Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
            2.    Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
            3.    Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani
4.       Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
5.         Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab.

F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari beberapa prosedur berikut :
1) Pembedahan (Operasi)
2) Penyinaran (Radioterapi)
3) Pemakaian obat-obatan ( sitostatika/khemoterapi)
4) Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
5) Pengobatan dengan hormone






BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


1.      Pengkajian

Data yang muncul saat pengkajian:
a. Sakit telinga/nyeri
b. Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
c. Perasaan penuh pada telinga
d. Suara bergema dari suara sendiri
e. Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
f. Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
g. Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
h. Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
i. Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
j. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi.
k. Aktifitas terbatas
l.  Takut menghadapi tindakan pembedahan.
m.  OMP berkurang.
n.  Pengkajian Psikososial
o. Pemeriksaan pendengaran
p.  Kaji adanya peningkatan suhu (indikasi adanya proses infeksi)
q. Kaji riwayat infeksi telinga dan pengobatan
r.  Kaji drainage telinga, keutuhan membran timpani
s.  Kaji penurunan / tuli pendengaran





2.      Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi efek pembedahan.
b. Resiko penyebaran infeksi berhubungen dengan komplikasi proses pembedahan
.
c. Gangguan persepsi sensori auditory berhubungan dengan proses penyakit dan efek
pembedahan
d. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
e.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi



3.      Intervensi Keperawatan
a. Meningkatkan kenyamanan
          1). Berikan tindakan untuk mengurangi nyeri
              Beri analgetik. Lakukan kompres dingin pada area
              Atur posisi nyaman
          2). Beri sedatif secara hati-hati agar dapat istirahat (kolaborasi)
3). Ajarkan klien mengganti balutan dan menggunakan antibiotik secara kontinu sesuai aturan
4). Antibiotik dan tetes telinga : Steroid
5). Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut
6). Alihkan perhatian klien dengan menggunakan teknik – teknik relaksasi : distraksi, imajinasi terbimbing, touching, dll

b. Pencegahan penyebaran infeksi
                   1) .  Mengganti balutan pada daerah luka
                   2) . Observasi tanda-tanda vital
          3) .  Beri antibiotik yang disarankan tim medis
          4) .  Awasi terjadinya infeksi
5). Pengeluaran debris dan drainase pus untuk melindungi jaringan dari kerusakan : miringotomy

 c. Monitor perubahan sensori
          1).  Catat status pendengaran
          2).  Kaji pasien yang mengalami vertigo setelah operasi
          3).  Awasi keadaan yang dapat menyebabkan injury nervus facial
4). Perhatikan droping wajah unilateral atau mati rasa karena perlukaan (injuri)    saraf wajah


d. kurangnya pengetahuan
1). Beritahu komplikasi yang mungkin terjadi dan bagaimana melaporkannya
2). Tekankan hal – hal yang penting yang perlu di follow up,evaluasi pendengaran
Terapi medik
3). Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat
4). Intruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih lanjut.
5). Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan


e. kecemasan
1).  Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
2). Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien
3).  Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.
4). Informasikan bahwa keadaan ini biasanya hanya bersifat sementara dan akan hilang dengan pengobatan yang teratur dan rutin
5). Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya mengenai pembedahan.
6). Mendiskusikan harapan pasca operatif dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal – hal yang tidak diketahui klien.
7). Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih dahulu



4.       Evaluasi
          a. Tak ada infeksi lokal atau CNS
          b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
          c. Dapat mendengar dengan jelas tanpa atau menggunakan alat bantu pendengara
d. kurangnya rasa cemas yang dirasakan oleh pasien.
e. klien ataupun keluarga klien sudah lebih memahami tentang pengobatan dan pencegahan OMP










BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
·         Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi atau mampu mengenal suara dan juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga memiliki tiga bagian :
1.      Telinga luar
2.      Telinga tengah
3.      Telinga dalam.
·         Telinga tengah adalah organ yang berisi udara dalam tulang temporal. Telinga tengah meliputi :
1.      gendang telinga,
2.      tiga tulang pendengaran yaitu  : malleus, incus dan stapes
3.      saluran eustachius
·         Pada telinga tengah juga dapat terjadi beberapa kelainan yakni otitis media akut (OMA), ,otitis media nonsupuratif, otitis media serosa akut, otitis media serosa kronik dan otitis media perforata.
·         Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999)

S A R A N
Dosen; kiranya setelah mahasiswa selesai melakukan persentase makalah ini, sebaiknya kembali dijelaskan agar mahasiswa lebih memahami.
Mahasiswa: agar lebih aktif dalam forum diskusi.
DAFTAR PUSTAKA

*      Scanlon valerie. Tina sanders.buku ajar anatomi & fisiologi edisi 3.jakarta 2000.PT buku kedokteran EGC.
*      Iskandar,nurbaeti.1990.telinga hidung tenggorok.penerbit fkui,jakarta
*       
*       
*     










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sumber: http://dedia1996.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-popup-facebook-like-box.html#ixzz2IIH6d6Ax